Berita Jembrana
Paus Terdampar Diduga Habitatnya Bermasalah, BPSPL Denpasar Tunggu Hasil Uji Lab Nekropsi Paus
Terakhir, paus sperma sepanjang 17,28 meter ditemukan terdampar di Pantai Yeh Leh, Kecamatan Pekutatan Jembrana.
Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM - Fenomena sejumlah paus terdampar, di pesisir pantai di Bali harus mendapatkan perhatian lebih.
Terakhir, paus sperma sepanjang 17,28 meter ditemukan terdampar di Pantai Yeh Leh, Kecamatan Pekutatan Jembrana.
Untuk sementara, BPSPL Denpasar menduga paus tersebut mati karena penyakit. Artinya, habitatnya atau perairan di dunia sedang tidak baik-baik saja.
Menurut data yang diperoleh dari BPSPL Denpasar, di tahun 2022 ditemukan dua kejadian paus terdampar.
Kejadian tersebut di wilayah pesisir Pantai Pasut, Tabanan dan Pantai Muara di wilayah Jembrana.
Kemudian di tahun 2023 hingga April sudah ditemukan tiga kejadian paus terdampar.
Yakni di wilayah Karangasem, Tabanan dan terakhir wilayah Jembrana.
Baca juga: Libur Lebaran, Kunjungan Wisatawan ke Denpasar Diprediksi Naik 80 – 90 Persen
Baca juga: Saat Libur Lebaran, Kunjungan Wisatawan ke Denpasar Diprediksi Naik 80 – 90 Persen

Kepala Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar, Permana Yudiarso menyebutkan, dalam beberapa tahun memang ditemukan kejadian paus terdampar.
Untuk di tahun 2022 lalu, ada dua kejadian penemuan paus terdampar dan sudah dikubur.
Namun, penyebab kematiannya tak diketahui secara pasti karena petugas tidak melakukan nekropsi.
Kemudian, hingga April 2023 ini sudah ditemukan tiga kejadian paus terdampar di wilayah pesisir pantai di Bali. Mulai dari Pantai di Karangasem, Tabanan, dan terakhir di Jembrana.
Yudiarso menjelaskan, melihat fenomena saat ini, paus yang terdampar dan akhirnya mati diduga karena ada penyakit.
Namun, dugaan tersebut masih belum dipastikan karena harus menunggu hasil uji lab terhadap hasil nekropsi yang dilakukan.
Proses nekropsi kemungkinan akan membutuhkan waktu sekitar tiga sampai empat minggu lamanya.

"Dugaan sementara karena ada penyakit. Tapi untuk memastikan, masih menunggu hasil uji lab dari nekropsi," jelasnya saat dikonfirmasi, Selasa 11 April 2023.
Dia melanjutkan, jika memang benar paus mati karena penyakit, artinya ada sesuatu yang janggal atau masalah pada habitatnya yakni perairan.
Sehingga, semua pihak atau semua elemen masyarakat diharapkan untuk bersama-sama menjaga kebersihan lingkungan, terutama dari sampah maupun zat berbahaya agar jangan dibuang ke laut.
"Sementara baru dugaan (penyakit). Kami belum berani memastikan karena harus menunggu hasil uji lab usai nekropsi.
Tapi jika benar karena penyakit, artinya ada sesuatu terhadap habitatnya. Karena faktor utama dari kesehatan biota kita dari lingkungan dan makanannya," tegasnya.
"Kami harap seluruh elemen masyarakat untuk ikut menjaga kebersihan lingkungan agar tak berdampak kepada perairan kita.
Ketika perairan terancam, sumber daya yang berada di dalamnya juga terancam keselamatannya," imbaunya.
Terpisah, Koordinator Pelestari Penyu Kurma Asih Desa Perancak, I Wayan Anom Astika Jaya, juga memberikan tanggapan atas fenomena paus terdampar secara beruntun di pesisir pantai di Bali.
Dia menyebutkan, ada indikasi bahwa ekosistem di laut telah rusak sehingga berdampak ke sumber daya yang ada di dalamnnya.

"Mungkin ini (paus terdampar) menjadi pesan bagi kita semua bahwa laut sedang tidak baik-baik saja," tegas Anom Astika Jaya saat dikonfitmasi.
Dia melanjutkan, pencemaran lingkungan yang terjadi, terutama dari sampah plastik menjadi ancaman terbesar ekosistem laut kita. Dan pencemaran ini tidak hanya terjadi pada laut, tapi darat serta sungai juga.
"Ini tidak berdampak paus saja, tapi biota laut lainnya. Ada penyu juga. Tapi amannya mereka mati bukan karena perburuan," tegasnya.
Dengan kondisi ini, Anom mengajak masyarakat untuk lebih aware atau peduli terhadap lingkungannya. Ketika membuang sampah sembarangan dan mengakibatkan pencemaran lingkungan, itu sama saja dengan membunuh alam secara tidak langsung.
"Mari kita jaga dengan baik. Jika perairan atau habitatnya sudah baik dan sehat, hasil tangkapan nelayan juga dijamin aman dikonsumsi," tandasnya. (*)
TEWAS 4 Orang Akibat Kecelakaan, Selama Operasi Patuh Agung Jaring 540 Pelanggar di Jembrana |
![]() |
---|
TUTUP 2 Kali Pelabuhan Gilimanuk, Dampak Angin Kencang dan Gelombang Tinggi |
![]() |
---|
MODIFIKASI Mobil Tua untuk Penggelapan Pertalite, Per Hari Bisa Beli 240 Liter, Raup Ratusan Ribu |
![]() |
---|
Penggelapan BBM Subsidi di Jembrana Bali, Tangki Mobil Tua Dimodifikasi, Per Hari Beli 240 Liter |
![]() |
---|
Kapal Perbantuan Mampu Angkut 30 Truk Tronton, KMP Gading Nusantara Layani Lintas Ketapang-Gilimanuk |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.