Berita Klungkung
20 Persen Residu dari 18 Ton Sampah Per Hari, Mesin RDF di TOSS Center Olah Sampah Lebih Efisien
Tempat Olah Sampah Setempat (TOSS) Center di Klungkung, Bali, kini dilengkapi dengan mesin Refused Derived Fuel (RDF) atau pengolah sampah residu.
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
TRIBUN-BALI.COM, KLUNGKUNG - Tempat Olah Sampah Setempat (TOSS) Center di Klungkung, Bali, kini dilengkapi dengan mesin Refused Derived Fuel (RDF) atau pengolah sampah residu.
Mesin ini disebut bisa meminimalisasi sampah residu yang harus dibuang ke TPA Sente.
Baca juga: TOSS Center di Dusun Karangdadi Klungkung Bali Perlu Mesin Conveyor Pemilah Sampah Tambahan
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan Klungkung, I Ketut Suadnyana menjelaskan, rata-rata dalam sehari TOSS Center mengolah 18 ton sampah.
Dari total itu, hanya setengahnya yang bisa diolah dan sekitar 50 persennya menjadi residu atau sampah tidak dapat diolah.
Sampah residu ini berakhir dibuang ke TPA Sente di Desa Pikat, Kecamatan Dawan.
Baca juga: TOSS Center Klungkung Kembangkan Pupuk Organik Cair
Namun setelah uji coba pengoperasian mesin RDF ini, sampah dapat diolah lebih efisien.
Dari total 50 persen residu yang dihasilkan, bisa ditekan menjadi sekitar 20 persen residu.
Hal ini dinilai sangat baik, karena dapat menekan residu yang dibuang ke TPA Sente.
"Jadi hanya menyisakan 20 persen residu yang dibawa ke TPA Sente, itu berupa kain, kayu gelondongan, serabut kelapa, karet dan lainnya,” jelas Ketut Suadnyana, Senin (24/4).
Baca juga: TOSS Center di Klungkung Perlu Tambahan Mesin Pengolah Sampah, Pemkab Usulkan Pengadaan ke KemenPUPR
Mesin RDF mempermudah pengolahan sampah menjadi sejumlah produk bernilai ekonomi. Seperti pelet atau briket, pupuk organik, dan lainnya.
Tetapi untuk saat ini, TOSS Center fokus memproduksi pupuk organik.
“Kalau sampah plastik, biasanya diambil oleh koperasi dan pihak ketiga untuk diolah kembali. Jadi di TOSS Center hanya memproduksi pupuk saja,” ujar Suadnyana.
Baca juga: TOSS Center Karangdadi Desa Kusamba Mendapatkan Bantuan Dua Buah Mesin Pengayak Kompos
Namun mesin yang mampu mengolah sekitar 30-50 ton sampah per hari tersebut, membutuhkan daya yang cukup tinggi. Sehingga sementara mesin tersebut hanya bekerja efektif sekitar lima jam.
“Terkait masalah listrik, kami akan koordinasikan dengan PLN agar listriknya tidak naik turun,” jelas Suadnyana.
Suwirta: Ini Bisa Jadi Komoditas
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.