Berita Bali

Tabanan Setop Sementara Pengiriman Babi, Jakarta Menurunkan Harga Beli, Merugikan Peternak Lokal

PDDS Tabanan Setop Kirim Babi ke Jakarta, Pembeli Sepihak Turunkan Harga Rp 4.000 per Kilogram

Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Dok. Tribun Bali
Ilustrasi babi - Tabanan Setop Sementara Pengiriman Babi, Jakarta Menurunkan Harga Beli, Merugikan Peternak Lokal 

TRIBUN-BALI.COM, TABANAN - Perusahaan Daerah Dharma Santika (PDDS) Tabanan bekerjasama dengan PD Dharma Jaya DKI Jakarta untuk pengiriman 1.920 ekor babi tahun ini.

Pengiriman pertama sebanyak 80 ekor sudah dilakukan pada Februari akhir lalu.

Namun kini pengiriman antar pulau ini untuk sementara waktu ini dihentikan.

Pengiriman disetop sementara karena persoalan harga beli.

Baca juga: Update Kondisi Pasien Meningitis di RSUP Prof. Ngoerah, Kondisi Membaik Meski Alami Ketulian

PD Dharma Jaya DKI Jakarta menurunkan harga beli yang membuat PDDS Tabanan menahan pengiriman.

Direktur Utama PDDS, Kompiang Gede Pasek Wedha mengatakan, dari kesepakatan awal harga jual babi sebesar Rp 50 ribu per kilogram dari Bali sampai di Jakarta.

Kini harga malah turun menjadi Rp 46 ribu per kilogram.

Padahal, sisa kuota pengiriman masih banyak hingga periode kirim akhir tahun.

“Karena harga jual yang turun, maka kita hentikan. Padahal harga di pasaran di Jakarta masih Rp 50 ribu,” ucapnya, Jumat 28 April 2023.

Kompiang mengatakan, penurunan harga merugikan PDDS dan tentu peternak lokal.

Biaya untuk pengiriman babi ke luar daerah lumayan tinggi.

Jadi ini tidak sebanding dengan harga terbaru yang diminta oleh PD Dharma Jaya DKI Jakarta.

Belum lagi penyusutan bobot babi ketika sampai di tujuan dan biaya cek lab yang mahal untuk memastikan babi tersebut layak dan sehat sebelum dikirimkan antar pulau.

“Kami takut malah merugikan peternak dan kami,” ungkapnya.

Pada kerjasama awal, pembicaraan menekankan pada kuota permintaan selama setahun saja.

Terkait harga tidak ditetapkan karena menyesuaikan dengan pasaran.

Namun, harga kali ini justru turun dari harga pasaran.

Sebagai alternatif, pihaknya menjajaki perdagangan babi dengan tujuan perusahaan daerah di Malang.

Untuk pengiriman ke Malang, Tabanan tinggal menunggu perjanjian kerjasama.

“Nanti setelah PKS (perjanjian kerjasama) dan ada PO ( Purchase Order), baru kemudian dilakukan cek lab untuk babi yang akan dikirim. Rencananya kuota untuk pengiriman babi ke Malang ini diminta 50 ekor dengan harga sebesar Rp 49.000 per kilogram,” bebernya.

Sementara itu, harga babi di Karangasem turun Rp 3.000 ribu per kilogram.

Sebelumnya harga babi Rp 38 ribu dan kini menjadi 35 ribu per kilogram.

Penurunan harga babi terjadi pada pertengahan April 2023 secara bertahap.

Setidaknya ada dua penyebab turunnya harga babi.

Pertama adalah isu dan kasus meningitis, kemudian karena memang permintaan babi landai karena tidak ada hari raya.

Saat harga babi turun, harga pakan tak bisa ditawar dan malah naik.

"Saya memelihara babi beberapa ekor. Rencananya mau beli bibit sekarang. Mumpung harga menurun. Semoga harga kembali normal. Turunnya harga terjadi pada sejak pertengahan April 2023. Kasihan peternak babi rumahan,"kata I Nengah Darma, peternak babi di Desa Abang. (ang/ful)

Pencegahan Penularan

Kepala Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan (PKP) Bangli, I Wayan Sarma menjelaskan, meningitis merupakan penyakit zoonosis, atau yang biasa ditularkan dari babi ke manusia.

Mereka yang tertular bakteri ini biasanya setelah memakan makanan olahan daging babi yang tertular.

Penularan bakteri ini bisa dihindari dengan tidak memakan makanan yang sudah terinfeksi bakteri.

Contohnya makan daging babi yang sakit.

"Selain juga bisa dihindari dengan cara memasak setiap olahan bahan makanan asal babi secara matang, atau diatas suhu 70 derajat Celcius. Sebab bakteri ini akan mati dengan pemanasan di atas suhu tersebut," jelasnya.

Berdasarkan data tahun 2022, populasi babi di Bangli tercatat sebanyak 74.710 ekor.

Jumlah ini mengalami peningkatan dibandingkan data populasi 2021, yakni 49.452 ekor.

Hanya saja jika dikaitkan dengan kasus meningitis, Sarma mengaku belum ada temuan, ataupun laporan terkait penularan di Bangli.

Ia membuat berbagai langkah antisipasi.

Terlebih wilayah Bangli berdekatan dengan Gianyar yang diketahui ditemukan kasus meningitis.

Salah satu upaya antisipasi yakni dengan memberikan edukasi ke masyarakat yang melibatkan petugas dan petugas teknis kesehatan hewan.

Edukasi tersebut berkaitan dengan pentingnya menjaga biosekuriti di lingkungan peternakan. (ang/ful/mer)

Kumpulan Artikel Bali

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved