Berita Buleleng

Ratusan Babi di Desa Bila Mati, Ini yang Akan Dilakukan Dinas Pertanian Buleleng!

Sementara Perbekel Desa Bila, Ketut Citarja Yudiarda, menyebut babi di perusahaan itu mati secara bertahap.

Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN BALI/ Wayan Eri Gunarta
Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Buleleng, Made Suparma dikonfirmasi Rabu (3/5/2023) mengatakan, menurut laporan dari pemerintah desa setempat. Ada sekitar 600 ekor babi milik perusahaan itu, yang mati dalam kurun waktu di pertengahan April lalu. Sayangnya kematian babi ini kata Suparma, tidak langsung dilaporkan oleh pihak perusahaan. Bangkai babi juga dikubur sendiri oleh pihak perusahaan di sekitar kandang. 

TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Ratusan ekor babi di salah satu perusahaan ternak, yang ada di Desa Bila, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng mati misterius.

Dinas Pertanian Buleleng akan segera berkoordinasi dengan Balai Besar Veteriner Denpasar untuk cek sampel, agar penyebab kematian babi di Desa Bila dapat diketahui.

Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Buleleng, Made Suparma dikonfirmasi Rabu (3/5/2023) mengatakan, menurut laporan dari pemerintah desa setempat.

Ada sekitar 600 ekor babi milik perusahaan itu, yang mati dalam kurun waktu di pertengahan April lalu.

Sayangnya kematian babi ini kata Suparma, tidak langsung dilaporkan oleh pihak perusahaan. Bangkai babi juga dikubur sendiri oleh pihak perusahaan di sekitar kandang.

Baca juga: Pengunaan VAR di Liga Indonesia Musim Depan Masih Belum Jelas, PSSI Bisa Tiru Cara Malaysia Ini

Baca juga: Dokter Wayan di Karawang Viral, Rumah Mewah Penuh Sampah, Dikenal Baik Hati dan Banyak Pasien

Ilustrasi babi - Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Buleleng, Made Suparma dikonfirmasi Rabu (3/5/2023) mengatakan, menurut laporan dari pemerintah desa setempat.

Ada sekitar 600 ekor babi milik perusahaan itu, yang mati dalam kurun waktu di pertengahan April lalu.

Sayangnya kematian babi ini kata Suparma, tidak langsung dilaporkan oleh pihak perusahaan. Bangkai babi juga dikubur sendiri oleh pihak perusahaan di sekitar kandang.
Ilustrasi babi - Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Buleleng, Made Suparma dikonfirmasi Rabu (3/5/2023) mengatakan, menurut laporan dari pemerintah desa setempat. Ada sekitar 600 ekor babi milik perusahaan itu, yang mati dalam kurun waktu di pertengahan April lalu. Sayangnya kematian babi ini kata Suparma, tidak langsung dilaporkan oleh pihak perusahaan. Bangkai babi juga dikubur sendiri oleh pihak perusahaan di sekitar kandang. (Dok. Tribun Bali)

"Kami hanya berkoordinasi dengan Perbekel Bila, babi di perusahaan itu katanya sudah habis.

Kami tidak berani langsung ke kandang untuk mengecek karena takut tertular. Kami juga tidak bisa mengambil sampel, karena bangkainya sudah dikubur, pasti kondisinya sudah rusak," jelas Suparma.

Suparma menduga, kematian babi ini disebabkan oleh virus. Namun Suparma mengaku belum berani memastikan virus jenis apa yang menyerang.

Dalam waktu dekat, pihaknya pun akan bersurat ke Balai Besar Veteriner Denpasar, untuk melakukan cek sampel terhadap beberapa ternak babi milik warga yang ada di Desa Bila.

"Milik warga juga ada beberapa yang mati. Tapi jumlahnya belum tau berapa, kami masih fokus di perusahaan. Jadi kami akan ambil sampel darah babi milik warga sekitar biar tahu penyebabnya apa," katanya.

Disinggung apakah kematian babi ini ada disebabkan oleh bakteri Streptococcus Suis (MSS) atau meningitis babi?

Suparma menyebut meningitis babi hanya dapat dideteksi dari manusia yang terpapar bakteri tersebut, akibat mengkonsumsi daging babi mentah.

Meningitis - Jembrana Catat 5 Kasus Suspek Meningitis, Pemerintah Imbau Jaga Higienis Makanan dan Jangan Konsumsi Makanan Mentah
Meningitis - Jembrana Catat 5 Kasus Suspek Meningitis, Pemerintah Imbau Jaga Higienis Makanan dan Jangan Konsumsi Makanan Mentah (Tribun Bali/Prima)

"Kalau ada pasien yang terpapar, baru kami bisa menelusuri dia beli babi di mana sehingga bisa dicek sampel.

Babi yang terpapar bakteri MSS bisa jadi menyebabkan kematian kepada babi, tapi gejalanya tidak bisa dikenali," terangnya.

Selain di Desa Bila, Suparma juga mengakui beberapa waktu lalu pihaknya menerima laporan ada delapan ekor babi di Desa Munduk Bestala, Kecamatan Seririt yang mati.

Namun setelah dicek, babi tersebut mati karena diare.

Atas adanya kejadian ini, Suparma pun mengimbau kepada masyarakat dan peternak babi untuk menjaga kebersihan kandang, seperti melakukan penyemprotan desinfektan.

"ini musim pancaroba jadi perhatikan sanitasi kandang, disemprot dengan desinfektan, sisa makanan juga dibersihkan karena itu bisa menimbulkan jamur.

Kalau bisa jangan beli babi dari daerah luar dulu," tandasnya.

Sementara Perbekel Desa Bila, Ketut Citarja Yudiarda, menyebut babi di perusahaan itu mati secara bertahap.

Ia bahkan menduga jumlahnya mencapai ribuan.

Atas adanya kejadian ini, Yudiada mengimbau pihak perusahaan untuk mengkaji ulang tata kelola limbah.

Sebab kematian babi dalam jumlah yang banyak juga sempat menimpa perusahaan tersebut pada 2020 lalu.

"Boleh dikata semua babi di perusahaan itu mati. Menurut kami tata cara memasukan bibitnya kurang pas, bibit mungkin dibeli dari daerah lain sehingga cepat menular ke babi yang lain.

Kami minta juga kepada perusahaan agar setiap ada kejadian agar diinformasikan ke kami supaya cepat diantisipasi. Kami tidak tahu apakah ini karena virus ASF atau karena apa," tukasnya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved