Berita Bangli

Sebanyak 2010 Seniman Bangli Meriahkan Pawai Budaya Bangli 2023

Pawai Budaya dalam serangkaian HUT Bangli ke 819 diikuti oleh 2010 seniman se Kabupaten Bangli.

|
Penulis: Muhammad Fredey Mercury | Editor: Putu Kartika Viktriani
Tribun Bali/Muhammad Fredey Mercury
Suasana Pawai budaya serangkaian HUT Bangli ke 819 pada Minggu 21 Mei 2023. 

TRIBUN-BALI.COM, BANGLI - Ribuan pasang mata secara antusias menyaksikan pawai budaya di depan Kantor Pemkab Bangli, Bali, pada Minggu 21 Mei 2023.

Pawai Budaya dalam serangkaian HUT Bangli ke 819 ini, diikuti oleh 2010 seniman se-Kabupaten Bangli.

Pawai budaya dimulai pukul 14.30 WITA.

Mula-mula, pawai menampilkan Duta Kabupaten Bangli untuk PKB tahun 2023, yang mengambil tema Segara Danu Negara.

Selanjutnya diteruskan dengan penampilan dari duta masing-masing kecamatan.

Mulai dari Kecamatan Kintamani, Kecamatan Tembuku, Kecamatan Susut dan Kecamatan Bangli

Pawai Budaya dibuka oleh Bupati Bangli, Sang Nyoman Sedana Arta ditandai dengan pemukulan kulkul.

Acara ini dihadiri pula sejumlah jajaran OPD di lingkungan Pemkab Bangli, hingga perbekel se Kabupaten Bangli

Pada pawai kali ini Duta Kecamatan Kintamani membawakan sendratari kolosal yang berjudul Kertaning Panarajon.

Camat Kintamani, Ketut Erry Soena Putra menyampaikan karya ini berkisah tentang Kumpi Mardaya yang membangun Pasanggrahan, namun dihadang oleh Raksasa Kebo Parud, yang menghuni pucak panarajon. 

Baca juga: Nobar Final Indonesia vs Thailand di Bangli, Bupati Sedana Arta Akui Fantastis

Atas anugerah Ratu Daha Tua yang berstana di Luhur Tegeh kahuripan, kumpi mardaya berhasil mengalahkan kerbau itu dan disomya serta dipersembahkan kepada Hyang Siwa Sakti yang sekarang berstana di Pura Pucak Panerajon/pucak Penulisan. 

Setelah itu Ratu Daha Tua bersabdha bahwa tujuan dari segala pembangunan pasanggrahan ini adalah untuk membuat wilayah Cintamani menjadi kerta masyarakatnya dan ening jiwanya, sehingga menjadi Kertaning Panerajon.

"Penampilan ini merupakan gerakan bersama Seniman pemerintah Kecamatan dan 48 desa dinas di wilayah Kintamani," kata Ketut Erry. 

Sementara, Camat Tembuku, I Putu Sumardiana menambahkan untuk Kecamatan Tembuku menampilkan cerita Sang Kala Brahma.

Sang Kala Brahma merupakan salah satu kala yang di somya pada saat melaksanakan upacara pawiwahan, yaitu saat mabia kala/mekala-kalaan.

"Kata mekala- kalaan berasal dari kata kala yang berarti energi. Energi kala brahma merupakan manifestasi kekuatan kama yang memiliki unsur keraksasaan, bisa memberi pengaruh buruk pada pasangan pengantin yang disebut dengan sebel kandel," kata Putu Sumardiana. 

Lanjutnya, upacara mekala-kalaan adalah sebagai sarana penetralisir kekuatan negatif 'kala brahma' agar menjadi kekuatan baik atau disebut 'kala hita', dengan cara nunas panugrahan dari sang hyang purusangkara untuk nyomya sang kala brahma dan sang hyang nara swari agar menjadi sang hyang semara jaya dan sang hyang semara.

Untuk Kecamatan Susut, menampilkan pakaian khas pengantin dari Desa Gebog Satak Tiga Buungan.

Camat Susut, I Dewa Putu Apriyanta menjelaskan, Desa Gebog Satak Tiga Buungan merupakan salah satu Desa Tua di Kecamatan Susut.

Karenanya ada beberapa keunikan yang dimiliki dan tak dimiliki oleh Desa adat lain.

Salah satunya pakaian pengantin. 

"Pakaian pengantinnya sangat sederhana. Untuk mana pengantin laki-laki memakai Udeng, Saput, Kamen Kadutan/Keris dan memakai bunga pucuk bang serta pucuk daun dapdap. Sedangkan pakaian pengantin perempuannya mengenakan saab sebagai penutup kepala, pakai handuk sebagai penutup badan, kamen dan tapih," sebutnya. 

Sedangkan untuk pelaksanaan upacara (Mekalan-kalan), dilaksanakan di ujung batas banjar desa setempat, bukan di rumah.

Saat acara mekalan-kalan itu si pengantin di antar keluarga berjalan kaki menuju tempat upacara yaitu di batas banjar.

"Maksud dan tujuan pengantin harus berjalan kaki dari rumah ke tempat upacara, yakni untuk memperkenalkan diri ke warga, karena saat si Pengantin di jalan akan di tonton oleh warga yang rumahnya dilewati oleh pengantin tersebut," sambungnya. 

Sedangkan Kecamatan Bangli dalam pawai budaya ini mengambil cerita Ni Madu Segara.

Menurut Camat Bangli, Sang Made Agus Dwipayana, cerita ini menggambarkan bhakti seorang murid kepada gurunya.

Yang mana demi bhaktinya tersebut, sang murid rela kesaktiannya dipotong dan dibuang ke samudera.

"Cerita ini mengangkat sisi lain dari calonarang terutama tokoh Rarung sebelum menjadi murid Walunata," sebutnya. 

Cerita ini juga sesuai dengan ogoh-ogoh yang tampilkan.

Selain menampilkan fragmen tari, ditampilkan juga permainan tradisional berupa metajog (enggrang), mesiap-siapan dan curik-curik. 

Sementara itu, Bupati Bangli Sang Nyoman Sedana Arta dalam sambutannya menyampaikan, peringatan HUT Bangli ke 819 tahun ini mengusung tema 'Bangli Jengah' dengan ikon tari baris gede.

Pemilihan ikon tari baris gede ini bermakna bahwa Bangli adalah salah satu daerah di Bali yang kaya akan tradisi budaya, serta memiliki beragam jenis tari baris gede, bahkan terbanyak di Bali

"Filosifis tari baris gede merupakan tarian sakral yang ditarikan pasukan sebelum berlaga ke medan perang, sebagai simbol keberanian, kekuatan, keafungan dan simbol persatuan. Dengan spirit tari baris gede ini kami berharap terlahir taksu semangat untuk bahu membahu, bergotong royong, bersatu padu, seluruh masyarakat Bangli untuk Bangkit jengah membangun Bangli," tegasnya.

Dengan spirit 'mebarisan' untuk jengah membangun Bangli, Bupati asal Desa Sulahan, Kecamatan Susut ini mengajak seluruh komponen masyarakat Bangli khususnya para penggiat seni dan budayawan, untuk bersama -sama bersinergi dalam pelestarian seni budaya.

Sebab salah satu pilar pembangunan adalah karakter yang menempatkan pemajuan dan pelestarian kebudayaan sebagai salah satu landasannya.

"Terimakasaih dan apresiasi sedalam-dalamnya kepada seluruh tokoh masyarakat, budayawan dan para seniman duta kecamatan Se Kabupaten Bangli, yang telah berpartisipasi mempersembahkan karya terbaiknya dalam pawai budaya ini. Semoga dengan pagelaran budaya ini, akan dapat meningkatkan kecintaan masyarakat khususnya generasi muda terhadap keragaman seni budaya di Kabupaten Bangli," tandasnya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved