Berita Gianyar

Sampah Kiriman di Pantai Gumicik Gianyar Jadi Berkah Nelayan Setempat

Sudah hampir tiga bulan nelayan di Pantai Gumicik, Desa Ketewel, Sukawati, Gianyar tak bisa mencari nafkah di laut, namun sampah laut menjadi berkah.

Tribun Bali/I Wayan Eri Gunarta
Warga memungut sampah di pesisir Pantai Gumicik, Desa Ketewel, Sukawati, Gianyar, Bali, Selasa 11 Juli 2023. 

TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Sudah hampir tiga bulan nelayan di Pantai Gumicik, Desa Ketewel, Sukawati, Gianyar, Bali tak bisa mencari nafkah di laut.

Hal itu karena ombak, arus laut dan angin yang masih ganas.

Namun rupanya, laut tak memgabaikan nasib para nelayan.

Laut memberikan mereka rejeki dari jalur lain, yakni rezeki berupa sampah kayu. 

Baca juga: Warga Pasrah Gelombang Tinggi Hantam Pesisir Pebuahan, Puluhan Perahu Nelayan Tersapu Ombak


Sampah kayu yang jumlahnya tak terbatas tersebut, kini dikumpulkan oleh nelayan lalu dijual ke pengerajin.

Di mana saat ini, tak sedikit perajin yang kini menggunakan sampah kayu dari laut sebagai bahan bakunya. 


Koordinator nelayan Pantai Gumicik, Wayan Puja, Selasa 11 Juli 2023 membenarkan hal tersebut.

Baca juga: Hampir Sebulan Nelayan di Karangasem Bali Tak Melaut Lantaran Gelombang Tinggi dan Paceklik

Dia menjelaskan, sejak hujan lebat mengguyur hampir seluruh Bali sejak beberapa hari lalu, pesisir Pantai Gumicik terdapat banyak sampah kiriman dari laut.

Sebagian besar merupakan sampah kayu.


Awalnya, kata Nang Uja sapaan I Wayan Puja, melihat sampah tersebut sebagai musibah.

Baca juga: Pencarian Nelayan Terseret Ombak di Perairan Bugbug Dihentikan, Tim Gabungan Belum Temukan Target

Sebab paginya dibersihkan, sorenya sampah berjubel lagi.

Hal itupun dirasa akan mengganggu nelayan melaut seandainya cuaca memungkinkan.


"Sampah plastik kami kumpulkan dalam kampil, begitu juga dengan sampah potongan kayu. Sedangkan kayu-kayu yang besar ada yang dipakai kayu bakar atau dikumpulkan untuk renovasi kandang sapi," ujarnya.

Baca juga: Gelombang Tinggi Sebabkan Nelayan Karangasem Tidak Bisa Melaut Sejak Sepekan Lalu

Namun upaya mengumpulkan potongan kayu justru berbuah manis.

Sebab tak diduga, ada perajin dari Kecamatan Tegalalang yang justru memesan sampah kayu ini untuk dibeli.

Mendengar kabar baik tersebut, Nang Uja pun menginformasikan kepada para nelayan tentang hal tersebut. 


"Lalu saya ajak nelayan di sini memungut potongan kayu di pantai. Rata-rata mereka mendapat 10 karung ukuran 100 kg per harinya," jelas Nang Uja.

Baca juga: Nelayan Benoa Mengeluh Pendapatan Turun Drastis Akibat Keruhnya Air Laut, Diduga Karena Pengerukan


Selain nelayan, berkah laut tersebut rupanya dilirik oleh anak-anak nelayan.

Akhirnya tua, muda dan anak-anak ikut mengumpulkan kayu yang terdampar di pinggir pantai. 


"Manfaatnya jadi dobel, ada nilai ekonomis dan ada nilai lingkungan. Untuk setiap kampilnya dibeli perajin dari Tegalalang itu Rp20 ribu sampai Rp25 ribu, tergantung jenis potongan kayu," ujar Nang Uja.

Baca juga: Memasuki Pencarian Hari Ketiga, Nelayan Hanyut Asal Bugbug Masih Belum Ditemukan, Kendala Cuaca


Kata Nang Uja, perajin teraebut mengatakan potongan kayu ini, akan digunakan untuk membuat patung kuda, gajah, singa bentuk lainnya dengan pola menyusun potongan kayu.

Nang Uja berharap lebih banyak lagi perajin yang melirik sampah laut sebagai karya ekonomis.

Sebab, selain berdampak positif terhadap lingkungan, juga akan membentu nelayan.

Sebab sampah kayu biasanya ada ketika laut tak bersahabat. 

Baca juga: KM Bandar Nelayan 271 Terbakar, Basarnas Bali Evakuasi Penumpang


"Mudah-mudahan  perajin demikian semakin banyak lagi. Dan, tentu kami doakan agar mereka sukses, karena usahanya tidak merusak lingkungan, tetapi justru menjaga lingkungan," ujar  pria yang juga aktif dalam aksi menjaga lingkungan itu.


Terpisah, Koordinator Balawista Gianyar, Made Join Hermanto mengatakan, sampai saat ini kondisi laut di perairan Gianyar belum bersahabat bagi siapapun. Bahkan pihaknya pun kini masih menerapkan status siaga. 


"BMKG sudah memberikan peringatan dini, bahwa aktivitas warga di pantai dilarang. Di mana gelombang setinggi 2 meter terus berlangsung sampai sepekan nanti. Sepanjang perairan Gianyar, kita pasang bendera merah, artinya larangan beraktivitas bagi warga di pantai," ujar Join. (*)

 

 

Berita lainnya di Sampah Laut

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved