Berita Bali

Petani Enggan Tanam Bawang Putih, Dinas PKP Bangli Akan Sisipkan Jika Ada Bantuan

Kendati tidak terlalu diprioritaskan, Sarma menegaskan bukan berarti budidaya bawang putih diabaikan. Pun mengacu arahan Gubernur Bali Wayan Koster.

KompasTv
Ilustrasi - Wilayah Kecamatan Kintamani selama ini lebih dikenal dengan produksi bawang merah daripada bawang putih. Para petani enggan membudidayakan bawang putih karena dinilai tidak menguntungkan. 

TRIBUN-BALI.COM - Wilayah Kecamatan Kintamani selama ini lebih dikenal dengan produksi bawang merah daripada bawang putih. Para petani enggan membudidayakan bawang putih karena dinilai tidak menguntungkan.

Hal tersebut diungkapkan Kepala Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan (PKP) Bangli, I Wayan Sarma, Kamis (5/10). Kata dia, berdasarkan komitmen Kementerian Pertanian, bawang putih tidak terlalu diprioritaskan. Sebab komoditas bawang putih berada di daerah subtropis. "Sedangkan Indonesia merupakan negara beriklim tropis, makanya Kementerian tidak fokus kesana," ucapnya.

Kendati tidak terlalu diprioritaskan, Sarma menegaskan bukan berarti budidaya bawang putih diabaikan. Pun mengacu arahan Gubernur Bali Wayan Koster, imbuhnya, diharapkan agar tersedia bawang putih di Bali.

"Karenanya kita berusaha. Mungkin di tahun 2024 nanti kalau ada bantuan dari pemerintah pusat, akan kita sisipkan. Misalnya dari luas lahan 10 hektare bawang merah, kita sisipkan 1 sampai 2 hektare untuk lahan pertanian bawang putih. Kita tawarkan pada kelompok yang mau menerima," tegasnya.

 

Baca juga: RSU Bangli Siapkan Ruang Isolasi Virus Nipah, Kemenkes Perintahkan Daerah Awasi Perkembangan Kasus

Baca juga: Ketua DPRD Bali Ingatkan PJ Gubernur Bali, Hati-hati Sebelum Lakukan Groundbreaking LRT

I Wayan Sarma, Kepala Dinas PKP Bangli.
I Wayan Sarma, Kepala Dinas PKP Bangli. (Mer/Tribun Bali)

Dikatakan pula, budidaya bawang putih, khususnya di Kintamani lebih banyak mengandalkan bantuan dari pemerintah. Berdasarkan bantuan sebelumnya, bawang putih sempat ditanam petani di wilayah Banjar Bunut dan Banjar Madia, Desa Terunyan. "Informasinya dulu juga sempat ada di Desa Sukawana. Tetapi akhir-akhir ini karena kita dari pemerintah tidak memberi bantuan, makanya tidak ada yang menanam," ungkapnya.

Kata Sarma, bantuan dari pemerintah diterima pada 2018-2019. Bantuan tersebut berupa pupuk organik, bibit bawang putih, serta sarana dan prasarana. "Pada saat itu pertanian bawang putih di Banjar Bunut dan Madia mencapai 15 hingga 20 ha," sebutnya.

Bantuan bibit bawang putih yang ditanam petani bisa tumbuh. Mengenai subur dan tidaknya tanaman ini, Sarma mengaku relatif. Ia juga mengatakan, apabila dibandingkan dengan budidaya bawang merah, secara ekonomis petani merugi jika membudidayakan bawang putih. "Ini karena masa panen bawang putih relatif panjang. Bawang merah 60 hari sudah bisa panen, sedangkan bawang putih butuh waktu 110 hari," ujarnya.

Begitupun secara kualitas, hasil budidaya bawang putih masih kalah saing dibandingkan dengan kualitas luar negeri. Sebab umbi yang dihasilkan kecil-kecil. Karena kualitas yang kurang, otomatis harga yang dihasilkan juga rendah. "Inilah yang menyebabkan petani enggan membudidayakan bawang putih," ungkapnya.

Memang diakui Sarma, walaupun kecil hasil umbi bawang putih yang dihasilkan petani masih tergolong wajar. Hanya saja bagi petani, dengan kualitas hasil bawang yang kurang memuaskan tentu petani enggan membudidayakan secara swadaya. "Solusinya dengan memberikan subsidi atau bantuan pada para petani, agar mereka tetap mau menanam bawang putih," ucapnya.

Sarma menambahkan untuk saat ini satu-satunya pertanian bawang putih yang masih ada hanya di wilayah Desa Songan B. Pertanian tersebut dikelola oleh Kelompok Tani Sari Pertiwi Bukit Selat dengan luas lahan 4 are. "Mereka menanam secara swadaya. Hanya saja penanaman tidak rutin, bahkan dalam setahun belum tentu mereka menanam. Mungkin tergantung dari ketersediaan bibit, perhitungan musim, dan sebagainya," kata Sarma.

Seperti diketahui, pengurus DPD PDIP Bali berencana menggalakkan budidaya bawang putih di Bali. Rencana budidaya bawang putih ini merupakan lanjutan dari Rakernas IV PDIP yang mengangkat tema soal kedaulatan pangan.

Bendahara DPD PDIP Bali Dewa Made Mahayadnya mengatakan, PDIP di daerah diberikan tugas untuk mendata kebutuhan pangan di wilayahnya masing-masing. Pendataan itu dikatakan soal bahan pangan yang surplus maupun minus di wilayah yang bersangkutan. Berdasarkan hasil kajian DPD PDIP Bali, kata Mahayadnya, bawang putih menjadi salah satu komoditi yang masih diimpor dari luar daerah.

“Kami diberikan tugas untuk menyisir kira-kira kebutuhan pangan untuk Bali apa yang surplus, apa yang minus. Hasil kajian kami, memang bawang putih yang masih kita ambil dari luar. Yang lain bisa tumbuh,” ungkapnya saat ditemui Tribun Bali di Kantor DPD PDIP Bali, Rabu (4/10).

Menindaklanjuti hal tersebut, Pemerintah Provinsi Bali disebut telah berkomunikasi dengan BRIN di daerah. Menurut riset, bawang putih dapat dibudidayakan di Desa Songan, Kintamani, Bangli. “Pemprov Bali berkomunikasi dengan BRIN yang ada di daerah. Menurut riset, ternyata Desa Songan yang ada di Bangli bisa ditanami bawang putih,” kata Dewa Jack, panggilan akrabnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved