TPA Suwung Kebakaran

Wali Kota Denpasar: Simpan Sampah di Rumah, Pengungsi Kebakaran TPA Suwung Dipulangkan ke Daerahnya

Pihaknya meminta masyarakat dapat ikut membantu dalam penanganan sampah karena TPA Suwung di Kota Denpasar

Istimewa
Wali Kota Jaya Negara saat mengawasi metode Injeksi Air di Kawasan TPA Suwung, pada Senin (16/10). 

TRIBUN-BALI.COM  - Wali Kota Denpasar, IGN Jaya Negara meminta warga yang memiliki sampah dengan volume kecil agar dapat menyimpan sampahnya sementara di rumah, di tengah kondisi masih terbakarnya Tempat Pembuangan Akhir Regional Sarbagita (TPA Suwung).

"Harapan kami, kalau masih memiliki tempat sampah yang bisa diikat dan tidak penuh sekali, agar jangan dibuang ke luar sampai kondisi normal," kata Jaya Negara di sela konferensi pers D’Youth Festival di Dharmanegara Alaya, Denpasar, Selasa (17/10).

Pihaknya meminta masyarakat dapat ikut membantu dalam penanganan sampah karena TPA Suwung di Kota Denpasar, yang terbakar sejak Kamis (12/10) hingga saat ini tidak menerima pengiriman sampah.

"Karena kalau sedikit-sedikit sampah dibawa ke luar, kemudian pengelola membawa ke TPST3R (Tempat Pengolahan Sementara Reduce-Reuse-Recycle atau TPS3R) dan meluber ke jalan, justru lebih berbahaya," ucapnya.

Jaya Negara juga menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat karena dampak kebakaran TPA Suwung telah menyebabkan pelayanan persampahan menjadi tidak maksimal.

"Dari Pj (Penjabat) Gubernur Bali sudah mengeluarkan surat agar dari Kabupaten Tabanan dan Gianyar untuk sementara ini bisa membantu menampung (sampah). Masalahnya, di Tabanan TPA-nya juga terbakar, Gianyar juga terbakar dan sekarang masih proses pendinginan," ujarnya.

Ia mendapatkan informasi, Pemkab Tabanan masih membantu jika ingin membuang sampah di kawasan di Klating, tetapi ini tidak maksimal.

Terkait dengan perkembangan penanganan sampah, Jaya Negara mengatakan saat ini asap yang keluar akibat kebakaran TPA Suwung sudah jauh menurun.

Baca juga: Rumah Arya Wibawa Dikepung Asap! Kebakaran TPA Suwung Sebabkan Kadar SO2 dan CO Lebihi Baku Mutu

Baca juga: Pengungsi Akibat Kebakaran TPA Suwung Dipulangkan ke Daerah Asalnya

TINJAU TPA - Pangdam IX/Udayana Mayjen TNI Harfendi SIP MSc  saat meninjau langsung TPA Suwung, Denpasar, Senin (16/10). Pangdam menyebutkan, perlu upaya yang lebih keras dalam memadamkan kebakaran TPA Suwung. 
TINJAU TPA - Pangdam IX/Udayana Mayjen TNI Harfendi SIP MSc  saat meninjau langsung TPA Suwung, Denpasar, Senin (16/10). Pangdam menyebutkan, perlu upaya yang lebih keras dalam memadamkan kebakaran TPA Suwung.  (Istimewa)

 

"Kalau asap yang keluar sudah jauh menurun, bahkan sudah di atas 60 persen menurun. Asapnya juga sudah tidak pekat, sudah putih. Ini artinya sudah mulai ada pendinginan," katanya.

Meskipun demikian, tambah Jaya Negara, para petugas tetap bersiaga selama 24 jam karena api kebakaran belum bisa dipadamkan hingga hari ke-6 ini.

"Petugas sudah bersiaga di sana 24 jam, dari BPBD Denpasar dengan tujuh armada pemadam kebakaran (damkar), Badung hadir setiap hari dengan 10 damkar. Luar biasa dukungan dari Badung, kolaborasi Gianyar dan Tabanan ini astungkara cepat penanganannya. Termasuk dengan bantuan water cannon Polda Bali,” ujarnya.

Demikian pula dengan kepala desa dan lurah juga sudah membagikan masker untuk warga. Dinas Kesehatan pun sudah siaga 24 jam yang dibantu juga oleh PMI. "Kami juga sudah meminta pengecekan untuk saluran pernapasan," ucapnya.

Terkait rencana penutupan TPA Suwung yang sebelumnya ditargetkan pada awal Oktober 2023, Jaya Negara mengatakan sesuai arahan Penjabat Gubernur Bali, maka TPA Suwung tidak ditutup sampai Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) bisa berjalan dengan baik.

Sementara itu, Pengungsi akibat dari dampak kebakaran TPA Suwung dipulangkan ke daerah asalnya mulai Selasa (17/10). Para pengungsi tersebut adalah pemulung yang mengais rezeki dari TPA Suwung.

Semua pengungsi tersebut juga berasal dari luar Bali. “Dari arahan Bapak PJ Gubernur, untuk pengungsi kami pulangkan ke daerah asalnya dan dibantu oleh provinsi mulai hari ini,” kata Wali Kota.

Pengungsi ini diberikan waktu tiga hari untuk pulang ke daerah asalnya. Selama tiga hari ini mereka dirawat di kantor Kelurahan Serangan. Setidaknya ada 63 orang pengungsi yang berada di kantor Kelurahan Serangan dari balita, anak-anak, hingga lansia.

“Selama tiga hari ke depan kami siapkan untuk mereka yang mau pulang. Namun mereka memilih pulang mandiri naik motor,” katanya. Nantinya jika kebakaran TPA Suwung sudah berakhir, mereka akan diizinkan kembali untuk datang. Hal ini karena mereka dianggap memiliki peran dalam memperkecil volume sampah.

Penanganan kebakaran TPA Suwung pun menggunakan metode injeksi air. Selain itu, penanganan juga dilaksanakan dengan dua helikopter water bombing dan pasukan pemadam kebakaran.

Dengan proses pemadaman menggunakan injeksi air diharapkan mempercepat proses pemadaman api kebakaran TPA Suwung. Hal ini terutama mampu menghentikan persebaran titik api.

"Berbagai upaya telah dilakukan untuk penanganan kebakaran melalui berbagai strategi. Yang terbaru adalah Injeksi Air yang mulai diterapkan per hari ini," ujarnya.

Dijelaskannya, sebelumnya beragam strategi juga telah diterapkan. Pertama yakni helikopter water bombing BNPB yang semula satu kini ditambah menjadi dua helikopter.

Kedua, optimalisasi penanganan darat dengan personel pemadam kebakaran dan yang terbaru adalah menggunakan metode injeksi air dengan alat yang langsung didatangkan dari Sulawesi dukungan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI.

Dikatakannya, proses injeksi air ini menggunakan pipa dan disemprotkan dengan air yang telah dicampurkan bahan kimia untuk pendinginan lokasi titik api.

"Proses penyisiran lokasi kebakaran TPA Suwung terus dilakukan semoga musibah kebakaran ini dapat kita atasi segera dengan kolaborasi dan dukungan dari semua pihak hingga TNI dan Polri," ujar Jaya Negara.


Khawatir Jadi Bom Waktu

KEBAKARAN di TPA Suwung diminta lebih menjadi atensi pemerintah. Hal tersebut dikatakan Pengamat Lingkungan sekaligus Guru Besar Fakultas Teknik Universitas Udayana, I Gusti Bagus Wijaya Kusuma.

“Harus segera menjadi perhatian pemerintah yang serius. Tempat itu sudah berdiri sejak 1980-an. Berarti berusia 40 tahun dan tumpukan sampah sudah 30 meter,” kata Wijaya, Senin (16/10).

Dikhawatirkan TPA Suwung ini akan menjadi bom waktu, terlebih gas metana yang ada pada sampah akan membahayakan. Dan  gas metana yang terperangkap pada sampah yang sudah lama bahkan telah berubah menjadi humus. Wijaya juga mengatakan agar secepatnya Penjabat Gubernur Provinsi Bali Sang Made Mahendra Jaya mengambil langkah cepat untuk mengatasi sampah di TPA Suwung.

“Seperti melakukan bidding mengundang pengusaha yang bisa menangani sampah tersebut. Jangan dibatasi metodenya, karena sampah bisa dimanfaatkan selain listrik, seperti untuk batako dan paving. Bebaskan metodenya, tidak dibatasi yang penting dalam misalkan 5 tahun sampah selesai," bebernya.

Ia memperkirakan jumlah gas metana di tumpukan sampah TPA Suwung sekitar 74 juta meter kubik. Walau beberapa sudah terbakar, tapi bagaimana dengan sampah yang lain dan gas metana yang masih terperangkap di dalamnya. Untuk mengurai itu sampah harus dibongkar  dan membuat sodetan untuk mengeluarkan gas metana yang terkubur.  

Proyek pemerintah pusat TPA Suwung ruangan hijau (ecopark) dengan sistem sanitary landfill, menurutnya, mubazir.

Diketahui  22 hektare lahan di TPA Suwung  dilakukan penutupan dan penataan area TPA yang telah penuh sampah dengan dibuat terasering, ditangkap gas metana yang ada, dialirkan lindinya dan dilakukan penghijauan menjadi ruang terbuka hijau, pembangunan 2 cell sanitary landfill seluas 5 hektare dan pematangan lahan seluas 5 hektare untuk lokasi PLTSa.

"Saya tidak setuju sanitary landfill karena sama dengan bom waktu kecuali dibuatkan saluran untuk gas beberapa titik. Gas metana ditutupi  pakai tanah tetap ada gas metana. Kecuali ada pipa, tapi tetap polusi juga," katanya. (sar)

Yanto Antre hingga Tiga Jam

IMBAS kebakaran TPA Suwung Denpasar dan TPA Mandung Tabanan membuat pengalihan pembuangan sampah dilakukan di TPA Kelating, Desa Kelating, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan.

Dampaknya, terjadi antrean truk sampah yang masuk. Petugas juga kewalahan, karena TPA bekas galian C itu harus menampung sampah dari tiga kabupaten/kota, yakni Denpasar, Badung dan Tabanan.

Seorang pengangkut sampah, Yanto mengaku, memang harus mengantre selama dua hingga tiga jam untuk bisa membuang sampah. Karena memang mengantre dan tidak bisa langsung menuju TPA. "Kurang lebih dua atau tiga jam lah, Mas,” ucapnya, Selasa (17/10).

Yanto mengaku, biasanya ia membuang di TPA Suwung untuk sampah yang diangkutnya dari Kerobokan, Kuta Utara, Badung.

Karena TPA Suwung kebakaran, maka sejak itu pembuangan dialihkan ke TPA Kelating. Apalagi, TPA Mandung juga tidak bisa menampung karena kebakaran juga. "Biasanya di Suwung.

Karena kebakaran, ya ke sini. Ini sampah-sampah dari restoran vila dari Kerobokan,” ungkapnya.
Bendesa Adat Kelating. Dewa Made Maharjana mengatakan, rata-rata dalam sehari ada 66 truk pengangkut sampah yang datang sejak kebakaran di TPA Suwung dan RTPA Mandung, dan menjadikan lahan galian C tersebut sebagai tempat pembuangan sementara.

Maksimal yang datang 70 truk per hari. "Mulai Minggu (15/10) sudah banyak truk sampah yang datang,” katanya.

Dia mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Tabanan untuk mendatangkan alat berat untuk mempercepat proses penguraian tumpukan sampah sehingga mengurangi bau dan antrean armada pengangkut sampah. 

Sebab, hanya ada satu alat berat yang beroperasi dan kondisinya pun sudah tua. “Itu untuk mempercepat proses penanganan sampah dan tidak ada mobil sampah yang sampai antre di jalan desa," katanya.

Sementara itu, maraknya kebakaran TPA di Bali, membuat Pemkab Klungkung terus melakukan pencegahan. Penyiraman sampah di TPA Sente, Desa Pikat semakin gencar dilakukan untuk mengantisipasi munculnya titik api dan memicu kebakaran.

Kepala Seksi Penyelamatan dan Pemadaman Kebakaran, Damkar Klungkung, I Gede Erwan Supriantana mengatakan, penyiraman sampah di TPA Sente sudah dilakukan sejak sebulan belakangan.

Saat ini penyiraman sampah dengan damkar semakin digencarkan, yakni minimal dua kali dalam sehari. Rata-rata 2 tangki kapasitas sekitar 4.000 liter air habis untuk menyiram di TPA Sente.

"Kadang pagi, kadang siang dan sore (penyiraman sampah), tergantung kondisinya. Tapi belakangan ini lebih sering penyiraman siang dan sore hari, mencegah kebakaran akibat dari gas metana di bawah tumpukan sampah,” ujar Erwan, Selasa (17/10).

Tidak hanya di TPA Sente, penyemprotan juga dilakukan di TPA Biaung Nusa Penida.

Penyemprotan sampah ini tidak sembarang dilakukan di tumpukan sampah. Petugas mencari tumpukan sampah lama, yang rentan menghasilkan gas metana. Mengingat gas metana ini yang biasanya memicu kebakaran seperti di TPA Suwung di Denpasar, TPA di Tabanan, dan TPA di Gianyar.

Kepala Satuan Pol PP dan Damkar Klungkung, Dewa Putu Suarbawa mengatakan, pihaknya mengerahkan 2 armada pemadam kebakaran untuk menyiram sampah di TPA Sente. Sampah disiram 2 kali dalam sehari. "Kalau pagi biasanya dari jam 8 sampai jam 9. Kalau sore dari jam 4 sampai jam 5 sore," ujar Dewa Putu Suwarbawa.

Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan (DLHP) Klungkung, I Ketut Suadnyana mengatakan, tahun-tahun sebelumnya sampah di TPA Sente juga beberapa kali kebakaran. Sehingga Pemkab Klungkung sempat memasang instalasi pipa untuk mengeluarkan gas metana dari dalam tumpukan sampah.

“Sampah dilobangi kemudian dimasukkkan pipa di sejumlah titik untuk mengeluarkan gas metana itu, sehingga gas keluar tanpa terpendam di tengah yang mengakibatkan kebakaran,” jelas Ketut Suadnyana. (ang/mit)

 
 
 

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved