Berita Klungkung

Sulit Lanjutkan Buat Garam dengan Tunnel, Warga Klungkung Curhat ke Menteri Sosial

Petani garam tradisional di pesisir Pantai Kusamba, Kecamatan Dawan, Klungkung sempat mendapatkan bantuan untuk membuat garam dengan sistem tunnel.

Tribun Bali/Eka Mita Suputra
Situasi di lokasi pembuatan garam dengan sistem tunnel di pesisir Desa Kusamba, Klungkung, Minggu (26/11/2023). 

TRIBUN-BALI.COM, KLUNGKUNG - Petani garam tradisional di pesisir Pantai Kusamba, Kecamatan Dawan, Klungkung sempat mendapatkan bantuan untuk membuat garam dengan sistem tunnel.

Sistem ini memungkinkan warga tetap bisa memproduksi hujan walau musim hujan.


Namun seiring berjalannya waktu, petani ternyata sulit untuk melanjutkan pembuatan garam dengan sistem tunnel.

Baca juga: Klungkung Dapat Pasokan 1500 Vial VAR, Pemberian VAR Tetap Selektif Sesuai Risiko Gigitan

Selain hasil garam yang kualitasnya tidak sebaik dengan pembuatan secara tradisional, biaya operasional dengan sistem tunnel juga sangat tinggi.


Kepala Kelompok Petani Garam Sarining Segara Kusamba Mangku Rena mengatakan, pemerintah pusat memperkenalkan pembuatan garam dengan sistem tunel pada tahun 2022 lalu.

Saat itu juga, pemerintah melalui Kementerian Sosial menggelontorkan bantuan perlengkapan pembuatam garam dengan sistem tunnel. 

Baca juga: Inovasi POKOK Klungkung Masuk TOP 45 Pelayanan Publik Tahun 2023


"Pembuatan garam dengan sistem tunnel ini sebenarnya bagus sekali, dan karena meskipun hujan kami tetap bisa produksi garam. Selain itu juga lebih praktis," ungkap Mangku Rena, Minggu (26/11/2023).


Namun menurutnya, garam yang dihasilkan dengan sistem tunnel ini tidak sebagus garam yang dibuat dengan sistem tradisional.

Belum lagi biaya operasional untuk peralatan tunnel ini lumayan tinggi.

Baca juga: Luasan Pertanian Kedelai di Klungkung Mencapai 387 Hektar, Tahun Ini Hasilkan 1.566 Ton


"Setahun saya hitung penghasilan kelompok petani garam kami dari sistem tunnel ini sekitar Rp30 Juta. Sementara biaya operasionalnya ternyata cukup tinggi juga, misal untuk membeli plastik UV. Perawatan peralatan tunnel itu bisa tiap bulan," ungkap Mangku Rena.


Ia mengatakan, selama setahun ini plastik UV yang menjagi bagian penting dari tunnel ini sudah banyak yang bocor dan robek.

Belum lagi kerangka tunnel yang dibangun dengan bambu juga banyak yang telah rusak.

Baca juga: Hendak Antar Anak Sekolah, Warga Semarapura Klungkung Kaget Motornya Raib


"Tunnel perawatannya susah, plastiknya UV itu mahal. Tunnel kami sekarang plastiknya banyak bocor. Kami tanya harga plastik UV untuk tunnel, harganya sampai Rp11 Juta hingga Rp12 juta sampai di Bali," ungkap Mangku Rena.


Sementara dari pengalaman para petani garam di Kusamba, pelastik tunnel itu rata-rata hanya bertahan 1 tahun.

Itupun jika tidak ada tunnel yang rusak yang terhempas angin kencang.


"Perawatan alat tunnel ini yang menjadi kendala kami. Sementara masih bisa jalan, karena masih ada plastik cadangan yang diberikan pemerintah. Ini sudah bocor juga," ungkap Mangku Rena.


Keluhan ini juga sudah ia sampaikan langsung ke Menteri Sosial, Tri Rismaharini saat melakukan peninjauan ke lahan penggaraman warga di pesisir Desa Kusamba. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved