Berita Bali
Bicara Penanganan Sampah di Bali, Robi Navicula: Perubahan Positif Apabila Tiga Komponen Bergerak
Samudera Eco Festival adalah ujung rangkaian kegiatan Samudera Green Movement yang merupakan aktivitas tanggung jawab sosial Samudera
Penulis: Zaenal Nur Arifin | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Samudera Indonesia (Samudera) tahun ini kembali mengadakan Samudera Eco Festival di Bali.
Tahun ini Samudera berkolaborasi dengan Rip Curl Indonesia untuk menghadirkan Samudera Eco
Festival di Kuta Beach Skate Park pada Sabtu 16 Desember 2023.
Samudera Eco Festival adalah ujung rangkaian kegiatan Samudera Green Movement yang
merupakan aktivitas tanggung jawab sosial Samudera dengan fokus pada isu lingkungan.
Dibuka dengan penanaman 11.000 bibit mangrove di Kampung Beting, Jawa Barat dan Mangkang Wetan, Jawa Tengah kemudian disusul dengan penanaman terumbu karang di Kepulauan Seribu dengan Coral Survival Rate sebesar 96,7 persen.
Baca juga: Peluncuran Bank Sampah, YKKS Siap Olah Sampah RSU Negara Jadi Kaki Palsu
“Ini bukan pertama kalinya Samudera Eco Festival digelar. Tahun 2022 kami menyelenggarakan beach
clean up di Pantai Masceti yang berhasil mengumpulkan sampah sebanyak 314 kg," ujar Perwakilan pengurus Samudera Peduli, Amelia Rahmawati.
Ia menambahkan, tahun ini Samudera dan Rip Curl berkolaborasi dalam Eco Festival karena berada di industri yang sangat lekat dengan laut, yang tentunya dengan harapan kegiatan ini dapat meningkatkan kesadaran dan mengedukasi masyarakat mengenai isu lingkungan.
"Samudera Eco Festival 2023 dibuka dengan beach clean up di sepanjang pantai yang berhasil mengumpulkan 513 kg sampah yang akan di daur ulang," imbuhnya.
513 kg sampah yang terkumpul itu akan dipilah dan di daur ulang menjadi barang ekonomis bernilai.
Kenapa Bali dipilih menjadi kegiatan Samudera Eco Festival?
Amelia menyampaikan bahwa jika berbicara Bali tidak sekecil itu apalagi berbicara masalah sampah, terlebih di bulan Desember ini sampah kiriman yang menepi di sepanjang Pantai Kuta selalu menjadi permasalahan serius.
"Ini program lanjutan yang kita lakukan di akhir tahun seperti tahun lalu. Dan sekarang kita pilih di pantai Kuta karena banyak dikunjungi wisatawan dan juga potensi sampahnya banyak karena sampah kiriman yang selalu ada di akhir tahun," ungkap Amelia.
Ia menambahkan selain program Samudera Green Movement juga memiliki program pengelolaan sampah dengan waste management.
Di mana khusus di kantor-kantor Samudera yang ada di Jakarta, Surabaya dan Bali memiliki bank sampah plastik bekerjasama dengan partner mengelola sampah plastik di daur ulang menjadi barang yang bisa digunakan.
Barang tersebut diantaranya seperti note book dari recycle sampah plastik dan lain sebagainya.
Selain itu, terdapat dua sesi talkshow yang mengangkat permasalahan lingkungan.
Sesi pertama membahas limbah plastik oleh Indonesia Plastic Bank dan mengundang perwakilan dari Sungai Watch, Bye Bye Plastic Bag, dan Navicula.
Gede Robi Navicula pada sesi talkshow mengatakan kalau sekarang ini lebih cepat penyebaran, penciptaan dan distribusi plastik ketimbang dengan apa yang bisa kita lakukan.
"Jadi lebih cepat dia dibikin, lebih cepat dia menyebar dibanding kita sanggup membersihkannya. Di Indonesia mungkin setiap hari rata-rata ada lebih dari 92 juta sedotan plastik yang kita pakai untuk minum es teh, pakai buang dan pakai buang," ungkap Gede Robi.
Dan sehari rata-rata ada 500 juta kantong plastik kresek yang kita pakai lalu buang, pakai dan buang.
Di Indonesia saja ada sekitar 3 ton plastik yang bocor ke lautan dalam waktu satu menit atau satu truk besar.
"Jadi selama saya duduk di sini sudah ada tiga truk plastik yang bocor atau tidak sengaja kebuang ke sungai, kebawa hujan ke sungai dan lain sebagainya. Tiga ton setiap hari itu baru dari beberapa sungai dan baru di wilayah Bali," imbuhnya.
Siapa yang memegang peranan penting dalam penanganan semua sampah itu?
Gede Robi mengatakan bahwa ia percaya perubahan positif apabila tiga komponen bergerak, pertama adalah pemerintah, kedua corporate atau perusahaan dan ketiga adalah masyarakat.
"Kalau tiga komponen ini mau bergerak dan bisa. Masalahnya sekarang bukan pada infrastruktur dan teknologi serta pengetahuan sudah ada tapi sekarang mau atau tidak?," tegasnya.
Sedangkan sesi kedua membahas pentingnya peran terumbu karang serta mangrove untuk keanekaragaman hayati di laut.
Sesi kedua mengundang perwakilan dari Coral Triangle Center dan Mangrove Mob.
Sebagai penutup, akan ada penampilan Tjok Bagus dan Navicula, musisi-musisi yang memiliki perhatian lebih terhadap lingkungan dan terinspirasi oleh lingkungan dalam bermusik.(*)
Kumpulan Artikel Bali
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.