Era Reformasi dan Globalisasi, Perlunya Menghidupkan Eka Prasetya Pancakarsa

Era Reformasi dan Globalisasi, Perlunya Menghidupkan Eka Prasetya Pancakarsa

Istimewa
Agus Widjajanto 

Dimana terdapat tiga unsur yaitu Tuhan, manusia dan kewajiban manusia sebagai mahluk hamba yang diciptakan.

Huruf Ha diartikan Hurip atau Urip yaitu hidup, sifat Dzat Yang Maha Esa atau Tuhan. Sedang NA adalah Hana artinya ada yaitu adanya kita manusia dan adanya alam semesta (selaku sunatullah).

Huruf Caraka yang artinya utusan dari kata Ca: cipta, pikir, nalar, akal, Ra: adalah Rasa budi kita olah rasa kita, sedang Ka adalah kehendak atau Karsa. Kehendak dari yang Maha Esa, atas kehidupan kita bagian dari alam semesta.

Dengan memahami konsep aksara Jawa Honocoroko, kita bisa menjadi manusia berbudi luhur.

Awalnya kita dari mana (sang kan paraming dumadi), setelah dilahirkan di dunia harus bagaimana dan setelah tiada kita mau kemana.

Dengan memahami diri kita maka kita bisa tahu jati diri kita. Dengan demikian, kita bisa memahami bagian dari alam semesta diluar diri kita.

Itu semua harus harmonisasi, itulah nilai nilai dari Pancasila, yang diaktualkan melalui Eka Prasetya Panca Karsa.

Bahwa konsep Pancasila dari pak Harto juga sama, menggali dari ajaran luhur para leluhur bangsa ini sebelum lahir-nya Indonesia Merdeka, kita adalah bangsa yang besar dan berbudaya adiluhung.

Ini yang harus dimengerti para generasi muda, bahwa bangsa kita adalah bangsa yang sangat beradab dan berketuhanan. Bukan negara agama, tapi negara yang melindungi segenap tumpah darah rakyat-nya terhadap agama yang dipeluk masyarakatnya.(*)

Penulis: Agus Widjajanto

Praktisi hukum di Jakarta, pemerhati Politik, Hukum dan sosial budaya

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved