Berita Buleleng

Guratan Satya di Tengkorak Sapi,  Kisah Cinta Raja Jayapangus

Seniman berusia 22 tahun ini mengangkat tema Dalem Balingkang. Tengkorak sapi pun dipilih sebagai media karena ia merasa selama ini jarang dimanfaatka

Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN BALI/Ratu Ayu Astri Desiani
seni prasimologi - Satya Pradnyana menunjukkan hasil karya seni prasimologi yang menggunakan media tengkorak sapi, Kamis (18/4).  

TRIBUN-BALI.COM - Karya seni jenis prasimologi buatan Satya Pradnyana begitu unik dalam pameran di Galeri Paduraksa, Undiksha, Kamis (18/4). Perupa biasanya menggunakan daun lontar sebagai media dalam seni prasi, namun di tangan Satya, seni tersebut dibuat di tengkorak sapi.

Seniman berusia 22 tahun ini mengangkat tema Dalem Balingkang. Tengkorak sapi pun dipilih sebagai media karena ia merasa selama ini jarang dimanfaatkan oleh masyarakat. "Tengkorak sapi ini tidak bisa dijual lagi oleh pemotong ataupun  pengepul daging," ujarnya..

"Juga tidak bisa diolah jadi makanan seperti sup karena ukurannya terlalu besar. Jadi saya ambil untuk dibuat menjadi karya. Tengkorak yang dipakai harus dari sapi jantan, karena ukurannya besar dan memiliki tanduk sehingga menambah nilai karya," sambungnya.

Baca juga: Putu Edit Bikin Jam Kayu Diapresiasi Bupati Jembrana, Mahakarya Berpotensi Booming

Baca juga: MK ‘Kebanjiran’ Amicus Curiae, Ada 22 Gugatan yang Masuk, Mengetuk Hakim Sebelum Putusan Pilpres

Pameran ini diikuti oleh 15 mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Rupa, Undiksha Singaraja. Para mahasiswa semester VII ini memamerkan 45 karya seni. Tema Upload ke Dunia Nyata diambil lantaran mereka mahasiswa angkatan 2020, masa dimana pandemi Covid-19.

Karya seni yang dipamerkan di antaranya karya lukis, prasimologi, desain komunikasi visual, kriya keramik, kriya tekstil, kriya kayu, patung, grafis hingga fotografi. Karya-karya tersebut disiapkan sejak tiga bulan yang lalu dan akan dipamerkan hingga Senin 29 April 2024.

Satya menjelaskan, tengkorak yang dapatkan dari tukang jagal di wilayah Tabanan mula-mula direbus, lalu dikeringkan selama tiga hari. Tengkorak itu kemudian ditoreh menggunakan bor, lalu diberikan tinta cina yang dicampur dengan vernis. Torehan itu menggambarkan kisah percintaan Raja Jayapangus yang mempersunting anak seorang pedagang asal China.

"Tingkat kesulitannya waktu menoreh pakai bor, karena ketebalan tengkorak tidak rata. Seni prasi ini biasanya menggunakan kemiri yang sudah dibakar sebagai tintanya. Namun karena medianya tengkorak sapi, jadi harus pakai tinta cina dicampur vernis. Tujuannya agar tidak mudah luntur," ungkapnya.

Satya menyebut, karya tersebut mulai disiapkan sejak September 2023 lalu. Sebelum mengikuti pameran di Galeri Paduraksa Undiksha, ia juga sempat mengikuti pameran di Bandung. Bahkan saat di Bandung itu, satu karyanya berhasil terjual. "Sebenarnya dalam tema Dalem Balingkang ini ada empat karya.  Namun satu sudah terjual. Harganya cukup lah," tandasnya. (ratu ayu astri desiani)

 

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved