Berita Jembrana

Lolos DPRD Jembrana, Kadek Joni Berbagi Awal Perjalanan Terjalnya di Tengah Kesulitan Ekonomi

Lolos DPRD Jembrana, Kadek Joni Berbagi Awal Perjalanan Terjalnya di Tengah Kesulitan Ekonomi

zoom-inlihat foto Lolos DPRD Jembrana, Kadek Joni Berbagi Awal Perjalanan Terjalnya di Tengah Kesulitan Ekonomi
Tribun Bali/Eka Mita Suputra
Caleg New Comer dari Partai Golkar Dapil 5 Jembrana, I Kadek Joni Asmara Adi Putra saat dijumpai.

 


TRIBUN-BALI.COM, NEGARA - I Kadek Joni Asmara Adi Putra adalah salah satu putra daerah asli Jembrana yang berhasil lolos sebagai caleg new comer dalam Pemilu Legislatif (Pileg) 2024 kemarin.

Pria 42 tahun yang menjadi salah satu kader Golongan Karya (Golkar) ini berhasil mengantongi 2.830 suara di Dapil 5 Jembrana.

Namun begitu, di balik kesuksesannya saat ini, pria yang lebih akrab disapa Dek Joni ini harus menjalani kisah hidup yang berliku-liku.

Bahkan ia sudah hidup mandiri sejak duduk di bangku SMA. Mengingat ia adalah salah satu lulusan SMAN 1 Singaraja.

Baca juga: 5 Mobil Digembosi dan 2 Motor Diangkut Petugas di Ubud 

Putra dari pasangan I Made Jeneng dan Ni Kadek Suwandi ini lahir di Dauhwaru, Kecamatan Jembrana pada 11 Oktober 1981 silam. Ia adalah darah campuran mengingat ayahnya sendiri berasal dari Buleleng dan Ibunya asli Jembrana. Cerita hidup pria 42 tahun yang kini sukses di usaha pabrik dupa bernama Saraswati 108 ini cukup berliku. 

Sejak kecil, ia bersama orang tuanya kerap tinggal berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Sebab, saat itu ekonomi keluarganya belum sangat mendukung seperti sekarang.

"Bahkan sebelum saya lahir, keluarga tinggal di kos-kosan karena terbentur ekonomi. Kemudian pindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Hingga akhirnya tahun 1987 baru pindah tinggal di LC Dauhwaru," kenangnya sembari menunjukkan lokasi yang dimaksud. 

Baca juga: Dispar Bantah Jumlah Wisdom ke Bali Menurun Saat Lebaran

Ia melanjutkan, sejak tinggal dan menetap di Dauhwaru, ia mengenyam pendidikan di SDN 3 Dauhwaru pada 1987 silam. Setelah lulus ia kemudian melanjutkan pendidikannya di SMPN 1 Negara pada 1993. Kedua jenjang sekolah itu ia jalani dengan mulus. 


Namun pada jenjang SMA, ia sejatinya berencana masuk STM namun tak diberikan restu oleh orang tuannya. Kemudian ia hanya sekolah selama empat bulan saja di SMAN 1 Negara. Karena dianggap menjadi anak yang tidak menurut pada orang tua, ia kemudian dipindahkan ke SMAN 1 Singaraja pada 1997 dengan maksud perilakunya bisa membaik. 


Di Singaraja, awalnya ia tinggal bersama kerabat dari ayahnya. Namun tak lama ia memilih tinggal sendiri dan hidup mandiri. Perjalanan hidupnya pun dimulai. Sejak saat itu, ia memulai hidup mandiri atau jauh dari orang tua.


Setelah berhasil menyelesaikan pendidikan di SMAN 1 Singaraja, ia hendak melanjutkan pendidikan ke salah satu perguruan tinggi Negeri. Namun begitu, ia justru tak lulus. Sehingga, ia menjalankan rencana lain meskipun tujuan awalnya adalah bagaimana agar bisa segera menghasilkan uang minimal untuk menghidup diri sendiri.


Setelah beberapa kali pertimbangan, ia akhirnya memilih untuk sekolah ke Yogyakarta. Ia melanjutkan pendidikan di Diploma I Sekolah Tinggi Kedirgantaraan. Saat itu ia mengambil jurusan Pramugara dan selama perjalanannya ia juga mendapat pendidikan terkait pariwisata. Apalagi saat itu Bali sudah dikenal dunia dengan pariwisatanya. 


Setahun sekolah, ia pun kembali memutar otak. Karena saat itu, untuk menjadi Pramugara tidaklah mudah. Apalagi kebutuhan maskapai lebih dominan mencari atau memberi peluang kepada pramugari. Sehingga, ia kemudian kembali memutar otak dan akhirnya sempat menjalani on the job training di Bandara Ngurah Rai. Di sana ia tak lama, hanya tiga bulan. 


Ia memilih keluar dan kembali menempuh pendidikan dan pelatihan di salah satu LPK di Bali dengan mempelajari bidang pariwisata yakni ke kapal pesiar. Di LPK, Kadek Joni berlatih dan belajar selama enam bulan lamanya. 


Hingga akhirnya, pada tahun 2002 silam, ia bertekad dan berhasil bekerja di kapal pesiar untuk pertama kalinya. Ia berkecimpung di kapal pesiar hampir 10 tahun yakni periode 2002-2011 akhir. Selama di bidang tersebut, sedikitnya ia sudah berpindah tiga perusahaan karena berbagai pertimbangan. Meskipun begitu, Dek Joni kerap mendapat penghargaan sebagai karyawan terbaik di perusahaan tempat ia bekerja.


"Tahun 2005 lalu itu, saya sudah berkeliling dunia dengan perusahaan tempat saya bekerja. Dan kapal tempat bekerja itu sempat singgah ke Bali. Sehingga saya menyempatkan diri untuk mengajak orang tua naik ke kapal pesiar," tuturnya. 

"Banyak pengalaman hidup selama bekerja di kapal pesiar. Dan di perusahaan terakhir, saya mendapat apa yang saya cari mulai dari penghasilan, perlakuan perusahaan kepada crew dan kontrak yang lebih pendek dari perusahaan lainnya," kenangnya. 

Dan di tahun 2011, kata dia, ia memutuskan untuk berhenti berangkat atau bekerja ke kapal pesiar.

Dan menariknya, ketika pulang ke kampung halaman ia bertemu seorang wanita bernama Ni Made Ayu Anita Dewi, SE.

Perempuan tersebut kini menjadi istrinya yang mendampingi sejak pernikahannya pada 2011 lalu.

Selama membina rumah tangga, Dek Joni dikaruniai empat orang anak, tiga orang perempuan dan satu laki-laki.

Kemudian bagaimana dengan cerita membangun usaha hingga akhirnya saat ini memiliki ratusan karyawan di tiga perusahaan berbeda?

Kadek Joni menuturkan, sejatinya ketika masih bekerja di kapal pesiar ia sudah mulai melirik usaha.

Awalnya ia membuatkan toko untuk orang tuanya khusus menjual alat persembahyangan umat Hindu. Dari toko yang dibangun pada 2010 ini, sejatinya cikal bakal pabrik dupa yang dimilikinya saat ini. Mengingat dupa adalah produk yang paling dibutuhkan oleh seluruh kalangan.

"Selain itu, latar belakang orang tua juga saat itu menjadi mangku atau tokoh agama umat Hindu. Sebelum dikenal, saya sempat jualan dupa di ruang tamu dan pembelinya adalah saudara, kerabat dekat hingga akhirnya ke orang lain," jelasnya.

Dari sana atau di tahun 2011 itulah ia memulai membangun usaha produksi dupa.

Sebelum mandiri, ia sempat menjual produk dupa orang lain seperti produk dari India, China hingga Malaysia. Seiring waktu berjalan dan melihat kondisi perekonomian di kampung asalnya ini, ia pelan pelan melirik menjual dupa lokal. 

"Setahun berikutnya atau di 2012 itu saya mencoba untuk mengemas produk. Bahannya atau produk setengah jadi kita beli, lalu diolah dengan pengharum, dikemas dan dijual," katanya.

Kemudian di tahun 2013, pria dengan ciri khas gundul ini memutuskan membangun dan mengembangkan usaha dupa yang bernama Saraswati 108.

Sejak awal, ia menuturkan hanya belajar otodidak sembari didampingi oleh sejumlah orang. Di tahun yang sama, akhirnya ia membangun sebuah pabrik di lahan kosong sebelah tokonya. 

"Setelah produksi, hanya ada 12 orang karyawan saja saat itu. Sekarang karyawan sudah ada 250an khusus di dupa, lebih dominan perempuan terutama untuk pengemasan," sebutnya.

Tak hanya dupa, sejak menikah ia sudah diberikan tanggungjawab oleh mertua sebagai agen oksigen.

Dan di tahun 2012 lalu, perusahaan milik mertuanya tersebut hendak dijual.

Namun Kadek Joni membelinya dengan sekuat tenaga yang ia miliki.

Hingga akhirnya di tahun 2020, usaha tersebut berkembang dan upgrade menjadi pengisian.

Kemudian saat pandemi Covid 19 lalu akhirnya berubah menjadi PT Bali Oxygen Supply atau perusahaan pengisian oksigen.

Selain itu, pada tahun 2020 awal, ia kembali membuka usaha. Kali ini adalah usaha grosir yang bernama Sari Asih.

Awalnya, usaha ini hanya bergerak di bidang sembako dengan konsep grosir dan delivery order dan saat ini sudah berjalan. 

"Jadi di tiga usaha tersebut, ada 300an karyawan saat ini. Astungkara, semoga bisa membantu masyarakat minimal untuk keluarganya," ucapnya. 

Dari Organisasi hingga Terjun ke Politik 

Nama I Kadek Joni Asmara Adi Putra sudah banyak dikenal sejak tahun 2015 silam.

Namanya sudah banyak yang mengenal karena perusahaan yang ia bangun tersebut.

Dan sejak saat itu pula, ia mulai terjun atau masuk ke sejumlah organisasi. Seperti HIPMI dan lainnya.

"Tahun 2015 sudah mulai terjun ke organisasi. Karena awalnya banyak yang melirik untuk diajak bergabung ke organisasi tesebut," tuturnya. 

Dia mengakui, saat itu, ikut serta di organisasi hanya sekedar saja karena perusahaan yang ia miliki saat itu masih belum berani dilepas atau belum auto pilot.

Namun sejak tahun 2022 lalu, ia sudah menduduki jabatan sebagai Ketua Ikatan Motor Indonesia (IMI) Jembrana dan juga sebagai Ketua Muaythai Jembrana.

Seiring waktu berjalan, kata dia, pada awal 2021 lalu dirinya bertemu dengan seorang teman yang saat ini masih menjabat di DPRD Jembrana. Pria tersebut sudah ia kenal sejak beberapa tahun sebelum bertemu kembali.

"Dia mengajak saya, untuk bergabung ke partai dengan tujuan memperkuat skuad Golkar Pileg 2024 ini. Tapi saat itu saya tidak menjawab karena pengetahuan soal politik saat itu masih nol besar. Mungkin karena keseharian di usaha, politik masih tabu sekali untuk dibicarakan," jelasnya. 

Namun begitu, kata dia, temannya atau pria tersebut secara intens berkomunikasi dan berhasil membuat pengusaha dupa ternama ini terketuk hatinya.

Apa yang digambarkan dalam politik tersebut membuat pria 42 tahun ini belajar dengan cepat dan akhirnya ingin terjun. Karena ia merasa hidup ini sosial, bukan untuk diri sendiri saja, tetapi juga untuk orang lain.

"Karena apa yang dia gambarkan membuat saya belajar dengan cepat, beliau menyampaikan sudah sukses di usaha, ketika sukses di politik akan menjadi lengkap dan bisa berbuat untuk orang banyak," tuturnya menirukan ucapan temannya di kalangan politik tersebut.


"Karena prinsip saya selalu berusaha untuk membantu orang lain, sehingga tawaran itu menjadi tertarik. Sejak itu barulah mulai dekat dengan orang politik dan akhirnya resmi bergabung menjadi anggota Golkar," jelasnya. 


Sejak masuk di Partai Pohon Beringin Jembrana tersebut, Kadek Joni mengaku tak mendapat sambutan yang baik dari kader lain. Mungkin, saat itu Kadek Joni dianggap sebagai ancaman bagi kader lain. Beruntung ia bisa beradaptasi dan akhirnya pelan-pelan diterima. Awalnya ia menjabat sebagai Bendahara Kecamatan Jembrana. Dan sejak 2022 lalu, ia diberikan kepercayaan Kecamatan Jembrana untuk menjadi Ketua PK (pimpinan Kecamatan) Jembrana.


Lalu apa motivasi sehingga akhirnya memilih untuk menjadi Caleg dan bertempur di Pileg 2024 lalu, pria empat orang anak ini menuturkan, keputusan Nyaleg hanya ingin mengabdi ke masyarakat yang lebih luas. Meskipun kini ia memiliki karyawan 300an orang. 


"Dan akhirnya, selain karyawan yang jadi penggerak di perolehan suara, kader dan simpatisan sangat banyak membantu meskipun awalnya tidak disambut baik saat baru masuk," jelasnya.


Dia menegaskan, ketika nantinya sudah dilantik dan duduk di kursi DPRD, Kadek Joni ingin fokus belajar. Ia siap ditempatkan dimana saja karena ia yakin ketika belajar sesuatu yang baru dimanapun akan menambah pengetahuan dan tidak ada ruginya. 


"Tapi saya lebih condong ke pendidikan dan pemerintahan. Karena mungkin itu yang harus saya pelajari di awal. Kami mohon doa agar bisa mengabdi ke masyarakat luas dengan baik dan bisa membantu," harapnya. 

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved