Berita Klungkung
Hujan Deras Guyur Klungkung, Petani Garam Dua Hari Hanya Bengong di Gubuk
Hujan Deras Guyur Klungkung, Petani Garam Dua Hari Hanya Bengong di Gubuk
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Fenty Lilian Ariani
SEMARAPURA,TRIBUN-BALI.COM - I Nengah Kertiyasa (60) dan istrinya duduk santai di gubuk penggaraman mereka yang berlokasi di pesisir Pantai Karangdadi, Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Selasa (23/4/2024).
Sesekali mereka menatapi langit, berharap cuaca kembali terik sehingga mereka bisa segera membuat garam.
Siang itu langit Klungkung memang tengah mendung. Sudah dua hari lamanya, Klungkung diguyur hujan.
Cuaca seperti ini sangat tidak diharapkan para petani garam tradisional di Kusamba, karena mereka tidak bisa memproduksi garam.
"Sudah dua hari tidak bisa kerja (buat garam). Kalau tidak hujan, mendung seperti saat ini. Jadi cuma bengong di gubuk, tidak bisa buat garam," ujar Kertiyasa, Selasa (23/4/2024).
Baca juga: 20 Hektare Kebun Kakao Desa Gunung Salak Selemadeg Timur Proses Sertifikasi Organik
Tidak banyak hal yang bisa dilakukan pasangan asal Banjar Batur, Desa Kusamba itu kecuali hanya menunggu matahari kembali terik. Sebab mereka hanya bekerja sebagai pembuat garam tradisional.
Sementara karena hujan, mereka terpaksa menjual garam stok yang juga jumlahnya sudah kian menipis.
"Tidak ada pekerjaan apa lagi kami, hanya buat garam. Semoga matahari segera terik lagi," harapnya.
Padahal menurutnya saat ini harga garam tradisional Kusamba cukup baik. Di Koprasi, garam Kusamba dibeli dengan harga Rp10 ribu per kilogram.
Baca juga: Semangat Berantas Stunting, Ny Rai Wahyuni Sanjaya Berikan PMT & APE Bagi Anak Usia Dini di Tabanan
Biasanya nanti garam tersebut diolah kembali menjadi garam beryodium.
Sementara kalai dijual eceran, harga garam kusamba berkisar Rp15 sampai Rp20 ribu per 1,5 kilogram.
"Kalau pengepul ada, tapi jarang datangnya. Biasanya cari garam per ton, untum spa," ungkap dia.(*)

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.