Kisah Inspiratif

Demi Biaya Sekolah, Oktaviani dan Dita Buat Porosan, Kisah Kakak Beradik Yatim Piatu di Desa Nyalian

Kakak beradik yatim piatu Putu Oktaviani Putri dan Kadek Dita Dwi Rahayu harus membuat porosan untuk biaya dan bekal sekolah.

Tribun Bali
KUNJUNGAN – Tim Tribun Bali saat mengunjungi kediaman Kakak beradik, Putu Oktaviani Putri dan Kadek Dita Dwi Rahayu di di Dusun Kapit, Desa Nyalian, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung, Selasa (21/10) lalu. 

TRIBUN-BALI.COM - Kakak beradik yatim piatu Putu Oktaviani Putri dan Kadek Dita Dwi Rahayu harus membuat porosan untuk biaya dan bekal sekolah.

Putu Oktaviani Putri (12) dan Kadek Dita Dwi Rahayu (9) sedang sibuk membuat porosan saat ditemui di rumah sederhana di Dusun Kapit, Desa Nyalian, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung, Selasa (21/10) lalu.

Kakak beradik yang kini yatim piatu tersebut harus meluangkan waktu bermainnya membuat porosan, atau sarana upacara yang biasanya terdapat pada canang.

Jemari mungil mereka lincah menata janur menjadi bentuk-bentuk kecil persembahan, yang nantinya dijual untuk menambah uang saku sekolah.

Baca juga: BANGKIT Setelah Hampir Pensiun, Kisah Pasutri Penjahit Tuai Rupiah Berkat Program Seragam Sekolah

“Saya setiap hari buat porosan, kadang diberi Rp 10 ribu pakai bekal sekolah,” ujar Putu Oktaviani.

Ia kini duduk di kelas VI SD Negeri 4 Nyalian, sedangkan adiknya, Dita, masih di kelas III sekolah yang sama. Sejak ditinggal orangtuanya, mereka diasuh oleh kakeknya yang sudah berusia senja.

Kakeknya, I Wayan Yasa sehari-hari bekerja sebagai buruh bangunan. Sementara neneknya bekerja serabutan. Meski ditengah keterbatasan, semangat mereka untuk bersekolah sangatlah tinggi.

Oktaviani berharap dapat terus bersekolah, agar bisa meraih cita-citanya sebagai seorang pramugari. Ia pun sudah memiliki tujuan selanjutnya, untuk dapat bersekolah di SMP N 3 Banjarangkan

“Saya cita-cita jadi pramugari, kalau sekarang suka belajar matematika, IPA, sama Bahasa Inggris,” ungkapnya polos. 

Sementara sang adik, Kadek Dita mengungkapkan sangat ingin menjadi dokter agar bisa membantu banyak orang.

“Kalau saya cita-cita jadi dokter,” ungkap Dita dengan polosnya.

Baca juga: Dari Beasiswa Jadi Perempuan Berdikari, Kisah Giri, Wanita Muda Bali Sukses di Mamaka Fun Run

Sebagai yatim piatu, Putu Oktaviani dan Kadek Dita dituntut untuk hidup mandiri. Ketika neneknya sakit, kakak beradik ini bahkan sudah bisa memasak.

“Kalau saya bisa masak telur, masak sosis, kalau yang masak nasi, kakak,” ungkap Dita.

Sang kakek, Wayan Yasa tampak berkaca-kaca menatap kedua cucunya. Ia berharap kedua cucunya mendapatkan bantuan, terutama untuk pendidikannya.

“Untuk makan sehari-hari kami masih bisa berusaha. Tapi kalau urusan sekolah, itu yang paling saya pikirkan. Saya ini sudah tua, takut saya tidak bisa membiayai,” ungkap Yasa.

Sumber: Tribun Bali
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved