Kebakaran di Denpasar

MIRIS! Kebakaran di Sesetan Tewaskan Satu Keluarga, Warga Sempat Dengar Teriakan Minta Tolong

Made Arisanjaya, Komang Novi Mertasari dan anak mereka Putu Gede Arta Dharma Sankara tewas dalam peristiwa kebakaran di Sesetan (6/5).

Kolase Tribun Bali/ Adrian Amurwonegoro dan Freepik
Regu Damkar Kota Denpasar berupaya menjinakkan amukan si jago merah yang melahap kos-kosan di Sesetan, Denpasar Selatan, pada Senin 6 Mei 2024. Dok. Dinas Damkar Denpasar 

Hal ini dilakukan mengingat keluarga almarhum Ari kurang mampu. Mereka masuk dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).

"Kalau tidak ada bantuan dari Mahatmiya, tadi kami sudah merancang membantu membayar biaya sewa ambulan lewat dana kebencanaan yang disediakan di desa," ucapnya.

Pawata menuturkan, sebelum menerima kabar tewasnya ketiga korban, ia sempat bermimpi didatangi orangtua almarhum Ari.

Setelah itu, Pawata terbangun dan pergi ke kamar mandi.

"Di kamar mandi saya dengar juga ada anjing yang meraung. Sekilas saya lihat ada cahaya juga. Mungkin itu firasat ya, karena saya dan ayah almarhum cukup dekat. Kami sempat satu sekolah saat SMP," tutur Pawata.

Kemudian pada Selasa (7/5) pagi Pawata mendapat telepon dari polisi yang mengabarkan bahwa warganya I Made Arisanjaya, Komang Novi dan Putu Gede Arta Dharma Sankara, tewas terbakar di dalam kamar kosnya.

Jenazah ketiga korban mulanya sulit dikenali. Namun identitas ketiga korban akhirnya berhasil diketahui setelah polisi melacak pelat motor milik Ari.

"Setelah dapat kabar dari pihak kepolisian, saya langsung mendatangi rumah duka. Saya sangat sedih dengan kejadian ini. Sampai tidak bisa memimpin rapat,” katanya. (mah/ian/sup/rtu/sar)

Korban Sebelumnya Sempat Video Call dengan Korban

Wayan Ardiyasa, selaku kakak ipar istri korban menuturkan, sebelum kejadian tersebut, sekitar pukul 20.00 Wita, Novi membuat story WA keceriaan keluarga kecil ini.

"Saya lihat story WA istrinya. Mereka bercanda ceria dengan suami dan anaknya," tutur Ardiyasa saat diwawancarai di lokasi kejadian, Selasa (7/5).

Kemudian ia juga mendapat kabar bahwa pukul 21.00 Wita korban sempat video call keluarganya di kampung. "Kemungkinan setelah video call ini kejadian kebakaran itu," tuturnya.

Dikatakannya, korban baru menikah dua tahun lalu. Sang istri bekerja sebagai pedagang online menjual kasur, lemari dan sejenisnya.

Sementara suaminya bekerja di Benoa sebagai tukang fillet ikan.

Saat kejadian, Ardiyasa dihubungi oleh kerabatnya bahwa ada kebakaran di tempat adik iparnya.

"Karena kebetulan dia lihat di FB ada tulisan olshop ipar saya, saya ditelepon oleh saudara saya," akunya.

Kemudian sekitar pukul 02.30 Wita, ia dicari ke rumahnya dan disebutkan ada korban meninggal dari Kintamani dan Buleleng.

"Saya kemudian ke lokasi kejadian. Memang benar kontrakan ipar saya. Dan ada yang meninggal. Kan istrinya dari Kintamani nikah ke Bontihing Buleleng," imbuhnya.

Dia pun memastikan ke RSUP Prof IGNG Ngoerah (Sanglah) terkait kebenaran itu.

Di RSUP Ngoerah, saat dilihat, kondisi adik iparnya sudah gosong dan tak bisa dikenali karena hidungnya rusak. Barulah saat melihat jenazah anak korban, ia menjadi yakin. Ia juga mendengar informasi jika ketiga korban ditemukan di kamar mandi.

Ketiga korban tersebut baru 3 bulan kos di lokasi tersebut.

Hal tersebut diungkapkan oleh salah satu pemilik kos Nyoman Sana asal Sidemen Karangasem.

Menurut Nyoman Sana, ada tiga blok rumah kos dan kontrakan di lokasi tersebut.

Blok pertama dimiliki oleh dirinya dengan jumlah 4 kamar kos dan ludes terbakar.

"Ada empat kamar kos, tapi yang terisi tiga kamar. Dan satunya lagi baru mau akan ada yang kos, tapi sudah terbakar," katanya.

Blok kedua dimiliki sang adik, Ketut Suardana yang merupakan satu rumah kontrakan. Di rumah kontrakan inilah satu keluarga asal Buleleng ini meninggal terpanggang.

"Awalnya itu mau dipakai rumah tinggal oleh adik saya. Namun karena agak sempit dan sudah ada anak 3 orang, adik saya pindah dan ngontrak rumah yang lebih luas," tuturnya.

Sementara itu, di blok ketiga yang berada paling utara merupakan kos-kosan milik adik perempuannya bernama Ni Wayan Sutari. Di blok ketiga ini ada 6 kamar kos, namun tidak terlalu terdampak kebakaran ini.

"Hanya dua tempat ini yang parah. Kos saya ada 4 kamar dan satu rumah kontrakan adik saya," katanya.

Ia mengaku mengetahui kebakaran ini sekitar pukul 23.00 Wita. Dia saat itu sedang berada di Karangasem dihubungi oleh kerabatnya bahwa kosnya terbakar.

Dia pun datang Selasa pagi dan mendapati sudah hangus terbakar. Selain itu, ada tiga orang meninggal di rumah kontrakan milik adiknya.

Dia mengatakan api muncul dari rumah kontrakan yang menyebabkan korban jiwa.

"Sebelum kebakaran, karena jualan online, korban sempat menurunkan barang jualan berupa kasur," imbuhnya.

Dia menambahkan, tanah tempat kontrakan maupun kos tersebut bukanlah miliknya.

"Saya dan adik-adik juga ngontrak selama 25 tahun dari warga sini namanya Nyoman Kartika. Baru berjalan 10 tahun. Intinya saya investasi saat ada KUR itu," katanya. (sup)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved