Berita Bali
DBD di Bangli Masih Tinggi, Gianyar Juga Tembus 2.300 Kasus, Kota Lebih Rawan Demam Berdarah
Berdasarkan data yang dihimpun dari RSUD Bangli, jumlah pasien yang dirawat akibat DBD pada bulan April 2024, tercatat sebanyak 183 orang.
TRIBUN-BALI.COM - Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Bangli telah mengalami penurunan. Walau demikian dari segi jumlah pasien yang dirawat, angkanya masih tergolong tinggi. Wilayah perkotaan menyumbang angka tertinggi.
Berdasarkan data yang dihimpun dari RSUD Bangli, jumlah pasien yang dirawat akibat DBD pada bulan April 2024, tercatat sebanyak 183 orang. Sedangkan di bulan Mei, tercatat sebanyak 166 orang.
Kabid Keperawatan RSUD Bangli, Wayan Suardana mengatakan, jika dibandingkan antara bulan April dan Mei, jumlah pasien yang dirawat akibat DBD memang mengalami penurunan. Hanya saja dari segi jumlah 166 pasien, ia tidak memungkiri angka tersebut masih tergolong tinggi.
"Bisa dibilang sampai bulan Mei masih tergolong tinggi, tapi cenderung sudah menurun. Sedangkan di bulan Juni, tercatat hingga kini masih ada 26 pasien dirawat," sebutnya, Kamis (6/6).
Suardana mengatakan, tingginya kasus DBD di Kabupaten Bangli cenderung dipengaruhi oleh cuaca. Cuaca yang tidak menentu, seperti hujan kemudian panas mengakibatkan pertumbuhan nyamuk Aedes Aegypti menjadi subur.
"Musim pancaroba seperti saat ini memang sangat memungkinkan bagi jentik nyamuk Aedes Aegypti untuk berkembang. Karenanya, masyarakat harus waspada dan melakukan pemberantasan sarang nyamuk secara mandiri," ucapnya.
Kata dia, sesuai data, DBD lebih banyak diderita oleh kelompok usia dewasa. Sedangkan anak-anak, jumlahnya hanya mencapai 30 persen dari pasien yang ada. Sementara masyarakat yang terjangkit DBD kebanyakan masyarakat yang tinggal di Kota Bangli.
"Kalau dulu kebanyakan penyakit DBD di Bangli akibat masyarakat yang bepergian ke luar daerah. Mungkin kena di wilayah A, kemudian sakitnya saat sudah di Bangli. Namun saat ini, masyarakat yang memang berada di Bangli banyak yang kena DBD," tandasnya.

Merebak di Gianyar
Sedangkan di Gianyar, kasus DBD sejak Januari sampai Mei ini sudah mencapai 2.300 kasus. Kepala Dinkes Gianyar, Ni Nyoman Ariyuni mengatakan, fogging tidak efektif dalam menangani nyamuk penyebab DBD.
"Dengan fogging, memang seminggu saat fogging nyamuknya mati. Tapi setelah 14 hari, nyamuknya berkembang lagi. Yang paling utama dalam menangani DBD adalah Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)," tandasnya.
Namun karena banyaknya permintaan untuk fogging, ia tetap melayani. Karena keterbatasan tenaga, pihaknya meminta agar masyarakat sabar menunggu. "Saat ini tetap kami layani fogging, dan sehari ada empat lokasi. Masyarakat yang belum mendapat layanan fogging harap menunggu, karena keterbatasan tenaga," ujarnya.
Ketua Komisi IV DPRD Gianyar, Ni Made Ratnadi prihatin dan resah terhadap kondisi DBD di Kabupaten Gianyar. Namun ia menyadari bahwa persoalan ini tidak bisa hanya ditangani pemerintah, tetapi harus dilakukan bersama masyarakat dengan melakukan PSN.
Karena itu, pihaknya pun telah mengusulkan agar Pemkab Gianyar berkoordinasi dengan desa dinas dan desa adat, agar menugaskan satu rumah satu jumantik. "Kami usulkan agar Jumantik ada di setiap rumah yang ditugaskan oleh desa. Kita libatkan desa adat dan dinas. Di samping sosialisasi tetap dilakukan oleh Dinas," ujarnya. (mer/weg)
1 Dosis Vaksin Rp 500 Ribu
Kapasitas PLTS di Bali Saat Ini Capai 50 MW, Siapkan Proyek Baru PLTS 9-10 MW di Badung |
![]() |
---|
Sekda Bali Targetkan Ranperda Nominee Selesai Tahun Ini, UMKM Milik WNA Dipastikan Ilegal |
![]() |
---|
UMKM Milik WNA Dipastikan Ilegal, Sekda Bali Targetkan Ranperda Nominee Selesai Tahun Ini |
![]() |
---|
Lahir Prematur, Begini Kondisi Terkini Bayi Kembar Empat Dirawat di RSUD Bali Mandara |
![]() |
---|
Antisipasi Narkotika & Sajam, Orang dan Barang Bawaan Diperiksa Polisi di Pelabuhan Gilimanuk Bali |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.