Berita Jembrana

12 Liter BBM Sehari, Petani Gunakan Pompa Air, Sawah di Subak Kali Kembar Terdampak Kekeringan

Musim kekeringan mulai berdampak pada pengairan sawah. Seperti di Subak Kali Kembar di Desa Baluk, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana.

TRIBUN BALI/MADE PRASETYA ARYAWAN
KERING - Salah satu lahan pertanian sawah tanaman padi yang kondisinya mulai mengering di wilayah Kelurahan Baler Bale Agung, Kecamatan Negara, Jembrana, Selasa (23/7). 

TRIBUN-BALI.COM – Lahan pertanian di beberapa subak wilayah Kabupaten Jembrana tampak mulai mengering, Selasa (23/7).

Lahan sawah yang tidak dialiri air maksimal saat musim kemarau sehingga mengakibatkan tanah pecah-pecah. Pantauan Tribun Balidi Subak Tegal Wani Kelurahan Baler Bale Agung, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana misalnya tampak sudah kekurangan air. Saluran irigasi yang ada di sekitar lahan tersebut kekeringan.

Musim kekeringan mulai berdampak pada pengairan sawah. Seperti di Subak Kali Kembar di Desa Baluk, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana.

Dampak musim kemarau sudah dirasakan petani sejak sepekan terakhir. Dengan kondisi ini, petani terpaksa menggunakan bantuan sumur bor sehingga membuat pengeluaran atau biaya operasional pertanian membengkak jauh.

Salah satu petani setempat, Wayan Dendiem (65) mengeluhkan bahwa lahan pertaniannya sudah tidak mendapat aliran air selama sepekan terakhir.

Kondisi ini disebabkan oleh sistem pembagian air pada bendungan yang dipengaruhi oleh musim kemarau. “Sudah semingguan ini sawah saya tidak ada air,” ungkap Wayan, Selasa (23/7).

Kekeringan ini memaksa Wayan dan petani lainnya di Jembrana khususnya di Subak Kali Kembar menggunakan pompa air untuk mengairi sawah mereka.

Baca juga: Siswa Terpaksa Belajar di Teras, Atap Gedung SDN 2 Batumadeg Rusak, Setahun Tak Kunjung Diperbaiki!

Baca juga: 2 Kali Layang-Layang Jatuh di Bandara Ngurah Rai Bali, Angkasa Pura I Perketat Pengawasan

Ilustrasi air bersih - Lahan sawah yang tidak dialiri air maksimal saat musim kemarau sehingga mengakibatkan tanah pecah-pecah. Pantauan Tribun Balidi Subak Tegal Wani Kelurahan Baler Bale Agung, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana misalnya tampak sudah kekurangan air. Saluran irigasi yang ada di sekitar lahan tersebut kekeringan.
Ilustrasi air bersih - Lahan sawah yang tidak dialiri air maksimal saat musim kemarau sehingga mengakibatkan tanah pecah-pecah. Pantauan Tribun Balidi Subak Tegal Wani Kelurahan Baler Bale Agung, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana misalnya tampak sudah kekurangan air. Saluran irigasi yang ada di sekitar lahan tersebut kekeringan. (Pixabay)

Hal ini tentu saja menambah beban biaya operasional, karena mereka harus membeli bahan bakar minyak (BBM) untuk mesin pompa air. “Biaya minyak satu jam satu liter. Biasanya sehari bisa sampai 12 jam,” jelas Wayan.

Wayan berharap pemerintah dapat segera membantu para petani dengan mengambil langkah mengatasi kekeringan yang mulai terjadi ini.

Dia juga berharap memantau langsung irigasi di Subak yang ada sehingga terjadi pemerataan pembagian air. “Ya, semoga saja kondisi ini bisa segera berakhir. Jika terus terjadi, operasional kami pasti membengkak banyak,” harapnya.

Sementara itu, Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana mewanti-wanti kepada petani agar tidak memaksakan menanam padi jika kondisi air tidak mencukupi.

“Wilayah tersebut belum giliran menanam padi, namun sepertinya tetap memaksakan,” kata Kabid Pertanian, Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana, I Komang Ngurah Arya Kusuma saat dikonfirmasi, kemarin.

Dia menjelaskan, karena kondisi tersebut, konsekwensinya adalah harus menggunakan bantuan sumur bor. Sehingga, kondisi tanaman padi di areal wilayah tersebut bisa dipulihkan kembali. “Konsekwensinya ya harus dibantu sumur bor untuk memulihkannya,” tegasnya.

Dia menyebutkan, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan petani untuk menghadapi musim kemarau yang terjadi. Mulai dari jangan memaksakan menanam padi jika kondisi air tidak mencukupi. Dan jika tetap memaksa, gunakan varietas padi yg relatif tahan kekeringan seperti Inpari 38, 39 dan 40.

Sementara untuk padi yang sudah terlanjur tanam, lakukan efesiensi air dengan pergiliran penggunaan air/pengairan terputus-putus, perbaikan jaringan irigasi, sehingga distribusi air lebih efektif dan efesien.

Dia kembali mengingatkan, agar petani melakukan berbagai upaya untuk memulihkan kondisi lahan pertanian agar tidak sampai mengalami kondisi puso alias gagal panen.

“Optimalkan penggunaan pompa-pompa air pertanian serta jangan lupa memanfaatkan informasi BMKG sebagai acuan mitigasi,” tegasnya. (mpa)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved