Berita Nasional

Pasca Mundurnya Airlangga Hartarto, Tommy Soeharto Dipandang Layak Jadi Ketum Partai Golkar

Pasca Mundurnya Airlangga Hartarto, Tommy Soeharto Dipandang Layak Jadi Ketum Partai Golkar

(KOMPAS.com/ABBA GABRILIN)
Kakak beradik, Tommy dan Titiek Seorharto, mengikuti pawai kampanye damai di Lapangan Monas, Jakarta Pusat, Minggu (23/9/2018). Info terkini, Tommy Soeharto, putra bungsu mantan Presiden Soeharto, menggugat Pemerintah Indonesia sebesar Rp 56 miliar. 

Gelaran Munas Golkar pada Desember 2024 mendatang, menurut Agus yang juga seorang praktisi hukum senior, jadi momentum yang sangat bagus dalam pusaran bursa caketum.

"Jika Tommy maju, tentu banyak kader yang berharap akan mengembalikan marwah dan kejayaan Partai Golkar. Momentumnya sangat tepat, pasca Pemilu 2024," jelas Agus lebih lanjut.

Sementara dihubungi terpisah Guru Besar  Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, Prof I Gde Pantja Astawa, menyatakan bahwa Golkar sejak Era Reformasi terjadi perubahan orientasi kepemimpinan sehingga semua kader mempunyai peluang menjadi Ketua Umum Golkar.

"Golkar sekarang tidak lagi berorientasi pada tokoh, tapi pada kader. Dengan melihat Golkar yang berorientasi pada kader, ini peluang bagi kader-kader Golkar, siapapun dia. Ini pintu masuk, andaikata Mas Tommy mau masuk," kata Prof Pantja.

Namun demikian, soal peluang Tommy Soeharto muncul dan maju sebagai kandidat Ketum, Prof Gde Pantja memberikan sejumlah catatan.

Pertama, apakah nama Tommy Soeharto masih tercatat sebagai kader Golkar dan itu diketahui diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Golkar.

Hal itu menurutnya bisa menjadi batu sandungan. Sebab misalnya Tommy Soeharto sudah bukan bagian dari Golkar, maka otomatis tidak bisa maju dan mencalonkan diri sebagai Calon Ketua Umum di Musyawarah Nasional 2024 dan atau Munaslub yang belakangan didorong sebagian kader Golkar.

"Kalau misalnya Mas Tommy mampu mempengaruhi kader-kader Golkar, dia dimunculkan dan kemudian di Munas itu diubah AD ART, bisa jadi beliau bisa ikut maju bertarung. Tetapi ini urusannya, bagaimana pendekatan Mas Tommy," jelas Prof Gde Pantja.

Catatan kedua, Tommy Soeharto disebutkan dia mempunyai beban sejarah. Karena akan banyak pihak yang akan melihat dirinya dengan kiprah bapaknya selama memimpin orde baru.

Meski secara obyektif, selain ada beberapa kelemahan selama dipimpin Soeharto, banyak juga kelebihan selama Indonesia dipimpin Soeharto.

"Tommy mampu enggak mengemban beban itu kalau nanti mau tampil dipanggung. Dia harus beda performance-nya dengan bapaknya, dan itu tidak mudah," kata Prof Gde Pantja.

Ia menambahkan, memang Tommy Soeharto mempunyai kepedulian tinggi terhadap lingkungan sosial dan tidak berbeda jauh dengan Soeharto.

Jiwa nasionalisme Tommy Soeharto pun menurutnya tidak perlu diragukan.

Akan tetapi hal itu tidaklah cukup, publik akan melihat juga bagaimana kemampuan manajerial, leadership, termasuk dibidang strategi yang membuat Indonesia relatif aman dan stabil baik ekonomi dan keamanan.

"Mampu enggak begitu? Tidak mudah memang menurut saya, tetapi bukan tidak mungkin dia menjadi "rising star" kalau mampu menjawab beban sejarah," tegasnya.

Halaman
123
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved