Berita Buleleng

DIDUGA Benda dari Zaman Batu, Disbud Buleleng Identifikasi Temuan Sarkofagus

Kata Widarma, sarkofagus itu ditemukan masyarakat saat melakukan penggalian untuk kebutuhan pembangunan tembok penyengker.

ISTIMEWA
IDENTIFIKASI – Petugas dari Balai Pelestari Kebudayaan Wilayah XV dan Disbud Buleleng saat mengidentifikasi temuan sarkofagus di Pura Kembulan, Desa Adat Tegal, Desa Mengening, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, Rabu (21/8). 

TRIBUN-BALI.COM  - Dinas Kebudayaan (Disbud) Kabupaten Buleleng telah menindaklanjuti temuan wadah mayat (sarkofagus) di Pura Kembulan, Desa Mengening, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng. Dari hasil identifikasi sementara, sarkofagus tersebut disinyalir sejak tahun 1300-an.

Kepala Bidang Sejarah dan Cagar Budaya, Disbud Buleleng, Nyoman Widarma mengungkapkan, pihaknya sudah mendatangi lokasi untuk memastikan kebenaran ihwal penemuan sarkofagus. Kunjungan tersebut melibatkan Balai Pelestari Kebudayaan (BPK) wilayah XV. 

“Kami melibatkan BPK karena mereka memiliki peralatan dan kompetensi di bidang itu, untuk mengidentifikasi dan mendokumentasi temuan tersebut. Hasil analisa akan dilaporkan dua hari,” jelasnya Rabu (21/8).

Kata Widarma, sarkofagus itu ditemukan masyarakat saat melakukan penggalian untuk kebutuhan pembangunan tembok penyengker. Dari hasil identifikasi sementara, disinyalir sarkofagus itu dari zaman batu atau zaman megalitikum. 

Baca juga: ASTON Denpasar Hotel & Convention Center, Pilihan Tepat untuk MICE & Acara Spesial Anda 

Baca juga: The ANVAYA Beach Resort Bali Bangga Persembahkan Acara The Taste of Bali

IDENTIFIKASI – Petugas dari Balai Pelestari Kebudayaan Wilayah XV dan Disbud Buleleng saat mengidentifikasi temuan sarkofagus di Pura Kembulan, Desa Adat Tegal, Desa Mengening, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, Rabu (21/8).
IDENTIFIKASI – Petugas dari Balai Pelestari Kebudayaan Wilayah XV dan Disbud Buleleng saat mengidentifikasi temuan sarkofagus di Pura Kembulan, Desa Adat Tegal, Desa Mengening, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, Rabu (21/8). (ISTIMEWA)

Sedangkan jika melihat prosesi penguburannya yang menggunakan sarkofagus, imbuh Widarma, diduga sebelum masuknya agama Hindu ke Bali atau di bawah tahun 1300-an.

“Itu perkiraan kita. Namun untuk secara tepatnya harus ada analisa laboratorium dan lain sebagainya,” ucapnya. 

Lanjut Widarma, sebagian besar kerangka di dalam sarkofagus sudah agak hancur. Kendati pihaknya juga menemukan gigi. Namun Widarma menegaskan jika kerangka tersebut adalah kerangka manusia dewasa. 

“Jadi diperkirakan dulu itu dikubur di sana. Kemudian setelah hancur, tulang-tulangnya dimasukkan ke sarkofagus. Itu perkiraan kita. Sebab sarkofagusnya khan kecil, sekitar 45 x 30 sentimeter. Termasuk yang terkecil yang pernah ditemukan,” ujarnya. 

Warga Desa Mengening menemukan dua sarkofagus tersebut pada Senin (19/8). Sarkofagus tersebut ditemukan di Pura Kembulan dalam waktu berbeda. 

Menurut Kelihan Desa Adat Tegal, Desa Mengening, Kadek Astawa Wijaya mengatakan, sarkofagus pertama ditemukan pada Minggu (18/8) sekitar pukul 10.00 Wita. 

Dijelaskan, penemuan tersebut berawal saat warga mencangkul areal barat pura untuk keperluan pembangunan senderan. 

Sarkofagus itu berbahan paras dengan panjang kurang lebih 45 x 30 sentimeter. Ketika dibuka pada Sarkofagus itu terdapat kerangka dan gigi. 

Sedangkan sarkofagus kedua ditemukan sekitar pukul 13.00 Wita. Lokasinya satu areal dengan penemuan sarkofagus pertama.

Temuan sarkofagus kedua ini hanya berdinding batu, namun terdapat kerangka di dalamnya. Di samping kerangka itu ada satu guci dan dua besi.

 Setelah penemuan sarkofagus ini, pihak desa ada rencana menggelar upacara. Pihaknya juga mengadakan paruman dengan paduluan desa. (mer) 

Tunggu Hasil Analisa BPK

Kepala Bidang Sejarah dan Cagar Budaya, Disbud Buleleng, Nyoman Widarma mengatakan, temuan sarkofagus di dalam areal pura cenderung tidak umum.

Selain sarkofagus, masyarakat Desa Mengening juga menemukan guci dan benda tajam memiliki unsur besi. Widarma pun mengungkapkan pihaknya masih menunggu hasil analisa Balai Pelestari Kebudayaan (BPK) Wilayah XV.

“Maka dari itu masih dalam analisa dari BPK. Apakah ini ada hubungannya dengan budaya China,” imbuh dia. 
Mengenai tindaklanjutnya, sembari menunggu hasil analisa BPK, dari pihak desa adat juga melakukan koordinasi dan meminta petunjuk ke Pura Ponjok Batu, Desa Tejakula.

Sebab di pura tersebut juga pernah ditemukan sarkofagus di areal pura. “Saran sementara dari Balai dan dari kita biar seperti di Pura Ponjok Batu. Di sana sarkofagus selanjutnya ditempatkan di luar pura dan dibuatkan Pelinggih,” tandas Widarma. (mer)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved