Berita Bali

Sekda Bali Made Indra Beberkan Mitigasi Hadapi Bencana Gempa di Bali 

Belakangan ini Gempa Bumi kerap terjadi di Bali dan biasanya terjadi sekali dalam sepekan.

Tribun Bali/ Ni luh Putu Wahyuni Sari
Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Bali, Dewa Made Indra saat ditemui usai Rapat Paripurna di DPRD Bali pada, Senin 22 April 2024. 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR — Belakangan ini Gempa Bumi kerap terjadi di Bali dan biasanya terjadi sekali dalam sepekan.

Terakhir gempa dengan Magnitudo 4,8 terjadi pada, Sabtu 21 September 2024 pukul 06.26 WIB berpusat 3 kilometer Barat Daya Gianyar, Bali.

Sebagai destinasi wisata internasional, Bali memiliki tantangan tersendiri dalam hal mitigasi bencana, terutama bagi sektor pariwisata. 

Baca juga: Hasil Pertandingan Bali United vs Barito Putera, Serdadu Tridatu Bisa Menyodok ke 3 Besar Klasemen

Dengan mayoritas hotel dan fasilitas wisata yang berada di kawasan pesisir, risiko bencana seperti gempa bumi dan tsunami menjadi ancaman nyata yang harus dihadapi.

Dalam upaya memperkuat kesiapsiagaan bencana, Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Bali, Dewa Made Indra, menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah dan pelaku industri pariwisata dalam membangun sistem kesiapsiagaan yang tangguh. 

Baca juga: Pipa Bocor Akibatkan Jalan Jebol di Kapal Badung, Ini Kata Perumda

Berikut rangkuman tips yang disampaikan Sekda Provinsi Bali, Dewa Made Indra, yang juga pernah menjabat sebagai Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali dalam memitigasi kesiapsiagaan bencana. 

Diantaranya pahami potensi bencana di sekitar lokasi Bali merupakan daerah yang rawan bencana geologi, seperti gempa bumi dan tsunami, terutama karena banyak hotel yang berada di kawasan pesisir.

 


"Karena kita tahu bahwa akomodasi pariwisata kita sebagian besar itu ada di pinggir pantai yang secara teoritis itu merupakan daerah potensial yang terdampak oleh tsunami,” jelas, Dewa Indra pada, Jumat 27 September 2024. 

 


Ketahui karakteristik masing-masing bencana sangat penting untuk merespons dengan tepat. 

 


“Kita harus paham karakteristiknya supaya respon kita tidak salah. Misalnya kalau ada getaran kecil dan BMKG menyatakan pusat gempa di darat, kita cukup menghindar dari dalam ruangan saja, tidak perlu menjauh dari pantai," imbuhnya.

 


Pastikan Kesiapsiagaan Fisik Infrastruktur bangunan di kawasan rawan bencana harus dirancang untuk menahan gempa dan risiko lainnya. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved