Bicara Kebenaran di Ubud Writers and Readers Festival ke-21, Isu Perempuan dan Over Eksploitasi Bali

Lebih dari 70 penulis, seniman, aktivis, akademisi, dan pegiat kebudayaan Bali akan meramaikan Ubud Writers and Readers Festival (UWRF).

Tribun Bali/ Ni Luh Putu Wahyuni Sri Utami
Konferensi pers - Temu media jelang Ubud Writers and Readers Festival (UWRF), Jumat (11/10). UWRF akan kembali hadir pada 23-27 Oktober 2024. 

Kehadirannya sebagai penulis muda yang giat menulis dalam bahasa Bali sangat ditunggu-tunggu.

“Menulis dengan bahasa Bali adalah salah satu bentuk komitmen saya untuk melestarikan dan merawat kekayaan budaya Bali. Saya sebagai salah satu penutur bahasa Bali ingin ikut berkontribusi dalam memperkaya khazanah sastra Bali,” kata Carma.

Beberapa program yang akan ia isi adalah Balinese Palm-Leaf Manuscript Crafting Experience, sebuah lokakarya penulisan lontar Bali, dan Mesatua Bali, Fun with Balinese Stories di mana ia akan membawa dan mempromosikan cerita-cerita Bali kepada anak-anak usia 6-8 tahun.

Sedangkan Pranita Dewi, penyair Bali yang puisi-puisinya telah diterbitkan dan diterjemahkan ke Bahasa Prancis, bahasa Inggris, dan bahasa Thailand, akan meramaikan panggung-panggung pembacaan puisi di UWRF tahun ini, mulai dari Women’s Poetry Slam, Poetry Night at Casa Luna, hingga 2024 Festival Poetry Slam. 

“Sebagai festival yang sudah berusia 21 tahun, tentu festival ini mempunyai dampak yang sangat besar sebagai wadah untuk masing-masing penulis yang telah lahir, atau justru yang baru lahir untuk berjejaring satu sama lain. UWRF berhasil membuktikan hal itu. Festival ini berhasil memperkaya jaring-jaring’ tersebut,” kata Pranita.

Tahun ini, UWRF juga akan memberikan persembahan bagi dua tokoh besar Bali, yakni Cok Sawitri dan Prof I Gusti Ngurah Bagus.

Cok Sawitri adalah seorang penulis, novelis, penyair, penulis naskah, dan seniman pertunjukan asal Sidemen, Karangasem.

Ia berpulang pada 4 April 2024, meninggalkan warisan yang berharga bagi lanskap seni dan budaya Bali.

Dalam Tribute to Cok Sawitri, penari dan koreografer Ayu Anantha Putri, penyair, esais, editor, dan kurator seni Warih Wisatsana, seniman tari dan dosen Ida Ayu Wayan Arya Satyani (Dayu Ani), koreografer kelahiran Turki Jasmine Okubo dan jurnalis Wayan Juniartha akan memberikan penghormatan bagi Tokoh Seni Pilihan Tempo 2018 untuk kategori Seni Pertunjukan ini.

Sedangkan Prof I Gusti Ngurah Bagus adalah akademisi kelahiran Peguyangan, Denpasar. Ia dikenal sebagai The Father of Balinese Studies karena kontribusinya terhadap ilmu pengetahuan dan pelestarian budaya Bali.

Salah satunya melalui karya-karya dan pendirian institusi-institusi akademik yang kemudian menjadi pusat pemikiran terkemuka di bidang ini.

Putranya, I Gusti Ngurah Nitya Santhiarsa, akan membuka malam penghormatan untuknya diikuti oleh penulis dan profesor sastra Indonesia Prof I Nyoman Darma Putra dan Oka Rusmini.

Janet DeNeefe, Pendiri dan Direktur UWRF, menyampaikan dua tokoh ini telah meninggalkan warisan yang begitu mendalam bagi Bali dan masyarakatnya.

“Melalui persembahan ini, kami ingin memberikan penghormatan sekaligus perayaan bagi sosok Cok Sawitri dan Prof I Gusti Ngurah Bagus."

"Sebagai festival yang lahir dan besar di Bali, kami juga ingin turut memastikan bahwa warisan-warisan keduanya tetap hidup dan, harapannya, dapat terus menginspirasi generasi-generasi muda Bali ke depan,” ucap dia.

Halaman
123
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved