Berita Jembrana

Harga Gabah Kering di Jembrana Masih Tinggi, Simak Alasannya Berikut Ini

Sebab, saat ini harga gabah panen kering (GKP) cenderung tinggi yakni dikisaran Rp 6.500 hingga Rp 7.000 per Kilogram (Kg). Nilai ini meningkat

Tribun Bali/I Made Prasetia Aryawan
KERING -  Salah satu areal Subak di Kecamatan Negara, Jembrana yang terdampak kekeringan, beberapa waktu lalu. 

TRIBUN-BALI.COM - Sejumlah titik lokasi areal tanam padi di Jembrana berpotensi terdampak kekeringan. Itu tersebar di sejumlah kecamatan seperti Melaya, Negara dan Kecamatan Pekutatan. 

Sebab, cuaca tak menentu atau cuaca ekstrem ini masih terjadi. Bahkan para petani masih khawatir dengan kelanjutan musim hujan yang tak kunjung terjadi hingga saat ini. 

Petani diimbau untuk mengambil langkah antisipatif sebagai upaya mencegah terjadinya gagal panen alias puso karena dampak kekeringan. Namun begitu, dari sisi petani yang menanam padi saat ini justru menjadi ladang cuan. 

Sebab, saat ini harga gabah panen kering (GKP) cenderung tinggi yakni dikisaran Rp 6.500 hingga Rp 7.000 per Kilogram (Kg). Nilai ini meningkat dari periode sebelumnya.

Baca juga: Punggung Budi Ditusuk OTK di Eks Pelabuhan Buleleng, Simak Penyebabnya Berikut Ini!

Baca juga: Kebobolan di Menit Akhir, Pelatih Persita Akui Laga Lawan Bali United Tak Seperti yang Dibayangkan

Di sisi lain, di musim kali ini, proses panen padi juga masih terbatas. Mengingat saat ini belum ada panen raya karena masih pada proses awal musim tanam lagi. Sehingga, tiga bulan ke depan baru akan terjadi panen padi raya di Jembrana

“Saat ini panen masih terbatas karena baru mau masuk musim tanam. Tetapi harganya meningkat,” ungkap Kabid Pertanian, Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana, I Komang Ngurah Arya Kusuma saat dikonfirmasi, Minggu (20/10).

Namun, kata dia, harga gabah justru menguntungkan para petani kita yang panen padi. Saat ini, rata-rata harga gabah kering panen (GKP) di angka Rp 6,500-7,000 per Kg. 

Nilai ini cenderung naik dibandingkan sebelumnya di angka Rp 6.200-6.300 per Kg. “Tapi luasannya tidak banyak, tidak lebih dari 40 persen dari luasan lahan kita yang berkisar 6.500 hektare lebih,” sebutnya. 

Disinggung mengenai cuaca saat ini, Arya Kusuma menjelaskan para petani justru masih khawatir dengan cuaca saat ini. Sebab, belum ada tanda musim hujan yang akan kembali berlanjut. Mengingat beberapa minggu sebelumnya sempat turun hujan secara berturut turut.

Ada beberapa titik wilayah yang berpotensi terdampak kekeringan tahun ini, seperti di sebagian wilayah Kecamatan Melaya, sebagian Kecamatan Negara terutama di wilayah pesisir, serta di beberapa wilayah Kecamatan Pekutatan seperti di Desa Pangyangan dan Gumbrih. Jika di Kecamatan Jembrana serta Kecamatan Mendoyo relatif masih aman.

“Kami imbau agar para petani tetap melakukan langkah antisipatif. Seperti misalnya mengatur sistem pengairan di Subak setempat, menyiapkan pompa air sebagai solusi alternatif, dan menggunakan varietas tahan kekeringan serta lain sebagainnya,” imbaunya. (mpa)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved