Budaya
BASA BALI Bukan Artefak! Bulan Bahasa Bali Rangkul Anak Muda Agar Mencoba, Bawa Tema Sad Kertih Lagi
Bulan Bahasa Bali (BBB) kembali diselenggarakan tahun depan (2025). BBB rutin dilangsungkan, sebagai ajang budaya untuk membumikan Bahasa Bali.
Pertama harus ada unsur kreasi, yaitu sebuah penciptaan baru, yakni menciptakan maskot BBB lebih dinamis dan agresif.
Lanjut Kadisbud menuturkan, ada garapan Jingle BBB VII juga dibuat baru, dan penciptaan ini sekaligus untuk mendekatkan dan memanfatkan teknologi digital.
Khusus dalam kegiatan lomba akan ada pembuatan film pendek berbahasa Bali yang menggunakan media sosial, seperti facebook, Instagram, tiktok dan poster.
Pemanfaatan media digital ini mampu menjadikan anak muda lebih tertarik, untuk membumikan bahasa Bali melalui media digital.
Kedua, media promosi yang bernilai ekonomis. Produk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) kuliner yang berimajinasi dari aksara, sastra dan bahasa Bali. Termasuk baju-baju bertuliskan aksana Bali dan lainnya. Semua itu akan dijual di area termasuk stand-stand di ajang BBB ini.
“Ini penting. Karena selama ini terlalu larut dengan kegiatan saja, sehingga lupa menyebarluaskan konten bahasa agar bisa dinikmati masyarakat secara mudah. Sekarang ada media sosial yang bisa dimanfaatkan,” imbuhnya.
Sementara itu Gde Nala selaku Kurator menanggapi penggunaan bahasa andap, yang terkadang ditakukan tidak pada tempatnya.
Gde Nala menegaskan bahwa memakai bahasa andap tidak ada masalah. “Membumikan bahasa ya harus lebih banyak melibatkan generasi muda, ke depan itu tantangan kita dan aset kita yang akan membangun dan memakai generasi penerus kita di Bali agar bahasa Bali tetap lestari,” ujarnya.
Ia menegaskan, sesungguhnya kalau melihat penggunaan bahasa andap tidak salah. Pengunaan bahasa andap itu yang paling bagus digunakan antar generasi. Sehingga anak muda atau orang yang tidak paham Bahasa Bali, tidak takut belajar Bahasa Bali.
“Kita mencari beberapa strategi pembumian bahasa Bali secara mudah, dari awal yang sederhana dulu, dengan bahasa sehari-hari, jangan dimulai dari yang tinggi. Jadi mulai menggunakan bahasa yang mudah digunakan tapi tidak melanggar kaidah,” ujarnya.
Hal senada juga diungkapkan Prof Suarka, yang menyebutkan model pewarisan bahasa mulai dari bahasa andap bukanlah hal tabu.
Bahasa andap itu digunakan seperti pada satua Bali, atau gending rare dan sifatnya sangat dinamis, dengan memasukan ragam bahasa darimana pun alias fleksibel.
Hal Ini sudah alamiah tidak ada hal baru dan memang seperti itu jalannya, selanjutnya baru naik belajar bahasa madya kemudian alus singgih, karena pemahaman bahasa seperti itu, dimulai dari dasar yaitu andap.
“Basa Bali itu bukan artefak, bahasa apapun di dunia itu harus dinamis kita harus posisikan mengikuti dinamika penuturnya.
Objek estetik dinamis mengikuti irama generasi di setiap periode dan zaman. Tidak ada hal tabu, Bahasa Bali tetap terbuka, seperti masuk ke ruang kruna mider itu kan representatif menyerap bahasa yang ada di dunia.
Putu Intan Senang Suarakan Toleransi, VOPI Luncurkan Interfaith Golden Rule Youth Conference Bali |
![]() |
---|
400 Umat Ikuti Ritual Ciswak, Perayaan Cap Go Meh di Seng Hong Bio, Ini Maksud dan Tujuannya |
![]() |
---|
Malam Siwaratri Digelar di Candi Prambanan, Ari Dwipayana Ungkap Tempat Suci untuk Pemujaan Siwa |
![]() |
---|
Kongres Kebudayaan Bali IV, Ini Program Pemajuan dan Penguatan Kebudayaan 5 Tahun ke Depan |
![]() |
---|
12 Sekaa Ikuti Parade Gong Kebyar Wanita & Anak di Denpasar, Peserta Dapat Uang Pembinaan Rp35 Juta |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.