Budaya

Disbud FGD Jelang Kongres Kebudayaan Bali, Transformasi Teknologi Tradisional Bali Jaga Budaya Bali

Berbagai tematik diangkat, dalam 6 sesi  kegiatan Focus Group Discussion (FGD) serangkaian pelaksanaan Kongres Kebudayaan Bali 2024,.

ISTIMEWA
Kepala Dinas Kebudayaan (Kadisbud) Provinsi Bali Prof. Dr. I Gede Arya Sugiartha, S.Skar, M.Hum 

TRIBUN-BALI.COM - Berbagai tematik diangkat, dalam 6 sesi  kegiatan Focus Group Discussion (FGD) serangkaian pelaksanaan Kongres Kebudayaan Bali 2024, Desember mendatang.  

Pada Rabu (13/11/2024), Dinas Kebudayaan Provinsi Bali mengangkat pengetahuan tradisional dan teknologi tradisional sebagai topik utama, dalam diskusi terpumpun yang berlangsung di Ruang Serasehan Art Center, Taman Budaya Provinsi Bali

FGD ini menghadirkan dua narasumber, yaitu Tjokorda Gede Mahatma Putra Kerthyasa dan Ir. Nyoman Popo Priyatna Danes serta dipandu oleh Dr. Eng. I Wayan Kastawan, S.T., M.A.  sebagai moderator.

Baca juga: PAD Baru Mencapai Rp 5,9 Triliun, Pj Sekda Badung Bantah APBD Defisit di Tahun 2024 Ini 

Baca juga: BATAL ke Bali Ribuan Turis Ausie, Dampak Erupsi Gunung Lewotobi, 90 Penerbangan, 37 Australia-Bali

Pada saat itu, Tjokorda Gede Mahatma Putra Kerthyasa, menyampaikan presentasi tentang pengetahuan tradisional yang membuka gambaran seluas-luasnya tentang sumber pengetahuan, seperti tatwa, filosofi dan yang lainnya.

Di singgung pula Tri Hita Karana, Desa Kala Patra, Bayu Sabta Idep yang menjadi sumber pentetahuan, termasuk konsep Weda, Sastra, Purana dan lainnya.

Namun, dalam diskusi itu, tokoh asal Puri Ubud ini lebih fokus mengupas tentang pengobatan tradisional.

“Pengobatan tradisional ini, salah satu jurusan pengetahun yang sangat penting bagi kita terutama di Bali. yaitu tentang ilmu Kanda Pat yang memiliki hubungan yang sangat erat dengan ilmu pengobatan, kesehatan termasuk ke dalam ranah yang lainnya,” katanya.

Menurutnya, dalam ilmu pengobatan itu lontar-lontar menjadi sumber pengetahuan. Termasuk beberapa gabungan pengalaman imperis dan pengalaman perseorangan.

“Melalui FGD ini, saya berharap kita mempunyai sebuah dukungan administratif dari pemerintah untuk membimbing siap-siapa saja yang ingin membangun sebuah profesi berdasarkan pengetahuan tradisional di Bali,” harapnya.

Ia lalu mencontohkan dalam sistem pengobatan dan kesehatan di Bali, pemerintah hendaknya mendukung dan membimbing orang-orang yang ingin mencari izin untuk produksi ramuan tradisional berdasarkan ilmu kesehatan tradisonal.

“Saat mencari izin kesehatan tradisonal itu, menjadi kendala adalah menggunakan standarisasi pengobatan kimia untuk menilai obat-obat tradisional,” ungkapnya. 

Untuk mengantongi izin itu, terkadang meminta standar yang sama dengan perusahaan obat kimia.

Sedangkan efek sampingnya tidak sama. Selain itu, juga sudah berdasarkan literature, turun temurun dari generasi ke generasi yang sudah dilakukan sejak ratusan tahun dibuktikan secara imperis.

“Walau sudah mengatakan hal seperti itu, petugas tetap minta standar melalui studi dan riset yang sama seperti pengobatan secara kimia,” ungkapnya. 

Sementara itu Popo Danes memaparkan tentang transformasi teknologi tradisional Bali. hal itu dilakukan, karena Bali sudah mengglobal.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved