Budaya
Olahraga Tradisional & Permainan Rakyat Kehilangan Ruang, Pudarnya Minat Anak-anak Jadi Atensi FGD
Permainan Rakyat Bali kembali digeliatkan oleh seluruh eleman, baik pemerintah, pendidikan, komunitas, dan masyarakat.
TRIBUN-BALI.COM - Kondisi permainan rakyat di Bali belakangan ini, sudah kehilangan peminat dan hilangnya ruang bermain.
Kalau pun masih ada, yang melakukan itu cendrung dipaksa. Berbeda dengan dulu, permainan rakyat seakan menjadi keseharian anak-anak dan betul-betul dinikmati, sebagai ajang bersosialisasi dan menumbuhkan rasa percaya diri.
Hal itu disampaikan Kadek Wahyudita, S.Sn., M.Sn ketika menjadi narasumber pada Diskusi Focus Group Discussion (FGD) dengan Topik “Olah Raga Tradisional dan Permainan Rakyat” di Ruang Sarasehan, UPTD. Taman Budaya Provinsi Bali, Kamis (14/11/2024).
Kegiatan serangkaian Kongres Kebudayaan Bali IV Tahun 2024, yang digelar Dinas Kebudayaan Provinsi Bali juga menghadirkan I Gusti Ngurah Agung Cahya Prananta, S.Pd., M.Fis. Sebagai narasumber dan dimoderatori oleh dr. Ida Bagus Wiryanatha, M.Si. FGD. Ini diikuti oleh guru-guru Paud, TK dan SD, ketua komunitas anak-anak dan praktiri permainan rakuat.
Baca juga: KISAH Jero Kartika Daftar BPJamsostek di LPD Jero Kuta, Siapkan Biaya Ngaben & Ringankan Beban Anak
Baca juga: Mapepada Pura Agung Jagatnatha Denpasar, Gelar Melasti & Sucikan Beberapa Ekor Hewan Sarana Upakara

Wahyudita menyampaikan, permainan rakyat (plalianan), adalah permainan yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan tradisi masyarakat agraris.
Secara umum, permainan rakyat memiliki karakter sederhana, menggunakan alat-alat yang gampang didapat dari alam sekitar, serta dimainkan secara kolektif. I Made Taro mencatat ada 250 jenis permainan rakyat di Bali.
“Sayangnya, dari jumlah itu masih banyak yang belum dideskripsikan, sehingga ke depan sangat penting untuk diadakan penelitian lebih lanjut guna mendapatkan data konprehensif terkait dengan permainan rakyat yang dimiliki oleh daerah Bali,” papar seniman yang juga Kelian Penggak Men Mersi ini.
Permainan Rakyat dimasukkan ke dalam objek pemajuan kebudayaan, dan dilindungi oleh Undang-undang nomer 5 tahun 2017 tentang pemajuan kebudayaan.
“Karena pentingnya peran permainan rakyat bagi kehidupan budaya dan masyarakat Bali, maka perlindungan, pembinaan, pengembangan, dan pemanfaatan permainan rakyat harus dilakukan,” ungkapnya.
Permainan Rakyat Bali kembali digeliatkan oleh seluruh eleman, baik pemerintah, pendidikan, komunitas, dan masyarakat.
Hal ini sebagai langkah kesadaran, bahwa permainan rakyat memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Bali.
“Upaya ini, dalam rangka melestarikan permainan rakyat di tengah kondisi permainan rakyat sudah mulai dilupakan dan ditinggalkan akibat perubahan dan perkembangan zaman,” sebutnya.
Dalu, permainan rakyat sering dilakukan di ruang-ruang public yang ada di desa. Namun, perubahan zaman membuat ruang-ruang tersebut menjadi hilang.
“Untuk mengaktifasi permainan tersebut dilakukan upaya by setting di lingkungan sekolah, lapangan, atau di panggung festival,” jelasnya.
Selain mengalami perubahan ruang, permainan rakyat saat ini juga banyak kehilangan peminatnya.
“Permainan rakyat dianggap sebagai warisan budaya zaman old yang tidak menarik untuk generasi zaman now. Generasi saat ini sebagian besar memilih menggunakan gadget untuk bermain,” bebernya.
Putu Intan Senang Suarakan Toleransi, VOPI Luncurkan Interfaith Golden Rule Youth Conference Bali |
![]() |
---|
400 Umat Ikuti Ritual Ciswak, Perayaan Cap Go Meh di Seng Hong Bio, Ini Maksud dan Tujuannya |
![]() |
---|
Malam Siwaratri Digelar di Candi Prambanan, Ari Dwipayana Ungkap Tempat Suci untuk Pemujaan Siwa |
![]() |
---|
Kongres Kebudayaan Bali IV, Ini Program Pemajuan dan Penguatan Kebudayaan 5 Tahun ke Depan |
![]() |
---|
12 Sekaa Ikuti Parade Gong Kebyar Wanita & Anak di Denpasar, Peserta Dapat Uang Pembinaan Rp35 Juta |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.