Pabrik Narkotika di Bali

Bareskrim Gerebek Pabrik Narkotika di Ungasan Bali, Barang Diproduksi untuk Perayaan Tahun Baru

Kabareskrim Polri Komjen Wahyu Widada mengatakan, kasus di Ungasan ini terungkap berawal dari pengungkapan kasus di Yogyakarta. 

Tribun Bali/Zaenal Nur Arifin
Kabareskrim Polri memimpin konferensi pers Pengungkapan Clandestine Lab Narkotika di Bali. 

Kelian Banjar Dinas Ungasan, Nyoman Widana bahkan tidak mengetahui siapa pemilik apalagi penyewa vila tersebut. 

Ia mengatakan dari luar, terkesan tak ada aktivitas mencurigakan. 

"Kami tidak tahu pemilik dan penyewanya siapa," kata dia.

"Kami juga jarang mengecek masuk ke dalam-dalam vila tapi yang umum-umum saja. Saya juga jarang lewat karena ada sekuriti. Biasanya tamu vila langsung masuk setelah menyewa. Kami tidak dapat informasi siapa penyewanya," sambung Widana. (zae)

Pasar Luar Negeri Libatkan WNA

Kabareskrim Polri, Komjen Pol Wahyu Widada mengatakan, masih ada banyak mesin yang belum dipakai di vila tersebut. 

Mesin tersebut berpotensi digunakan untuk memproduksi narkoba lebih banyak lagi. 

"Metode penjualan kami sinyalir menjualnya ke kafe-kafe karena kemarin kami juga sempat melakukan penindakan terhadap salah satu kafe yang di situ ditemukan barang-barang yang ada di sini. Kami temukan hasis dan happy five ditemukan di sana (kafe)," jelas Komjen Wahyu.

Ia mengatakan, pemasaran bukan hanya dilakukan di dalam negeri tetapi juga keluar negeri dan melibatkan WNA. 

Untuk pemasaran keluar negeri dilakukan melalui jasa ekspedisi seperti pengungkapan di Yogyakarta. 

"Inilah cara-cara mereka melakukan pemasaran. Untuk pengendali yang masih dalam DPO, kami dalami dan masih didalami siapa diatasnya dia. Prinsipnya siapa pun yang terlibat di sini akan kami tindak dengan tegas," ungkapnya.

"Tetapi kami juga akan terus melakukan pendalaman-pendalaman jaringannya itu siapa sehingga bisa kita bongkar jaringannya. Bukan hanya menangkap orangnya tetapi kami bisa membongkar jaringannya jadi kalau kita bisa angkat sejaringannya, sehingga jaringannya tidak ada lagi di Indonesia. Tentu itu yang akan terus kami lakukan dan itu sudah menjadi komitmen kami," ujarnya.

Komjen Wahyu menuturkan Bali adalah tempat wisata yang menjadi primadona turis. 

Maka  ia berkomitmen memperketat pengawasan termasuk kerja sama dengan Bea Cukai untuk bisa mengurangi potensi masuknya barang-barang ini. 

Ada dua pintu masuk yakni lewat laut dan udara. 

Halaman
1234
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved