Seni Budaya

KISAH 15 Tapel Pasupati, Puri Kauhan Ubud: Peran Kepemimpinan Lewat Seni Wayang Wong di Pura Desa

Cokorda Alit Artawan, dan Ketut Kodi dari Singapadu berbagi kisah saat pembuatan tapel pasupati milik Puri Kauhan Ubud ini. 

ISTIMEWA
MENARI - Tarian topeng dimulai malam hari, di Pura Desa, Desa Pakraman Ubud, Gianyar Bali. Tarian topeng atau tapel ini dipersembahkan oleh Puri Kauhan Ubud, pada 19 November 2024. 

TRIBUN-BALI.COM - Yayasan Puri Kauhan Ubud, kembali melakukan gebrakan seni budaya. Kaitan dengan Sastra Saraswati Sewana, yang kali ini mengambil tema 'Niti Raja Sesana' atau membahas ihwal kepemimpinan. 

Tokoh Puri Kauhan Ubud, AAGN Ari Dwipayana, menjelaskan pada festival Sastra Saraswati Sewana, banyak menjelajah literasi tentang kepemimpinan Bali, ajaran kepemimpinan yang diwarisi para leluhur di masa lalu dan terekam dalam manuskrip lontar.

Seperti Lontar Niti Sastra, Niti Raja Sesana, kemudian ada beberapa ajaran Asta Brata di Ramayana. "Ternyata para leluhur di masa lalu, menyampaikan pesan tentang kepemimpinan dan ajaran tentang sesama, sebagai seorang pemimpin di dalam karya sastra," sebut Mantan Koordinator Stafsus Presiden Joko Widodo ini kepada Tribun Bali 19 November 2024 di Ubud

Kemudian di dalam karya sastra itu, selalu ada dua yang menjadi contoh sifat kepemimpinan. Satu adalah para dewa, tetapi juga ada alam semesta dan digambarkan ke dalam tokoh binatang. 

Maksudnya, jelas dia, layaknya sifat seorang pemimpin harus seluas samudera dan sekokoh gunung. Yang kemudian sifat-sifat ini, ditanamkan di dalam cerita-cerita fabel, atau cerita kaitan dengan sato (binatang). 

Baca juga: 10 Objek Pemajuan Kebudayaan & 1 Cagar Budaya Jadi Kosentrasi FGD Jelang Kongres pada Desember 2024

Baca juga: Festival Wariga Usadha Siddhi Oleh Yayasan Puri Kauhan Ubud, Angkat Keunggulan Pengobatan Bali

Ari Dwipayana saat menuju ke Pura Desa di Ubud bersama penari dan membawa topeng atau tapel yang sudah dipasupati.
Ari Dwipayana saat menuju ke Pura Desa di Ubud bersama penari dan membawa topeng atau tapel yang sudah dipasupati. (ISTIMEWA)

Nah pesan-pesan di masa lalu, diangkat di dalam cerita Tantri Kamandaka atau cerita yang mengandung pesan moral kepemimpinan.

Nandaka Harana satu diantara kisah dalam Tantri Kamandaka, yang banyak memuat pesan moral. Dan banyak media untuk menyampaikan pesan itu, salah satu lewat candi di Jawa seperti Candi Jago, Candi Penataran, dan lain sebagainya. 

"Ternyata banyak dalam relief, yang melukiskan cerita Tantri. Cara untuk memberikan pesan ajaran kepada masyarakat umum melalui relief candi," sebutnya.

Sehingga Yayasan Puri Kauhan Ubud, memiliki misi selain menyebarluaskan ajaran etika kepemimpinan juga menanamkan itu pada masyarakat khususnya generasi muda sebagai generasi penerus. 

"Apalagi sekarang kan masih tahun politik, setelah Pileg, Pilpres, dan kini kita menyambut Pilkada. Tentu tema ini sangat relevan," sebut Dosen UGM ini. 

Dalam menyebarluaskan ajaran-ajaran kepemimpinan ini, lewat pertunjukan seni budaya. Maka Puri Kauhan Ubud, memiliki 2 strategi kebudayaan untuk diseminasi nilai itu. Salah satunya melalui film animasih, yang sebelumnya telah dikompetisikan. 

"Jadi kompetisi juga tentang film animasi kepemimpinan. Baru kini tentang wayang wong Tantri," imbuhnya. 

Pemilihan wayang wong ini, karena merupakan pertunjukan klasik dengan nilai estetika antara perpaduan seni topeng atau tapel dengan seni tari dan karawitan, lengkap dengan seni vokal. Satu kesatuan dalam drama tari wayang wong, yang dasar idenya muncul dari wayang kulit. 

Ari Dwipayana, sapaannya, menjelaskan bahwa wayang wong adalah seni pertunjukan klasik dan hidup di puri pada zaman dahulu seperti halnya gambuh.

"Jadi gambuh dan wayang wong, adalah dua seni pertunjukan yang digunakan untuk kepentingan ritual. Tetapi sebagian besar wayang wong itu mengambil lakon Mahabharata dan Ramayana," katanya.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved