Berita Bali
Badung hingga Jembrana Dilanda Bencana, Longsor Terjang 4 Rumah Warga Yehembang, Diarsana Mengungsi
Longsor yang disebabkan hujan tersebut sempat menutup seperempat badan jalan di jalur Pekutatan-Pupuan.
Hampir separuh jumlah bencana adalah peristiwa pohon tumbang yang tersebar di berbagai wilayah terutama di jalur nasional Jalan Raya Denpasar-Gilimanuk.
Kemudian ada 7 titik banjir yang terjadi. Banjir rata-rata disebabkan oleh hujan dengan intensitas tinggi dan berlangsung lama.
Selain itu juga ada karena saluran air yang tersumbat sehingga meluber hingga sampai ke rumah warga.
“Kalau banjir ada puluhan KK (kepala keluarga) yang terdampak,” sebutnya.
Dia menyebutkan, dari puluhan peristiwa tersebut beruntung tak sampai menimbulkan korban jiwa. Hanya saja, kerugian material yang ditimbulkan ditaksir mencapai ratusan juta.
Setelah kejadian tersebut, pihaknya bersama tim telah melakukan serangkaian penanganan dan memberikan bantuan berupa alat kebutuhan dasar kepada warga yang terdampak.
“Astungkara tidak ada korban jiwa. Namun secara hitungan sementara, kerugian ditaksir capai ratusan juta,” ungkapnya.
Dengan kondisi saat ini, kata dia, seluruh masyarakat diimbau untuk tetap waspada dan hati-hati.
Sebab, cuaca ekstrem yang terjadi bisa saja berpotensi menyebabkan berbagai peristiwa bencana alam seperti banjir, pohon tumbang hingga tanah longsor.
“Kami imbau untuk tetap waspada dan hati-hati. Dan tentunya kami harap bencana alam tak sampai menimbulkan korban jiwa,” harapnya. (mpa)
180 Rumah di Gianyar Rawan Longsor
Dinas Perumahan, Pemukiman dan Pertanahan (Perkimta) Kabupaten Gianyar telah mengindetifikasi rumah-rumah rawan bencana.
Lokasinya berada di Gianyar Utara, meliputi Kecamatan Payangan, Tegalalang dan Tampaksiring.
Namun kecamatan lainnya yang ada di daerah datar, seperti Blahbatuh, Gianyar dan Sukawati juga tak luput dari ancaman.
Namun, jika rumah di Gianyar Utara rawan terkena longsor, tiga kecamatan di luar Gianyar Utara ini rawan banjir dan abrasi pantai.
Adapun total rumah yang masuk daftar rawan bencana sebanyak 180 rumah.
Rinciannya, di Kecamatan Payangan berada di 2 desa yaitu Desa Bukian sebanyak 14 rumah dan Desa Klusa 13 rumah.
Di Tampaksiring terdeteksi di 6 desa, yakni Desa Pejeng Kelod sebanyak 3 rumah, Manukaya sebanyak 2 rumah, Desa Tampaksiring sebanyak 10 rumah, Pejeng Kangin 5 rumah, Pejeng Kaja 14 rumah, dan Pejeng Kawan 10 rumah.
Di Kecamatan Tegalalang terdeteksi di 5 desa, yakni sebanyak 30 rumah di Desa Pupuan, 1 rumah di Taro, 3 rumah di Kedisan, 1 rumah di Keliki dan 33 rumah di Sebatu.
Untuk rumah yang rawan bencana di Kecamatan Sukawati terletak di 3 desa yaitu sebanyak 8 rumah di Desa Guwang, 3 rumah di Singapadu, dan 9 rumah di Desa Sukawati.
Di Kecamatan Gianyar terdeteksi di Kelurahan Bitera dan Kelurahan Gianyar sebanyak 8 rumah dan di Blahbatuh terdeteksi di Desa Bedulu sebanyak 13 rumah.
Kabid Perumahan Dinas Perkimta Gianyar, I Nyoman Yoga Sedana mengatakan, hanya di Kecamatan Ubud yang hingga kini belum ada data perumahan atau rumah rawan bencana.
“Ini bukan untuk akomodasi. Tapi untuk perumahan warga. Apa bila data ini tidak ada, dan jika ada bencana sampai merenggut jiwa akan menjadi masalah besar karena kita sebelumnya tidak melakukan mitigasi kebencanaan hingga ada korban jiwa,” ujarnya.
Dikatakan, data yang masuk kemungkinan akan bertambah. Karena masih ada desa yang belum melaporkan.
Data tersebut akan divalidasi dan diverifikasi lapangan oleh konsultan.
Dalam penanganannya Perkimta akan berkordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
“Dengan ini kita memiliki pelayanan minimal yakni permohonan dana ke pemerintah daerah, sehingga penanganannya bisa efektif,” jelasnya.
Rawan bencana yang dimaksud dalam hal ini adalah longsor, banjir kalau dekat sungai dan abrasi.
“Untuk saat ini tahapan pendataan. Agar dalam mitigasinya atau jika terjadi bencana hingga diperlukan relokasi sudah masuk ke database Perkimta,” tandasnya.
Dalam relokasinya diperlukan rekomendasi dan kebijakan dari bupati.
“Nanti akan ada rekomendasi apakah harus direlokasi sebelum terjadi bencana atau pasca bencana. Sebab hal ini butuh proses yang panjang dan biaya yang besar, karena harus ada pengadaan lahan jika diperlukan," kata dia. (weg)
Kumpulan Artikel Bali
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.