Terpidana Pembunuhan Engeline Meninggal

Sosok Margriet Christina Megawe: Ibu Angkat Terpidana Kasus Engeline, Habiskan Hidup di Penjara

Margriet Christina Megawe, sosok ibu angkat dari Engeline, menjadi nama yang selamanya diingat dalam sejarah kelam kasus kekerasan terhadap anak

Editor: Putu Kartika Viktriani
ist/tribun bali
Kolase foto Engeline dan Margriet saat sidang putusan kasus pembunuhan Engeline di PN Denpasar, Senin 29 Februari 2016 - Sosok Margriet Christina Megawe: Ibu Angkat Terpidana Kasus Engeline, Habiskan Hidup di Penjara 

Akibat perlakuan ini, Engeline sering datang ke sekolah dalam kondisi tidak rapi dan menjadi bahan olok-olokan teman-temannya.

Puncak kekerasan terjadi pada 16 Mei 2015, ketika Margriet melakukan penganiayaan berat yang menyebabkan Engeline meninggal dunia.

Margriet bahkan memastikan kematian Engeline dengan menyundut bara rokok ke punggungnya sebelum menyuruh Agus Tay, pekerja rumah tangganya, untuk mengubur jasad Engeline di pekarangan rumah, tepat di bawah kandang ayam.

Agus Tay, yang menerima upah Rp 200 juta untuk mengubur jasad Engeline, juga dinyatakan bersalah dalam kasus ini.

Namun, permohonan kasasinya ke MA juga ditolak, dan ia dijatuhi hukuman penjara 10 tahun.

Baca juga: Mengenang Kasus Engeline Megawe 7 Tahun Silam di Denpasar, Jalan Kaki ke Sekolah dan Sering Dimarahi

Margriet di Balik Jeruji Penjara

Sejak dijebloskan ke Lapas Perempuan Kelas II A Kerobokan pada 14 Juni 2015, Margriet menjalani hari-harinya dalam status sebagai narapidana seumur hidup.

Riwayat kesehatan yang buruk mulai menghantui Margriet pada 2023, hingga akhirnya ia didiagnosis menderita gagal ginjal kronis stadium V.

Kepala Lapas Perempuan Kerobokan, Ni Luh Putu Andiyani, mengungkapkan bahwa Margriet menerima perawatan kesehatan sesuai standar.

Ia rutin menjalani cuci darah sejak Juli 2024.

Meski demikian, kondisi kesehatannya terus menurun hingga akhirnya meninggal dunia di rumah sakit pada Desember 2024.

Margriet Christina Megawe meninggal diusia 69 tahun.

Dijelaskan lebih lanjut bahwa kesehatan almarhum selalu dipantau mengingat penyakit kronis yang di deritanya.

Dokter Lapas, dr. Ida Ayu Sri Indra Laksmimenyebutkan bahwa almarhum sebelumnya telah mendapatkan pemeriksaan kesehatan rutin dari petugas medis lapas.

"Cuci darah 2 kali seminggu rutin dilaksanakan sejak bulan Juli 2024 dengan pengawalan dan pendampingan petugas", tuturnya. 

Meskipun telah mendapatkan pengobatan, kondisi kesehatannya terus menurun dalam beberapa waktu terakhir.

Sumber: Tribun Bali
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved