Natal dan Tahun Baru 2025
Driver Banyak Tak Dapat Tamu, Okupansi Kendaraan Pariwisata di Bali Hanya 80 Persen Saat Nataru
Kunjungan wisatawan ke Bali mengalami penurunan pada libur Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru) dibanding libur Nataru sebelumnya.
Penulis: Putu Supartika | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
“Sekarang ada, tapi untuk sendiri saja. Kalau dulu double, sehingga bisa over ke teman sendiri,” jelasnya.
Putra Yasa menyebutkan, setelah Covid-19 kedatangan wisatawan ke Bali sangat ramai. Dan seharusnya mulai November 2024 hingga Januari 2025 wisatawan masih ramai ke Bali. “Tetapi sekarang menurun. Memang tidak sepi-sepi sekali, tetapi lesu. Tahun lalu masih ramai,” kata Putra Yasa.
Hal senada diungkapkan Pemilik Alit Bali Transport, Ketut Candra Alit. Menurutnya jumlah wisatawan domestik yang datang ke Bali menurun drastis saat libur Nataru. Candra menyebutkan, tahun 2023 lalu, dari akhir November hingga awal Januari 2024, usahanya selalu full booking. Bahkan ia sampai menambah 10 unit kendaraan untuk melayani wisatawan.
Akan tetapi akhir tahun 2024 kemarin, awal Desember hingga Natal masih sepi. Dan dirinya hanya memanfaatkan 5 unit kendaraan.
Tak hanya dirinya, rekan sesama pengusaha transport juga mengeluh terkait kondisi tersebut.
“Kebanyakan mereka memilih ke luar negeri. Ada yang ke Jepang, Italia,” paparnya.
Menurutnya, banyak wisdom tersebut enggan datang ke Bali karena masalah kemacetan. Apalagi kebanyakan klien yang dilayaninya berasal dari Jakarta.
“Mereka tidak mau ke Bali karena macet. Apalagi di Jakarta mereka sudah sering terkena macet. Khan sama saja dengan Jakarta,” kata dia.
Selain faktor kemacetan, adanya taksi online juga menjadi saingan berat pengusaha transport di Bali.
“Kalau untuk full day, kami di transport masih menang. Tetapi kalau 1 trip mereka akan memilih taksi online karena lebih murah,” papar pria yang juga menjadi karyawan swasta ini.
Sementara itu, Ketua Pawiba, I Nyoman Sudiartha mengungkapkan, menurunnya kunjungan wisdom pada Libur Nataru ini dikarenakan beberapa hal.
Pertama cuaca ekstrem ditambah informasi viral di media sosial mengenai bencana alam yang terjadi seperti banjir, pohon tumbang, kecelakaan termasuk juga kemacetan. Kedua, juga dipengaruhi oleh daya beli masyarakat yang menurun.
Driver pariwisara freelance, Wayan Putra Yasa menambahkan banyak wisatawan yang mengeluh kondisi Bali saat ini. Saat libur Natal misalnya, saat membawa wisatawan dari Bandara Ngurah Rai, Tuban ke Seminyak, ia harus menempuh waktu 3 jam karena macet parah.
Saat itu wisatawan yang dibawanya tersebut mengeluh dan mengaku kapok datang ke Bali.
“Tamu itu bilang dia tidak akan mau ke Bali lagi karena macet. Itu keluhan langsung yang saya dengar. Selain itu, tamu juga mengeluhkan sampah di pinggir jalan,” paparnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.