Natal dan Tahun Baru 2025

Driver Banyak Tak Dapat Tamu, Okupansi Kendaraan Pariwisata di Bali Hanya 80 Persen Saat Nataru

Kunjungan wisatawan ke Bali mengalami penurunan pada libur Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru) dibanding libur Nataru sebelumnya.

istimewa
Suasana aktivitas arus balik momen Tahun Baru di Pelabuhan Gilimanuk, Jembrana, Bali, Rabu 1 Januari 2025 kemarin - Driver Banyak Tak Dapat Tamu, Okupansi Kendaraan Pariwisata di Bali Hanya 80 Persen Saat Nataru 

Kondisi ini pun diperkirakan masih terjadi hingga beberapa hari ke depan. Mengingat arus balik pasti akan dirasakan sampai Minggu (5/1) mendatang. Menurutnya, pasca Nataru yakni 1 Januari 2025 jumlah penumpang di terminal keberangkatan di angka 2.287. Namun jika dibandingkan dengan penumpang di terminal kedatangan hanya 712 penumpang

Selain itu pada 2 Januari 2025 jumlah penumpang di terminal keberangkatan juga lebih tinggi mencapai 2.710 penumpang. Berbeda dengan jumlah penumpang di terminal kedatangan hanya mencapai 1.316 penumpang. Berbeda dengan hari biasa atau normal 40-50 armada dengan jumlah penumpang rata-rata 700-1.000 penumpang.

“Saat ini memang momen arus balik Nataru, sehingga jumlah penumpang di keberangkatan lebih tinggi,” bebernya.

Lebih lanjut dikatakan, di terminal Mengwi juga mempersiapkan standar minimal, seperti keselamatan, keamanan, kehandalan, kenyamanan, kemudahan, dan kesetaraan. Bahkan semua bus yang akan berangkat tetap dilakukan pemeriksaan atau ramp check. Hal itu dilakukan guna memastikan keselamatan penumpang

“Pengecekan kendaraan ini untuk memeriksa unsur teknis. Seperti lampu penerangan, pengereman, badan kendaraan, kondisi ban, perlengkapan, klakson, dan lainnya. Hasil pemeriksaan layak jalan ini dalam rangka mengoptimalkan keselamatan perjalanan selama liburan Nataru,” ucapnya.

Mengenai penambahan kendaraan atau armada, selama ini pihaknya selalu berkoordinasi dengan PO Bus. “Penambahan armada itu bergantung lonjakan penumpang, kalau bertambah biasanya menggunakan bus Cadangan,” kata dia. (gus)

NEWS ANALYSIS

Jam Kendaraan Besar Harus Diatur

Prof. Dr. Ir. Putu Rumawan | Arsitek dan Pengamat Tata Ruang Perkotaan

Terdapat beberapa faktor penyebab padatnya kendaraan dan kemacetan di Bali. Menurut Arsitek dan Pengamat Tata Ruang Perkotaan, Prof. Dr. Ir. Putu Rumawan Salain mengatakan, penyebab kemacetan di Bali salah satunya akses yang menghubungkan pulau ke pulau, provinsi ke provinsi, kota ke kota lalu kota ke kabupaten hampir semua melalui Kota Denpasar.

Beberapa di antaranya sebagian besar masuk pusat kota. Ia menegaskan konsep tersebut mestinya harus ditinggalkan.

“Kenapa tidak dibagi misalkan yang antarpulau yang ke Lombok misalkan melalui Singaraja itu semua memang harus manajemen begitu atau kalau tidak harus dibuatkan jalan khusus yang mungkin nanti ke depan mungkin jalan tol Gilimanuk,” kata Prof Rumawan, Jumat (3/1). 

Lebih lanjutnya ia mengatakan kendaraan transportasi yang mengangkut orang dan barang hampir semua melalui jalan Kota Denpasar. Sehingga jalan di Denpasar itu menjadi melting point bagi semua pelaku transportasi bus, truk, angkutan pariwisata, angkutan pribadi dan lain-lain. 

Sesuai dengan data tahun 2023, angka sebanyak 4,5 juta lebih kendaraan bermotor ada di Bali artinya termasuk sepeda motor yang jumlahnya luar biasa. Selain itu, panjang jalan yang dikelola atau yang menjadi tanggung jawab pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten atau kota. Pemerintah Kota dan Kabupaten memiliki sedikit penambahan panjang jalan. Contohnya pada Kota Denpasar penambahan panjang jalan hanya bisa dilakukan sejumlah 0,01 KM itu. 

Sedangkan Jalan Nasional terdapat beberapa tambahannya begitu juga dengan provinsi. Ini belum lagi ditimpali dengan pola ruang kota yang memang tidak siap untuk pelaku-pelaku transportasi itu dengan modal transportasiny. 

“Artinya begini, struktur dan pola ruang yang ada itu merupakan pola dan struktur ruang tradisi yang bukan untuk kendaraan bermotor yang memiliki kecepatan yang memiliki daya angkut dengan dayanya sehingga bisa dibayangkan kalau saya ada di Denpasar baru dari Jalan Surapati mau menuju ke Art Center sudah berapa lampu merah, jaraknya pendek-pendek sehingga menjadi kemacetan menumpuk,” sambungnya. 

Prof Rumawan menegaskan terlebih saat ini cenderung orang membangun apa saja di mana saja sehingga berperilaku begitu. Ketika ingin belanja ke toko terdekat, parkir seenaknya. Banyak sekali ditemukan toko berhadap-hadapan. Biasanya toko-toko ini menggunakan badan jalan yang semestinya tidak boleh dipakai parkir. Hal ini juga menjadi penyebab terjadi kemacetan lalu lintas karena beban jalan menjadi sempit akibat kiri kanan mobil parkir. (*)

 

Berita lainnya di Nataru di Bali

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved