Berita Bali

Kemacetan di Bali Kian Parah, Prof Rumawan Sorot Motor Listrik

Apalagi dengan adanya ojek online sekarang itu banyak yang mere-investasi dirinya dengan mengambil kredit mobil

istimewa
Petugas dari Dinas Perhubungan Kota Denpasar mengatur lalulintas di Denpasar - Kemacetan Jadi Masalah Serius di Denpasar, Dishub Siagakan Petugas di Persimpangan Krodit 

 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Memiliki kendaraan roda dua merupakan hal yang mudah saat ini. Dengan membayar uang muka Rp500 ribu saja, masyarakat bisa dengan mudahnya membeli kendaraan roda dua.

Hal ini tentu berdampak pada angka kemacetan di Bali. 

Prof. Dr. Ir. Putu Rumawan Salain selaku Arsitek dan Pengamat Tata Ruang Perkotaan menjelaskan selain motor-motor pribadi yang marak dijalanan juga terdapat mobil-mobil pribadi yang kian bertambah jumlahnya.

“Apalagi dengan adanya ojek online sekarang itu banyak yang mere-investasi dirinya dengan mengambil kredit mobil mengambil ini penumpang dan lain-lainnya sehingga konflik dengan publik transport yang lain,” kata Prof Rumawan pada,  Jumat 3 Januari 2025. 

Lebih lanjutnya, Prof Rumawan mengatakan dan sialnya lagi begitu pemerintah menginisiasi akan menggunakan alternatif energi, sepeda motor listrik lebih banyak lagi datang ke Bali dengan harga lebih murah. 

 


“Dan anak-anak menggunakannya anak SD di kampung-kampung juga sudah banyak. Nah jadi dengan demikian yang perlu sekarang dilakukan adalah memperbaiki manajemen transportasi secara menyeluruh dan terintegrasi untuk Bali,” imbuhnya. 

 


Terdapat beberapa faktor penyebab padatnya kendaraan di Bali. Hal tersebut dipaparkan oleh, Prof. Dr. Ir. Putu Rumawan Salain selaku Arsitek dan Pengamat Tata Ruang Perkotaan saat dikonfirmasi pada, Jumat 3 Januari 2025. 

 


Prof Rumawan mengatakan penyebab kemacetan di Bali salah satunya akses yang menghubungkan pulau ke pulau, provinsi ke provinsi, kota ke kota lalu kota ke Kabupaten hampir semua melalui Kota Denpasar. Dan beberapa diantaranya sebagian besar masuk pusat kota. Ia menegaskan konsep tersebut mestinya harus ditinggalkan.

 


“Kenapa tidak dibagi misalkan yang antar pulau yang ke Lombok misalkan lewat Singaraja, itu semua memang harus manajemennya begitu atau kalau tidak harus dibuatkan jalan khusus yang mungkin nanti ke depan mungkin jalan tol Gilimanuk,” kata Prof Rumawan. 

 

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved