Longsor di Klungkung

FAKTA BARU: TKP Longsor di Desa Pikat, Pasraman Peninggalan Turun Menurun, Sudah 3 Generasi

FAKTA BARU: TKP Longsor di Desa Pikat, Pasraman Peninggalan Turun Menurun, Sudah 3 Generasi

Tribun Bali/Eka Mita Suputra
Suasana di lokasi kejadian longsor di Desa Pikat, Klungkung Bali pada 20 Januari 2025 pagi. 

TRIBUN-BALI.COM, SEMARAPURA - Pasraman Tirta Sari yang menjadi lokasi tanah longsor di Desa Pikat, Kecamatan Dawan merupakan milik warga setempat, Jro Putu Wiranata. 

Pria sepuh yang juga penekun spiritual itu, tidak menyangka akan terjadi musibah di pasraman yang ia kelola.

Baca juga: SELAMAT JALAN Dwi dan Didik, Teriakan Minta Tolong di Ubung Denpasar, Diterjang Longsor Saat Tidur

Jro Putu Wiranata mengatakan, pasraman itu sudah berdiri selama 3 generasi. Menurut dia, leluhurnya mendapatkan pawisik, untuk mencari tempat yang bisa digunakan sebagai tempat pemujaan tuhan dan menjalankan usadha (pengobatan) tradisional.

Baca juga: UPDATE: Pelaku Pembunuhan Made Agus di Gianyar, Tewas dengan 2 Luka Tusuk di Leher dan Dada

Lalu dipilihlah lokasinya di Lingkungan Celuk, Banjar Cempaka, Desa Pikat. Tidak jauh dari Pura Paibon Bali Mula. Lokasinya berada di tegalan, dengan pohon kepuh yang berukuran besar. Tepat dibawa tebing bukit mucung.


"Luas lahan ini sekitar 3 Hektare, lahannya milik keponakan saya. Tapi bangunannya kecil-kecil. Leluhur saya dulu yang memugar lokasi ini," ujar Jro Putu Wiranata, Senin (20/1/2025).


Ia tidak menampik, setiap hari minggu, maupun hari purnama dan tilem, biasanya ada kegiatan bersih-bersih dan dilanjutkan dengan puja atau meditasi bersama oleh korban. Para korban tersebut merupakan orang-orang yang pernah sembuh setelah berobat di pasraman tersebut.


"Setiap minggu sehabis bersih-bersih mereka akan melakukan puja (meditasi) bersama, yang berobat ya berobat,” lanjutnya.


Saat kejadian, Jro Putu Wiranata sebenarnya hendak ke pasraman


Namun saat itu hujan sangat lebat. Dari cerita korban yang selamat, menurutnya saat itu hujan sangat lebat. Mereka berteduh di bangunan semi permanen berupa wantilan.


 Namun ditengah hujan deras, para korban disebut sayup-sayup mendengar suara meminta tolong, sehingga para korban mencari-cari sumber suara tersebut.


Ditengah kebingungan mencari sumber suara minta tolong, tiba-tiba ada suara petir menggelegar, namun tidak begitu keras sebanyak dua kali. Pada saat petir ketiga, tiba-tiba batu besar dan longsor menghantam bangunan tempat mereka berteduh. 


Tiga orang ditemukan meninggal diantara reruntuhan bangunan, seorang diantaranya ditemukan meninggal di sisi timur batu besar yang terjatuh.


Sementara 4 korban lainnya berhasil selamat dalam musibah tersebut.


Pasca kejadian naas itu, pihaknya berencana akan menggelar Pecaruan dan telah berkoordinasi dengan pihak adat dan desa setempat. (mit)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved