Nyepi 2025

EVALUASI Perjuangan STT di Badung Bawa Ogoh-ogoh Banyak Rintangan Termasuk Keluhan Tenda di Puspem

Salah satu STT di Badung, yang ditemui di Puspem Badung mengatakan bahwa tenda atau rigging yang digunakan belum maksimal.

ISTIMEWA
Proses Sekaa Teruna di Badung saat membawa ogoh-ogoh ke Puspem Badung pada Kamis 13 Maret 2025. 

TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Pelaksanaan lomba ogoh-ogoh di Kabupaten Badung, tahun 2025 mendapatkan kritikan dari masyarakat. Pasalnya pembawaan ogoh-ogoh terbaik dadi zona 7 ke Puspem Badung penuh dengan tantangan.

Selain kepadatan lalu lintas, proses perjalanan ogoh-ogoh juga dihadapkan dengan masalah kabel melintang, pepohonan, sehingga proses perjalanan memakan waktu cukup lama dan rentan rusak. Tidak hanya itu tenda yang digunakan untuk pajangan ogoh-ogoh juga dinilai kurang bagus. 

Salah satu STT di Badung, yang ditemui di Puspem Badung mengatakan bahwa tenda atau rigging yang digunakan belum maksimal. Pasalnya jika ada angin kencang bisa saja roboh.

"Tiangnya tidak besar, jadi kayak hajatan bukan tempat pemajangan ogoh-ogoh seperti di Denpasar," ujar salah satu STT yang enggan disebutkan namanya.

Baca juga: KONTROVERSI Dana Bantuan Rp2 Juta Per KK di Badung, Sekda Badung Sebut untuk Warga Rentan Miskin!

Baca juga: MUTASI 27 Perwira Menengah Polda Bali, Ikut Gerbong Polri, 3 Direktur & 2 Kapolres di Dalamnya!

Proses Sekaa Teruna di Badung saat membawa ogoh-ogoh ke Puspem Badung pada Kamis 13 Maret 2025.
Proses Sekaa Teruna di Badung saat membawa ogoh-ogoh ke Puspem Badung pada Kamis 13 Maret 2025. (ISTIMEWA)

Dia menilai, semua ini perlu dievaluasi, bahkan tempatnya juga tidak datar. "Ini tempatnya tidak datar, ini kan taman bukan lapangan, jadi tidak datar," bebernya. 

Sementara Ketua Listibiya Kecamatan Kuta Selatan, Wayan Deddy Sumantra juga mengaku prihatin terhadap kondisi yang dihadapi para yowana dalam membawa ogoh-ogoh ke Puspem Badung.

Selain kemacetan, proses pembawaan ogoh-ogoh juga dihadapkan dengan kondisi kabel yang semrawut dan pepohonan yang lebat pada jalur yang dilintasi. 

"Kondisi tersebut tentu cukup menyakitkan, di tengah semangat para yowana berkreatifitas dan melestarikan tradisi. Mereka rata-rata berangkat sejak malam, sampainya pagi di Puspem. Itu pun tidak semua sampainya pagi. Ini menjadi perjalanan yang sangat melelahkan bagi para yowana," ujarnya Kamis 13 Maret 2025.

Semangat para yowana untuk mengikuti parade di Puspem Badung sangatlah tinggi. Selain dari sisi tenaga, mereka juga mengeluarkan biaya untuk proses pengangkutan ogoh-ogoh yang mencapai sekitar Rp50 juta untuk pulang-pergi. Sayangnya, kendala di lapangan membuat kondisi ogoh-ogoh ada yang patah. 

"Ini harus dipersiapkan dengan matang mulai dari pengangkutan, pengawalan jalur yang dilalui serta bagaimana kesiapan tempat. Ogoh-ogoh ini kan menginap di sana, tempatnya juga seyogyanya representatif bagi yowana yang di sana," harapnya.

Keluhan para yowana juga mendapatkan respon dari Bendesa Adat Pecatu, Made Sumerta. Ia mengaku mendapatkan sejumlah keluhan dari Yowana Pecatu yang membawa ogoh-ogoh mereka ke Puspem Badung. Mereka mengeluh perjalanan membawa ogoh-ogoh ke Puspem cukup menguras waktu dan tenaga. 

Untuk sampai di Puspem, para yowana menempuh waktu 12 jam dengan berbagai kendala yang dihadapi, seperti kemacetan, kabel melintang dan dahan pohon yang rendah. 

"Mereka berangkat dari malam, sampainya jam 11 siang. Ini perjalanan yang melelahkan, kalau naik pesawat ini sampai di Jepang," terangnya.

Kendati demikian, pihaknya mengapresiasi maksud dari pelaksanaan pawai ogoh-ogoh di Puspem Badung. Segala keluhan yang muncul perlu direspon, dengan pembenahan dan evaluasi penyelenggaraan ke depannya.

Baik dari kesiapan jalur rute dilalui, lokasi pelaksanaan maupun fasilitas yang diperlukan. Ia menyarankan agar pelaksanaan pawai dapat dilaksanakan di daerah tujuan wisata, sehingga hal itu menjadi daya tarik bagi kunjungan wisata yang secara otomatis menambah PAD.

"Kalau dilaksanakan di obyek wisata ini akan bagus, karena sekaligus menjadi daya tarik wisata. Kalau di Puspem saya rasa terlalu eksklusif dan jauh bagi wisatawan. Yang terpenting jalur melintas menuju arena lomba ini harus disiapkan secara matang," imbuhnya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved