Berita Buleleng

Gus Windu Keluhkan Sepinya Lantai II Pasar Banyuasri: Yang Belanja Tak Ada, tapi Bayar Karcis Terus

Pedagang di lantai II Pasar Banyuasri Singaraja mengeluhkan sepinya pembeli yang mampir.

Tribun Bali/Muhammad Fredey Mercury
SEPI - Suasana lantai II Pasar Banyuasri, Buleleng, Bali, yang sepi pengunjung. Pedagang mengeluhkan karena kunjungan sepi, tapi tetap harus bayar retribusi. 

Gus Windu Keluhkan Sepinya Lantai II Pasar Banyuasri: Yang Belanja Tidak Ada, Tapi Bayar Karcis Terus

TRIBUN-BALI.COM, BULELENG - Pedagang di lantai II Pasar Banyuasri Singaraja mengeluhkan sepinya pembeli yang mampir.

Para pedagang pun meminta pemerintah segera mencari solusi. Apalagi kondisi ini sudah terjadi bertahun-tahun. 

Pantauan tribun-bali.com, lantai II Pasar Banyuasri ini dimanfaatkan untuk beberapa jenis dagangan. Mulai dari sarana upacara agama, hingga beberapa barang lain seperti pakaian, tas anak, sepatu, jam dinding. 

Baca juga: Hasil Sidak di Sejumlah Tempat di Buleleng Bali, Satgas Pangan Temukan Takaran MinyaKita Disunat

Sayangnya bangunan pasar yang representatif ini justru sepi. Hampir sebagian besar kios nampak tutup.

Demikian pula pengunjung yang mampir, bisa dikatakan hanya hitungan jari. 

Salah satu pedagang bernama Ida Bagus Ketut Windu mengatakan, sepinya pengunjung sudah terjadi sejak pihaknya menempati kios di lantai II Pasar Banyuasri, yakni pada 21 Maret 2021.

Baca juga: GS Diduga Dijebak Rekan Bisnis di Buleleng Bali, Hingga Mendekam Sepekan Dipenjara

Walaupun sepi pengunjung, pihaknya tetap harus membayar karcis retribusi. 

"Sejak menempati lantai dua sudah sepi. Nggak ada orang belanja, tapi bayar karcis terus," ucapnya, Kamis (13/3/2025). 

Gus Windu mengaku punya empat kios di Lantai II Pasar Banyuasri. Pembayaran kios dilakukan secara harian, bulanan dan tahunan.

Baca juga: Perumda Swatantra Buleleng Lelang 23 Unit Mobil, hingga 6 Maret 2025 Laku 12 Unit 

"Hariannya tiap pedagang dikenai Rp 7 ribu per kios. Kalau bulanan bayarnya 60 ribu, sedangkan tahunan kena sekitar 90 ribu. Pembayaran ini saya kena ketiganya. Dagang maupun tidak dagang tetap kena karcis," imbuhnya. 

Tentu pembayaran kios ini tak sebanding dengan hasil penjualan. Justru modalnya kini sudah hampir habis untik bayar retribusi. 

Pria asal Desa Baktiseraga, Kecamatan Buleleng ini berharap segera mencari solusi agar pengunjung pasar bisa lebih ramai.

Menurut Gus Windu, salah satu solusinya bisa menaikkan pedagang bunga yang ada di lantai dasar, sebab masih berhubungan dengan sarana upacara. 

"Dulu ada rencana demikian, tapi nggak jadi. Hingga akhirnya dagang bunga malah diberikan tempat jualan di bawah (lantai I)," ucapnya. (*)

 

Berita lainnya di Berita Buleleng

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved