Human Interest Story

Warga Buleleng Bali Jadi Korban TPPO, Dipaksa Jadi Penipu, Dapat Siksaan Jika Tidak Penuhi Target

Kata Agus, sosok Mei ini digambarkan sebagai wanita sukses yang bekerja pada bidang desain. 

Tribun Bali/Muhammad Fredey
Kesaksian - Kadek Agus Ariawan saat ditemui di kediamannya di Kelurahan Liligundi, Kecamatan Buleleng pada Sabtu (22/3/2025). Agus menceritakan ihwal pengalamannya selama delapan bulan menjadi korban TPPO di perbatasan Myanmar - Thailand. Warga Buleleng Bali Jadi Korban TPPO, Dipaksa Jadi Penipu, Dapat Siksaan Jika Tidak Penuhi Target 

TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Delapan bulan lamanya Kadek Agus Ariawan, pria asal Kelurahan Liligundi, Kecamatan Buleleng menjadi korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO). 

Tak hanya dipaksa menjadi penipu untuk menguras uang laki-laki. 

Agus juga kerap mengalami siksaan jika tidak memenuhi target pendapatan.

Agus yang ditemui di kediamannya menceritakan, lokasi perusahaan itu berada di perbatasan Myanmar dan Thailand. Warga sekitar kerap menyebut lokasi itu dengan KK Park. 

Baca juga: Kisah Warga Buleleng Bali Agus, 8 Bulan Jadi Korban TPPO, Kerja Tanpa Gaji, Disiksa Hampir Tiap Hari

Di tempat inilah Agus dipekerjakan sebagai seorang penipu alias scam love. 

Modusnya yakni bergerak secara daring, dengan berkedok mencari cinta atau pasangan.

"Saya dan pekerja lain berpura-pura menjadi seorang wanita bernama Mei, untuk memancing pria agar bisa dikuras uangnya,” ucapnya, Minggu 23 Maret 2025. 

Agus menjelaskan, sosok Mei ini memang ada dalam kehidupan nyata. Namun ia tidak bekerja di perusahaan penipuan ini. 

Oleh perusahaan, sosok Mei dimanfaatkan untuk menggaet pria. 

Kata Agus, sosok Mei ini digambarkan sebagai wanita sukses yang bekerja pada bidang desain. 

Ia juga memiliki toko busana yang berada di Korea Selatan. 

Penipuan yang dilakukan perusahaan ini terbagi dalam banyak divisi. 

Mulai dari menggunakan sosok Mei untuk memancing perhatian pria melalui media sosial tiktok, mencatat data-data penting dari target yang menjadi korban, hingga mendekati korban untuk dieksekusi (dikuras hartanya). 

Agus sendiri berada pada divisi terakhir, yakni sebagai eksekutor. 

Ia terlebih dahulu mendapatkan data-data target dari divisi lain, kemudian memulai mendekati korban melalui pesan pribadi. 

Halaman
123
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved