Berita Klungkung

Pasokan Kelapa ke Klungkung Seret, Pengiriman Dialihkan Tiongkok, Begini Nasib Buruh Kupas

Pasokan Kelapa ke Klungkung Seret, Pengiriman Dialihkan Tiongkok, Begini Nasib Buruh Kupas

istimewa
Aktivitas buruh pengupas kelapa di Desa Sulang, Kecamatan Dawan, Klungkung, Selasa (15/4/2025). 

TRIBUN-BALI.COM, SEMARAPURA - Selama sebulan terakhir, pasokan kelapa ke Kabupaten Klungkung seret.

Hal ini berdampak pada kenaikan harga kelapa di pasaran dalam kurun waktu beberapa pekan terakhir.

Kondisi ini juga berpengaruh ke pendapatan para buruh kupas kelapa di Desa Sulang, Kecamatan Dawan, Klungkung.

Wayan Astuti dan Ketut Sudiastini sedang sibuk mengupas satu persatu buah kelapa.

Mereka merupakan wara Desa Gunaksa, yang setiap harinya bekerja sebagai pengupas buah kelapa di Desa Sulang.

Baca juga: INI PEMICU Pecalang Dihantam Pemedek di Pura Besakih, Adegan Lengkap Terekam CCTV

Dalam sehari pengusaha kelapa bisa mendapat 2.000 hingga 4.000 butir kelapa. Namun karena pasokan seret, saat ini paling banyak hanya datang pasokan 2000 kelapa per hari.

Wayan Astuti mengatakan, minimnya pasokan kelapa karena tidak ada pengiriman dari wilayah Jawa dan Sumatera.

Pengiriman kedua wilayah itu, justru dialihkan ke Tiongkok. Sehingga terjadi kelangkaan dan kenaikan harga kelapa di pasar lokal.

Baca juga: Pemuda Asal Serangan Tewas di Jalan By Pass Ngurah Rai Denpasar, Tiba-tiba Hal ini Terjadi

"Dulu harganya (kelapa) Rp6 ribu di kebun, sekarang sudah Rp10 ribu,” ujar Astuti.


Saat ini buah kelapa di Klungkung, kebanyakan datang dari perkebunan lokal seperti Karangasem, Nusa Penida, Pikat, dan Dawan.


Kelapa yang mereka kupas, kemudian dikirim ke Jawa untuk dijadikan santan dan bahan roti dengan harga jual mencapai Rp15 ribu per butir. Sementara serabutnya dikirim ke Banyuwangi untuk bahan keset dan kasur.


Minimnya pasokan kelapa ini, berdampak langsung pada para buruh kupas. Mereka sering kali harus libur kerja karena ketiadaan bahan baku. 


"Kami sempat libur lima hari karena tidak ada kelapa sama sekali," ujar Astuti.


Untuk tetap bisa mendapatkan penghasilan lain, mereka pun beralih menjual cemper atau jajanan lokal sebagai sumber penghasilan alternatif. Dengan upah Rp200 per biji kelapa yang dikupas, kini para buruh hanya bisa mengupas sekitar 200 butir per hari. 


Sehingga rata-rata penghasilan mereka dari mengupas kelapa, Rp40 ribu sampai Rp50 ribu setiap harinya.


Jumlah itu hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok harian. Ia berharap kondisi pasokan kelapa kembali normal, apalagi menjelang Hari Raya di mana kebutuhan rumah tangga biasanya meningkat.


“Jauh dari biasanya, tapi kami tetap berusaha. Semoga pasokan kelapa lancar lagi, biar dapur bisa jalan," ungkap Astuti. (mit)

 

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved