Seputar Bali
Blackout Lumpuhkan Pariwisata Bali, Bukti Nyata Bali Tak Bisa Berdiri Sendiri Tanpa Bantuan Jawa?
Fenomena blackout alias listrik mati yang terjadi pada 4 Mei 2025 kemarin tentu menjadi indikasi bahwa Bali tidak bisa berdiri sendiri.
“Sehingga banyak yang pakai lampu emergency atau pakai lilin dan lain sebagainya itu yang terjadi karena blackout nya cukup lama,” ungkap Rai Suryawijaya.
Lebih lanjut dia menyampaikan bahwa di publik area khususnya seperti di Jalan Raya, Pantai, tempat-tempat destinasi wisata kurang nyaman jadinya bagi wisatawan akibat blackout.
Jadi mereka tidak berani keluar dan takutnya ada kriminalitas yang terjadi.
Mengingat ini kali kedua Bali mengalami blackout pihaknya berharap kepada pemerintah dan stakeholder terkait lainnya agar memikirkan energi mandiri untuk Pulau Dewata.
Baca juga: Viral Pencurian Burung di Sesetan Denpasar, Kadek Ditangkap Saat Tertidur Pulas di Kos

“Pemerintah harus sudah memikirkan kedepan, saya rasa sudah memikirkannya untuk Bali energi mandiri,”
“Jadi itu yang harus dilakukan, dimana mandiri energi di Bali itu pasti bisa dilakukan karena kan banyak yang tertarik kalau kita bicara Bali mandiri energi itu kan banyak investor yang tertarik untuk melakukan itu,” paparnya.
Disinggung mengenai apakah blackout berdampak meningkatkan okupansi hotel kemarin, Rai Suryawijaya mengatakan belum ada pengaruh signifikan.
“Okupansi kalau karena blackout peningkatan tidak ada masih normal. Jangan sampai ada blackout totally lagi,” ucapnya.
Sementara itu, Ketua Aliansi Pelaku Pariwisata Marginal Bali Wayan Puspa Negara sangat menyayangkan kejadian blackout kemarin karena dampaknya sangat besar.
“Pertama saya sangat menyesalkan terjadinya blackout yang tiba-tiba. Kita melihatnya banyak persoalan yang muncul sangat multiple,” kata Puspa Negara.
Persoalan pertama menurutnya terjadi keterlambatan dan keberangkatan penerbangan di Bandara, kedua di destinasi pariwisata genset cadangan karena sudah lama tidak ada pemadaman seperti ini tidak siap untuk hidup secara otomatis.
Jadi dampaknya pelayanan di sektor kepariwisataan sangat terganggu kecuali yang genset cadangannya menyala otomatis.
Kegiatan-kegiatan transaksi di sektor pariwisata terhenti karena sekarang sebagian besar menggunakan cashless sehingga transaksi terhambat karena menggunakan alat yang bersumber dari listrik.
“Secara umum, secara gradual blackout ini menjadi hal yang mendegradasi kekuatan pariwisata kita,”
“Artinya menurunkan citra pariwisata Bali sebagai destinasi wisata internasional atau boleh dikatakan juga mencoreng Bali sebagai destinasi internasional,” ucapnya.
“Karena harusnya pelayanan atau service overhead capital dan infrastruktur itu harus berjalan secara stabil dalam waktu yang tidak terbatas,”
“Terutama dalam hal energi khususnya listrik karena ketergantungan terhadap listrik akan menjadi potensial karena semua equipment atau peralatan kepariwisataan itu menggunakan energi listrik,” sambung Puspa Negara.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.