Gebrakan Pemimpin Bali
KOSTER Sarankan PLTS Atap Jadi Energi Alternatif di Bali,Cegah Blackout Lagi & Mandiri Energi Bersih
Salah satu tujuan untuk mempercepat implementasi PLTS Atap di Bali adalah untuk mencegah blackout kembali terjadi.
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
Setiawan mengatakan hotel menggunakan PLTS Atap di provinsi Bali, artinya di seluruh fasilitas sebenarnya. Namun, skemanya tidak sejelas sekarang. Di era itu begitu dikeluarkan Surat Edaran, investasinya dari konsumen. Kemudian pasti akan bertanya pemeliharaannya. Menurutnya ini kebijakan energi nasional, kemudian dilihat juga regulasi daerah, khususnya di Bali sangat inline.
“Di periode kedua ini, lebih memungkinkan karena skemanya sudah jelas, tanpa investasi. Kemudian pemeliharaannya pihak pengembang. Dan ini menjadi trigger bagi IPC-IPC lainnya juga sebenarnya. Bahwa dengan skema ini bisa, dan itu pasti win-win, artinya dari sisi bisnis pasti akan menguntungkan dan keandalan terjaga, dia terintegrasi. Inilah yang melakukan hal baru yang tentunya akan menguatkan ketahanan energi di Bali,” jelas Setiawan.
Setiawan menyebutkan PLTS Atap yang sudah terpasang di Bali mendekati 20MW. “Tetapi yang PLTS Atap itu kurang lebih di 12 sampai 13 MW. Karena ada, Nusa Penida farming 3,5 MW, kemudian ada yang 2x1 MW. Dan sudah ada desain untuk yang 50 MW di utara dan 25 MW di barat artinya komitmen sudah realisasi tentunya kalau energi skala besar dan itu on grid dengan jaringan PLN pasti pusat kewenangannya,” ucap Setiawan.
Untuk PLTS Atap ini karena terintegrasi dengan sistem tujuannya di mana terjadi kelebihan produksi dapat di-support di baterai. Begitu nanti diperlukan bisa masuk dalam sistem. Bagian dari salah satu sebenarnya karena overhaul atau pemeliharaan di PLTU Celukan Bawang, Pesanggaran dari baterai ini dapat men-support. Namun kata dia, tidak bisa sekaligus, terdapat tahapan dan ini sudah dirancang oleh tim tahun ini berapa bisa terinstal hingga 5 tahun ke depan.
“Hari ini (kemarin) adalah sosialisasi, bentuk dari strategi untuk implementasi Bali mandiri energi dengan energi bersih. Memang tidak bisa seketika, ada tahapannya. Salah satu yang memungkinkan, karena sudah proven, termasuk dari BUMN kita dalam hal ini holdingnya PLN, PLN icon plus sudah siap, dengan skema teknis seperti tadi dijelaskan, dan ini Bali sebagai perintis atau provinsi pertama sebenarnya dengan skema smart grid, PLTS Atap, dibandling atau didukung, di-backup dengan baterai energy storage system,” paparnya.
Ramah Lingkungan
Dari sejumlah pembangkit tenaga listrik yang ada di Bali, masih ada yang menggunakan bahan bakar fosil yakni batu bara dan minyak solar. Seperti di PLTU Celukan Bawang Buleleng yang bahan bakarnya menggunakan batu bara.
“Maka saya memanggil pemiliknya, pengelolanya kalau saya suruh tutup tidak baik karena dia sudah berinvestasi. Saya tidak mau tahu caranya jangan sampai menimbulkan pencemaran lingkungan, membuat air laut terganggu, kemudian kehidupan ekosistem di situ terganggu. Jadi harus menerapkan teknologi untuk menjadi ramah lingkungan. Dia oke,” bebernya.
Karena itu, Koster tetap mengizinkan PLTU Celukan Bawang terus beroperasi. Sebelum Koster menjadi Gubernur Bali, ia sempat mendapatkan rekomendasi untuk menambah 500 megawatt pembangkit di PLTU Celukan Bawang dengan menggunakan bahan bakar batubara.
Namun rekomendasi tersebut dicabut dan ia memanggil perusahaan yang mendapat rekomendasi ini serta meminta tidak lagi meneruskan rencana ini dengan menggunakan bahan bakar batubara.
“Kalau kamu ngotot, izin kamu yang ini yang saya cabut, bukan saja rekomendasi yang saya cabut. Izin operasi kamu ini yang akan saya cabut, habis kamu. Akhirnya dia nyerah. Menggunakan backing siapa pun juga di sana, tidak berlaku buat saya,” tandasnya.
Kemudian untuk energi ini juga, supaya bersih Koster juga melarang PLN untuk mengoperasikan PLT yang di Pemaron, Buleleng yang menggunakan bahan bakar solar. Juga melarang PLT di Pesanggaran, Denpasar. Harus diganti dengan bahan bakar yang ramah lingkungan, gas. Sudah dilakukan, namun terdapat kendala suplai gas.
“Ini yang harus saya pikirkan dan dengan kebijakan ramah lingkungan ini saya betul-betul mengkomunikasikan, membahas bersama Bapak Menteri SDM dan PLN untuk menunjukkan satu Bali Mandiri energi dengan energi bersih. Dua kata mandiri dan energi bersih. Itu tidak bisa ditawar,” paparnya.
Penolakan penggunaan energi fosil ini ditolak Gubernur Koster dilihat dari ketergantungan Bali dengan energi fosil khususnya batu bara dan BBM. Selain itu Bali tidak memiliki resource-nya. Diakui Setiawan ini yang menjadi tantangan sebenarnya.
“Kita ingin mandiri menggunakan energi bersih tetapi resource-nya tidak ada di Bali dan ini perlu juga koordinasi intens dukungan pemerintah pusat. Artinya dengan kebijakan yang ada, ternyata kebijakan energi nasional juga arahnya adalah ke energi berkelanjutan. Jadi sangat tepat, tetapi tidak bisa simsalabim,” paparnya.
Setiawan menegaskan harus ada perencanaan yang matang karena Bali walaupun luasnya tidak seluas provinsi lain. Kemudian jumlah penduduknya tidak sebanyak di Pulau Jawa. Tetapi dari sisi ketahanan energi jadi sangat penting, rasanya mungkin karena kepulauan kecil.
| SEPAKAT! Koster dan 4 Kepala Daerah Anggarkan Rp 56,3 M untuk Transportasi Publik Metro Dewata 2026 |
|
|---|
| Datangkan Rp 1,5 T APBN, Koster akan Bangun Parkir Pura Batur, Underpass dan Jembatan Kuning |
|
|---|
| KOSTER & 4 Kepala Daerah Anggarkan Rp56,3 Miliar untuk Transportasi Publik Metro Dewata Tahun 2026 |
|
|---|
| KOSTER Datangkan APBN Rp1,5 T Bagi Bali, Buat Parkir Pura Batur, Underpass Jimbaran, Jembatan Kuning |
|
|---|
| Abrasi Terparah di Pantai Selatan Bali, Gubernur Koster Koordinasi ke DPR Buat Raperda Penanganan |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.