Berita Buleleng

Sutjidra Sebut TBC Bisa Dieliminasi dengan Pengentasan RTLH, Peringkat ke-2 TBC Tertinggi di Bali

Sutjidra tak memungkiri, ada sejumlah syarat yang wajib dipenuhi untuk menjadi rumah sakit rujukan regional nasional.

Tribun Bali/Muhammad Fredey Mercury
TANGGAPI TBC - Bupati Buleleng, I Nyoman Sutjidra saat ditemui belum lama ini. Ia mengatakan bedah rumah jadi salah satu solusi penanganan kasus TBC di Buleleng. 

TRIBUN-BALI.COM - Bupati Buleleng, I Nyoman Sutjidra menanggapi tingginya kasus Tuberkulosis (TBC) di Buleleng. Menurutnya kasus ini bisa dieliminasi, salah satunya dengan melakukan pengentasan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) alias bedah rumah di Buleleng

Sutjidra menjelaskan, rumah yang tidak layak huni biasanya berada di lingkungan kumuh. Kondisi ini cenderung mempercepat penyebaran penyakit TBC

Karenanya salah satu upaya eliminasi penyakit ini adalah dengan optimalisasi pengentasan RTLH. Dengan demikian rumah dan lingkungan masyarakat menjadi lebih bersih. 

Baca juga: WAJIB Buat Teba Modern! Seluruh OPD di Buleleng Hingga Pemdes dan Kelurahan

Baca juga: ISTRI Loncat Saat Motor Melaju Hingga Terluka, Diduga Cekcok dengan Suami Saat Perjalanan ke Jawa

"Itu prinsipnya. Kita berharap astungkara masyarakat Buleleng yang rumahnya tidak layak huni bisa kita rehab. Sehingga mereka bisa tenang tinggal di rumahnya, tidak keanginan, kepanasan, kehujanan, ventilasi bagus, sehingga penyakit TBC bisa kita eliminasi," ucapnya, Senin (9/6). 

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Bali per April 2025, Kabupaten Buleleng menduduki peringkat 2 dengan kasus TBC tertinggi di Bali, setelah Denpasar. Di mana kasus TBC di Buleleng tercatat sebanyak 230 kasus, sedangkan Denpasar 452 kasus.

Menanggapi hal tersebut, Sutjidra mengaku hal ini wajar. Terlebih mengingat jumlah penduduk Buleleng yang tertinggi di Bali, dengan 826 ribu jiwa lebih.

"Wajar lah karena penduduk kita tertinggi di Bali. Dengan penduduk tertinggi di Bali pasti akan ada banyak masalah-masalah. Sedangkan Kabupaten lain hampir setengahnya, ada 500 ribu ada 400 ribu," imbuhnya. 

Lantas disinggung ihwal Indonesia yang menjadi salah satu tempat uji coba vaksin TBC, Bupati asal Desa Bontihing, Kecamatan Kubutambahan ini mengatakan harus diuji coba dulu. Apabila hasil uji coba bagus dan bermanfaat, pihaknya tidak segan untuk mendukung. 

"Kalau misalkan uji coba itu sudah hasilnya bagus dan bermanfaat bagi masyarakat ya pasti kita dukung. Saya juga orang kesehatan," katanya. 

Ia menambahkan, sejauh ini belum ada teknis ataupun berapa jumlah jatah vaksin yang didapat Buleleng. (mer)

Berencana Beri Beasiswa


Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Buleleng akan tetap memberikan gaji pada dokter spesialis yang mau meningkatkan kompetensi ke Subspesialis atau Spesialis II. Ini sebagai salah satu upaya pemerintah mengembangkan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Buleleng, menjadi rumah sakit rujukan regional nasional. 

Hal tersebut diungkapkan Bupati Buleleng, I Nyoman Sutjidra. Dikatakan jika pihaknya berencana mengembangkan RSUD Buleleng menjadi rumah sakit rujukan regional nasional, dalam 5 tahun masa kepemimpinannya. 

"Kalau menjadi rujukan regional nasional, artinya RSUD Buleleng akan menjadi tipe B plus. Dengan demikian layananannya bisa lebih banyak dan lebih lengkap dan bisa menerima rujukan pasien dari Jembrana maupun Karangasem," jelasnya, Minggu (8/6). 

Sutjidra tak memungkiri, ada sejumlah syarat yang wajib dipenuhi untuk menjadi rumah sakit rujukan regional nasional. Mulai dari penyediaan Sumber Daya Manusia (SDM), infrastruktur, termasuk sarana dan prasarana penunjang.

Misalnya dari sisi SDM. Menurut Sutjidra selain ada dokter spesialis harus adapula dokter sub-spesialis. Oleh sebab itu ia mengaku tengah membuat skema, mulai dari pemberian beasiswa hingga tetap membayar hak dokter selama melakukan pendidikan. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved