Berita Denpasar
Dinas Pertanian Denpasar Gelar Demplot Padi Gogo Seluas 50 Are di Subak Ubung
Dalam upaya menghadapi tantangan pertanian saat musim kemarau, Dinas Pertanian Denpasar melaksanakan Demonstration Plot (Demplot) Padi Gogo
Penulis: Putu Supartika | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Dinas Pertanian Denpasar Gelar Demplot Padi Gogo Seluas 50 Are di Subak Ubung
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Dalam upaya menghadapi tantangan pertanian saat musim kemarau, Dinas Pertanian Denpasar melaksanakan Demonstration Plot (Demplot) Padi Gogo di Subak Ubung, Kecamatan Denpasar Utara.
Program ini bertujuan untuk mewujudkan ketahanan pangan berkelanjutan, terutama di wilayah dengan keterbatasan sumber air.
Plt. Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Kota Denpasar, IGA N Anggreni Suwari, menyampaikan bahwa benih padi gogo yang digunakan dalam demplot ini berasal dari Unit Pengelola Benih Sumber (UPBS) Sukamandi.
Baca juga: Autopsi Tahanan yang Tewas di Rutan Polresta Denpasar Sudah Terbit, Keluarga Menanti Hasil
Padi gogo dipilih karena dinilai cocok untuk ditanam di lahan kering atau tadah hujan yang kerap mengalami penurunan debit air di musim kemarau.
“Demplot ini merupakan inovasi untuk mendukung produktivitas pertanian meski di tengah musim kemarau. Ini bentuk komitmen kami terhadap ketahanan pangan berkelanjutan di Kota Denpasar,” ujar Anggreni Suwari.
Adapun varietas yang digunakan adalah Inpago 13 Fortiz.
Baca juga: Denpasar Akan Tambah 400 Hektare Luas Tanam Padi, Tekan Alih Fungsi Lahan
Inpago 13 ini dikenal sebagai varietas unggul dengan ketahanan terhadap penyakit blas dan hawar daun bakteri.
Varietas ini juga telah dibiofortifikasi dengan zat gizi mikro seperti zat besi dan zinc, dan memiliki potensi hasil mencapai 6,2 ton per hektare dengan masa panen sekitar 110–115 hari.
Demplot dilaksanakan di lahan seluas 50 are di Subak Ubung dengan dukungan 15 kg benih, 50 kg pupuk NPK, dan 3 botol biodekomposer.
Baca juga: Meski Diserang Hama Tikus, Panen Padi di Gianyar Bali Alami Surplus
Kegiatan ini dijalankan secara mandiri oleh empat petani setempat, mulai dari proses pengolahan lahan hingga panen nanti.
Anggreni menegaskan bahwa program ini sekaligus memberikan alternatif solusi bagi petani Denpasar saat menghadapi musim kering.
Dengan demikian, produksi padi tetap dapat berjalan tanpa bergantung pada pengairan yang tinggi.
“Kami berharap petani di Denpasar bisa melihat ini sebagai peluang dan pilihan tanam di musim kemarau. Dengan memanfaatkan potensi lokal secara optimal, kita dapat memperkuat ketahanan pangan dan mendekati swasembada,” pungkasnya. (*)
Berita lainnya di Pertanian di Denpasar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.