Berita Jembrana

4 Tahun Jembatan Nusamara di Jembrana Tak Kunjung Diperbaiki, Siswa Diliburkan Saat Terjadi Air Bah

Jembatan gantung di Banjar Nusamara, Desa Yehembang Kangin, Kecamatan Mendoyo, Jembrana belum diperbaiki hingga saat ini.

Istimewa
JEMBATAN PUTUS - Warga Banjar Nusamara, Desa Yehembang Kangin, Kecamatan Mendoyo, Jembrana saat melintasi sungai karena Jembatan Nusamara yang jadi akses utama warga tak kunjung diperbaiki. 

4 Tahun Jembatan Nusamara di Jembrana Tak Kunjung Diperbaiki, Siswa Diliburkan Saat Terjadi Air Bah

TRIBUN-BALI.COM, NEGARA - Jembatan gantung di Banjar Nusamara, Desa Yehembang Kangin, Kecamatan Mendoyo, Jembrana belum diperbaiki hingga saat ini.

Warga pun mempertanyakan dan berharap jembatan yang jadi akses utama warga itu segera diperbaiki.

Namun, tampaknya kendala anggaran pemerintah belum bisa memperbaiki jembatan yang putus akibat air bah yang terjadi pada akhir 2021 tersebut. 

Baca juga: Kasat Intelkam Polres Jembrana Bergeser ke Gianyar, 2 Jabatan Strategis Diisi Orang Baru

Menurut informasi yang dihimpun, Jembatan Nusamara tersebut berdampak terhadap satu banjar adat di wilayah tersebut.

Namun, yang berada di sisi utara jembatan sekitar 21 Kepala Keluarga (KK). Warga yang memanfaatkan jembatan tersebut tak berani melintas ketika terjadi air bah.

Terlebih lagi, siswa terpaksa diliburkan jika air bah terjadi karena sangat berisiko. 

"Sementara ini belum ada kabar (perbaikan). Namun sebelumnya beberapa kali sudah ada pembahasan. Mungkin terkendala anggaran di pemerintah," jelas Perbekel Yehembang Kangin, I Gede Suardika saat dikonfirmasi, Senin (23/6). 

Dia menyebutkan, warga yang terdampak jembatan putus pada akhir 2021 tersebut adalah satu Banjar adat.

Baik mereka yang tinggal di utara jembatan maupun di selatan jembatan. Khusus untuk di utara jembatan, jumlah warga yang terdampak sekitar 21 KK. 

"Mereka yang di utara (jembatan) terkenal akses menuju sekolah terutama. Sementara yang di selatan jembatan terkendala akses menuju kebunnya. Karena mereka rata-rata berprofesi sebagai petani, dan lahannya ada di utara sungai," jelasnya. 

"Kadang ketika air bah dan berisiko, para orang tua terpaksa meliburkan anaknya (siswa) ke sekolah," ungkapnya. 

Baca juga: 82 Kasus DBD Ditemukan di Jembrana, Tren Jauh Menurun Dibandingkan Tahun Lalu

Bagaimana dengan stok pangan ketika air bah terjadi beberapa hari? Suardika menyatakan bahwa warga setempat sudah melakukan antisipasi.

Yakni dengan menyetok bahan makanan serta memanfaatkan hasil sumber daya alam di sekitar seperti sayuran dan lainnya. 

"Untuk ketahanan pangan dalam beberapa hari mereka masih sanggup. Mereka sudah mengetahui polanya dengan cara stok makanan," katanya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved