Kisah Inspiratif

KISAH Anak Nelayan dari Buleleng Tembus ITB Via Jalur Prestasi, Dea Bantu Ibu Jualan & Jaga Adiknya

Selama tiga tahun menempuh pendidikan di SMA Negeri 1 Singaraja, Dea mampu menorehkan segudang prestasi.

ISTIMEWA
PRESTASI - Made Dea Vio Lantini Dea di depan sejumlah trofi atas segudang prestasinya yang ia peroleh selama 3 tahun di SMA Negeri 1 Singaraja. 

TRIBUN-BALI.COM - Sosok Made Dea Vio Lantini dalam beberapa hari belakangan menjadi perbincangan di media sosial. Ini karena warganet takjub dengan kisah inspiratif perempuan asal Banjar Dinas Dauh Pura, Desa Panji, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng

Dea yang merupakan lulusan SMAN 1 (Smansa) Singaraja tahun 2025. Ia mampu menembus universitas bergengsi di Indonesia, yakni Institut Teknologi Bandung (ITB) melalui jalur prestasi.

Dea berasal dari keluarga sederhana. Ayahnya merupakan seorang nelayan, sementara ibunya pedagang. Dari kedua orang tuanya, Dea belajar arti kerja keras dan pantang menyerah.

Baca juga: JUMLAH Pengunjung Capai 1,6 Juta & 2.461 Wisman, Gubernur Bali & Wagub Tutup PKB XLVII Tahun 2025

Baca juga: DEMI Selamatkan Laptop dari Lemot, Laptop Chromeboox di Gianyar Terpaksa Dikanibal

“Orang tua saya cuma tamatan SMP dan SMA. Tapi mereka sangat gigih. Saya ingin jadi orang pertama di keluarga yang kuliah, untuk membalas semua perjuangan mereka,” ucapnya dihubungi via telepon, Jumat (18/7).

Selama tiga tahun menempuh pendidikan di SMA Negeri 1 Singaraja, Dea mampu menorehkan segudang prestasi.

Mulai dari Juara 1 Lomba Debat Pariwisata Tingkat Nasional oleh Sekolah Vokasi UGM, Juara 1 Lomba Debat Konstitusi di Institut Pendidikan Indonesia di Garut, Juara 2 Lomba Debat Pendidikan oleh Universitas Teknologi Surabaya, Inovator alat AC tanpa freon untuk mengurangi emisi CFC dan masih banyak lagi prestasi yang ia raih.

“Saya percaya prinsip orang Bali, De Bani di Kandang Gen. Jadi saya berusaha jangan hanya hebat di sekolah, tapi juga bisa bersaing di luar,” ujar Dea yang sejak 3 hari lalu sudah di Bandung, Jawa Barat. 

Metode belajar Dea sangat terstruktur. Ia menetapkan target akademik dan non-akademik setiap bulan, menjaga nilai tetap tinggi, sambil tetap aktif mengikuti berbagai perlombaan.

Tak hanya itu, kesehariannya juga penuh dengan tanggung jawab. Selepas sekolah, ia membantu ibunya berjualan dan menjaga adik yang masih bayi, sebelum kembali belajar di malam hari.

Diterima di Fakultas Teknologi Industri ITB, Dea memiliki cita-cita besar untuk meniti karier sebagai konsultan di perusahaan global ternama.

Cita-cita itu lahir dari kombinasi minatnya pada dunia teknik dan kemampuan komunikasi yang terasah, lewat berbagai organisasi dan perlombaan debat yang ia ikuti dan menangkan sejak SMA.

Ia berharap kisahnya bisa memotivasi siswa-siswi lain di Buleleng agar tidak minder. Sebab pendidikan mampu mengubah nasib. 

“Jangan pernah minder. Pendidikan bisa mengubah nasib. Konsistensi, kerja keras, dan percaya pada diri sendiri itu kunci. Jangan remehkan mimpi kita,” ujarnya.

Kini, langkah Dea menuju masa depan cerah baru dimulai. Dari pesisir Buleleng menuju kampus legendaris di Bandung, ia menjadi bukti bahwa keterbatasan bukan penghalang, melainkan batu loncatan menuju keberhasilan.

Sementara Kepala SMA Negeri 1 Singaraja, Made Sri Astiti mengungkapkan, Dea dikenal sebagai siswi aktif dan penuh semangat.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved