Sampah di Bali

Sosok I Nyoman Suwirta, Pernah Tiap Hari Naik Truk Sampah, Kelola Sampah Mandiri Sejak 2016

Pasca ditutupnya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Suwung, permasalahan sampah di Bali kini menjadi perhatian publik.

ISTIMEWA
Anggota DPRD Bali Nyoman Suwirta, sedang melakukan pemilahan sampah di rumahnya di Kamasan, Klungkung, Rabu 6 Agustus 2025. 

"Kalau dulu kami menyebutnya Bang Daus (lubang daur ulang sampah). Kalau sekarang dari bapak atau ibu gubernur menyebutnya Teba Modern. Apapun namanya, konsepnya sama untuk memfermentasi sampah organik," ungkapnya.

Setiap hari ia buang sampah organik di Bangdaus yang memiliki kedalaman sekitar 1,5 meter.

Lalu setiap hari disiram dengan air dan ditutup.

Hasil pengelolaan sampah organik di Bangdaus itu biasanya dipanen setahun sekali, menghasilkan fermentasi untuk bahan baku pupuk organik.

Sementara sampah plastik dikumpulkan setiap hari, dan dua minggu sekali diambil oleh DLHP atau desa untuk dikelola di TPS3R atau TOSS (tempat olah sampah setempat).

"Jadi selama ini sampah rumah tangga saya sudah bisa dikelola. Sampah organik tidak sampai ke luar rumah."

"Kalau ini bisa diterapkan seluruh masyarakat, alangkah bagusnya," ungkap tokoh asal Pulau Ceningan, Kecamatan Nusa Penida tersebut.

Ia berharap konsep-konsep kelola sampah seperti itu, bisa diterapkan tidak hanya di rumah tanggal.

Termasuk di pelantoran, intansi swasta maupun negara, hingga ke sekolah-sekolah.

"Kalau ada komitmen dan kemauan, sebenarnya tidak susah (kelola sampah). Cuma masalah sampah kalau terus dibahas, terus diperdebatkan tidak akan pernah selesai."

"Harus berani memulai dikerjakan (kelola sampah mandiri)," ungkap Suwirt. (*)

Berita lainnya di Sampah di Bali

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved