Berita Buleleng
JEJAK Sejarah Soekarno di Buleleng, Mengenal Sosok Raden Guru Pengembang Moral, Berikut Sejarahnya
Tribun Bali secara eksklusif mengangkat jejak sejarah hingga kisah cinta kedua orang tua Soekarno, melalui program Saksi Kata.
Penulis: Muhammad Fredey Mercury | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
Namun marahnya pihak keluarga belum reda karena emosional. Bahkan sampai ada pihak keluarga yang meminta agar Rai Srimben tidak diperbolehkan pulang ke rumah bajang.
Akhirnya Raden Soekemi dan Rai Srimben kawin lari pada 15 Juni 1897. Pernikahan keduanya berlangsung di Tulungagung, Jawa Timur. Namun akhirnya kembali lagi ke Buleleng, sebab Raden Soekemi harus melanjutkan pekerjaan sebagai guru.
Kendati hubungan keduanya cukup rumit, namun pada tahun 1930-an, hubungan keluarga sudah kembali baik. Terbukti dengan adanya surat-surat dari Rai Srimben. “Surat itu isinya mengajak keluarga agar berkunjung ke Blitar,” ucap Jro Arsana.
Biasanya, dalam pernikahan orang Bali ada ritual mepamit. Namun karena pernikahan Rai Srimben dan Raden Soekemi dilakukan secara kawin lari, maka ritual tersebut tidak dilaksanakan.
Beberapa praktisi spiritual yang berkunjung menyebut aura Rai Srimben masih berada di lokasi. Tak hanya praktisi spiritual, menurut Jro Arsana, beberapa pandita juga mengatakan hal serupa.
“Secara niskala beliau ingin diaben dan setelahnya minta dilinggihkan di Blitar. Namun karena di Blitar sudah menjadi situs cagar budaya, tentu sulit tanpa pemberitahuan. Makanya saya ingin menyampaikan pada Bu Mega (Megawati Soekarnoputri), namun sampai sekarang belum sempat karena belum ada waktu untuk bertemu,” tandasnya. (mer)

Peringatan Satoe Setengah Abad
Salah satu tempat yang menjadi saksi sejarah yakni SDN 1 Paket Agung. Sekolah yang berlokasi di Kelurahan Paket Agung, Buleleng ini berdiri pada 1 Agustus 1875. Kala itu, SDN 1 Paket Agung merupakan satu-satunya yang ada di Bali. Yang mana kala itu Buleleng menjadi ibu kota Sunda Kecil. Di sekolah ini pula pernah menjadi tempat mengajar Raden Soekemi.
“Raden Soekemi mengajar di sini selama sembilan tahun, tepatnya dari tahun 1891 hingga tahun 1900. Beliau merupakan guru pindahan dari Jawa Timur,” ucap Kepala Sekolah SDN 1 Paket Agung, Ni Ketut Marniati.
Tentu menjadi kebanggaan bagi pihaknya, sebab tempat ini merupakan satu-satunya sekolah yang ada di Bali Nusra pada saat itu. Bentuk kebanggaan inipun diwujudkan dengan cara menjaga peninggalan sejarah yang ada. Seperti stamboek atau buku induk siswa, hingga lemari warisan zaman Belanda. “Lemari itu bahkan masih kami manfaatkan sampai sekarang,” imbuhnya.
Karena merupakan saksi sejarah, tak jarang pihak sekolah menerima kunjungan budaya. Bahkan belum lama ini, digelar acara peringatan ‘satoe setengah abad’ SDN 1 Paket Agung dari alumni lintas generasi.
“Acara ini pun kami sambut dengan baik, agar anak-anak tidak lupa dengan sejarah. Kami sejarah di sekolah ini membuat SD Negeri 1 Paket Agung semakin dikenal masyarakat, serta berdampak positif bagi prestasi akademik dan non akademik siswa kami,” harapnya.
Sebelum bernama SD Negeri 1 Paket Agung, sekolah ini diketahui mengalami beberapa perubahan nama. Mulai dari Tweede Klasse School, kemudian berganti menjadi Sekolah Rendah, lalu menjadi Sekolah Rakyat.
Setelahnya berubah menjadi SD Negeri 1 dan 10 Paket Agung, kemudian menjadi SD Negeri 1 dan 2 Paket Agung.
“Baru di tahun 2022 namanya menjadi SD Negeri 1 Paket Agung. Dari berbagai literatur, terungkap salah satu guru merupakan ayahanda Putra Sang Fajar, atau Bung Karno,” ungkap Ketua Panitia Satoe Setengah Abad SDN 1 Paket Agung, Ketut Wiratmaja.
Hal ini pula yang menjadi dasar alumni lintas generasi menyelenggarakan perayaan Satoe Setengah Abad SD Negeri 1 Paket Agung. Ada berbagai kegiatan yang diselenggarakan.
Mulai dari menyusuri jejak sejarah, pameran tematik, parade baca puisi, hingga penghormatan bendera merah putih. Ada beberapa tempat bersejarah yang dikunjungi saat itu. Salah satunya bekas indekost Raden Soekemi, yang berlokasi di Jalan Gunung Batur Nomor 1, Kelurahan Paket Agung, Buleleng.
Menurut Wiratmaja, tidak banyak yang tahu Raden Soekemi pernah tinggal di rumah kos milik almarhum Nyoman Gede Suta ini. Bahkan di tempat ini pula terdapat salah satu situs berupa pohon belimbing putih, yang konon ditanam ari-ari ibu Soekarmini atau kakak kandung Soekarno.
Tak hanya itu, dalam perayaan satoe setengah abad juga digelar parade baca puisi dengan tema mengingat kembali sejarah yang terputus. Tema ini sengaja diangkat karena kebanyakan masyarakat lebih tahu sejarah dari Nyoman Rai Srimben yang merupakan ibu dari Soekarno.
Sementara sejarah Raden Soekemi terkesan tenggelam. “Karenanya kami ingin mensejajarkan ini. Kami ingin masyarakat tahu secara utuh,” ungkapnya.
Pada momentum inipula pihaknya juga mengajak Forkompinda Buleleng. Tujuannya agar apa yang menjadi catatan sejarah bisa menjadi perhatian pemerintah. Baik pemerintah pusat, provinsi, maupun kabupaten.
“Rumah Nyoman Rai Srimben sudah menjadi cagar budaya. Kita berharap rumah bekas kos Raden Soekemi juga dijadikan cagar Budaya. Termasuk SD Negeri 1 Paket Agung,” harapnya. (mer)
Bulfest, WBP Ikut Lestarikan Budaya Bali, Bawakan Tari Janger WBP Singaraja Sukses Pukau Pengunjung |
![]() |
---|
Gelontorkan Rp2,7 M, Perbaikan Jalan Sekumpul Buleleng Bali Rampung |
![]() |
---|
Topeng Raksasa Rama-Laksmana di Buleleng Festival, Darmawan Sebut Sarana Edukasi Sampah Plastik |
![]() |
---|
DAMKAR Buleleng Selamatkan Kambing Milik Shobirin yang Masuk Sumur! |
![]() |
---|
BUTUH Sampah Plastik 2,38 Ton, Topeng Raksasa Rama-Laksmana, Pesan Ekologis di Panggung Bulfest 2025 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.