Asetnya Rp 4,1 triliun pun telah termasuk ke dalam seluruh asetnya termasuk aset dari beberapa hotel yang dimiliki Hardi.
Dari 18 outlet ini, setidaknya ada 2.000 lebih karyawan telah diambil-alih oleh PT Arta Sedana sebagai pihak yang mengakuisisi.
Sementara karyawan hotel ada sekitar 300-an dikuasai oleh kurator, dan di bawah pengawasan Pengadilan Niaga Pengadilan Negeri Surabaya.
Omzet Hardys saat situasi normal sekitar Rp 1,2 triliun sampai Rp 1,5 triliun per tahun.
Sedangkan pada 2016 hanya sisa Rp 1 triliun dari seluruh outlet.
Harapannya, pengusaha ritel lainnya berhati-hati ekspansi agar tidak senasib dengan dirinya.
“Saya sendiri berharap dengan dukungan masyarakat dan media saya bisa recovery,” katanya.
Saat ini ia sedang kosentrasi menyelesaikan kepailitan ini, agar semua utang dari krediturnya bisa terbayarkan.
Ke depannya, ia belum berani mengambil keputusan apakah akan kembali berbisnis ritel atau tidak.
Namun ia berharap dengan sisa saldo dari asetnya, sekitar 1,8 triliun, bisa membangun bisnis ritel berbasis online dengan konsep e-groseri.
Meski saat ini terpuruk, Gede Hardi yakin bisa bangkit, setelah melihat beberapa perusahaan bangkit dari kepailitan, bahkan diantaranya beberapa perusahaan besar. (*)