Peduli pada Lingkungan Itu Yadnya

Penulis: Ni Ketut Sudiani
Editor: Irma Budiarti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gede Robi Supriyanto, Musikus dan Aktivis Lingkungan.

Tapi masih ada kekosongan besar. 

Di kampung misalnya.

Bagian itu yang belum tersentuh.

Makanya, kami buat Pulau Plastik ini.

Kepala desa masih bisa mengerti. 

Baca: Polres Buleleng Duduki Peringkat 3 Polres Terbaik Se-Indonesia

Baca: Viral Pria Rusak Motor Sendiri karena Tak Terima Ditilang, Ini Penjelasan Polisi

Local wisdom-nya ada.

Di Bali, masyarakat adat harus masuk.

Solusi ini hanya akan ada apabila masyarakat, pemerintah, dan pengusaha sepakat.

Harus diakui bahwa kita semua bagian dari permasalahan ini.

Saya percaya dengan kolaborasi.

Jadi langkah kecilnya minimal mulai dari keluarga sendiri dulu?

Betul, dari rumah harus sudah beres dulu.

Kalau sampai bocor di desa, kelar di desa.

Desa sudah punya dana desa dan 30 persennya untuk sampah.

Kalau tidak dikelola dengan benar, berarti ada kesalahan planning

Sebenarnya dana itu lebih dari cukup.

Nah, untuk video edukasi Pulau Plastik ini episode berikutnya kapan akan diluncurkan?

Delapan video itu rencananya tahun ini semua.

Harapannya begitu.

Kami sedang diskusi untuk gabung dengan visinema karena konsernya sama.

Sekarang mereka tertarik dengan dokumenter.

Kemungkinan nanti setelah 8 episode ini nantinya akan menjadi satu film utuh.

Ini masih kami diskusikan.

Saya ingin menjadikan Bali bisa jadi role model untuk inspirasi daerah lain.

Masing-masing tempat pasti ada penjaga gawangnya.

Misalkan di Bali ada desa adatnya.

Baca: RESMI DIBUKA Pendaftaran PPPK 2019 di sscasn.bkn.go.id, Cek Formasi dan Panduannya di Sini

Baca: Gunung Agung Kembali Erupsi Dini Hari Tadi, Sinar Api Teramati saat Terjadi Letusan

Dari delapan episode ini apakah memiliki judul yang berbeda-beda?

Judul besarnya untuk semua episode tetap Pulau Plastik.

Tapi untuk masing-masing episode ada subtemanya.

Misalkan episode kedua tentang efeknya dengan politik, ketiga fenomena alam, keempat satu hari bersama pemulung, kelima tentang Tri Hita Karana.

Siapa penggagas idenya Bli, siapa tim kreatifnya?

Tim kreatif awal ada saya, Lakota, dan Ewa dari Kopernik.

Setelah itu baru jumlah timnya semakin bertambah.

Sampai akhirnya Asa Film ikut masuk.

Tidak bisa semua dikerjakan sendiri.

Hingga kemudian National Geography bergabung.

Apa motivasi Bli yang mendorong bisa terus konsisten menyuarakan isu ini?

Aku percaya selalu ada kebaikan di setiap diri seseorang.

Kita percaya ada hope, harapan di sini.

Semua orang pasti tidak ingin merugikan lingkungan.

Kita bisa menciptakan sesuatu yang baik untuk kita, anak kita, cucu kita.

Ada semacam tanggung jawab di sini, yadnya. 

Ini ibadah kita.

Saya selama ini dikasi bakat untuk buat lagu dan menulis lirik, lalu bagaimana dengan kontennya?

Di sana kami bisa ikut bersuara. (*)

Berita Terkini