Teater Multi Media Baru Tampilkan Death Project, Kematian Adalah Bukti Abadi Kehidupan
Teater Multi Media Baru Tampilkan Death Project, Kematian adalah Bukti Abadi Kehidupan di Kalangan Tajen Kesiman Denpasar
Penulis: Putu Supartika | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Supartika
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR- Semua hidup akan mati, sebuah kalimat sederhana untuk menggambarkan bagaimana kematian menjadi sebuah fase yang akan dicapai oleh kehidupan.
Beranjak dari kematian ini, maka Teater Multi Media Baru menggelar pementasan bertajuk 'Kematian adalah Bukti Abadi Kehidupan'.
Pementasan ini akan dilakukan pada Kamis (5/11/2020) malam, di Kalangan Tajen, Pura Dalem Mutering Jagat, Kesiman, Denpasar, Bali.
Penggagas acara Jonas Sestrakresna mengatakan, diangkatnya tema ini dikarenakan setiap manusia akan mengalami peristiwa yang namanya kematian.
Baca juga: Quick Count Pilpres AS, Joe Biden Sementara Lebih Unggul dari Donald Trump, Berpotensi Menang
Baca juga: 12 Titik Jalan Rusak di Tabanan Mulai Pengadaan Barang untuk Perbaikan
Baca juga: Ini Seruan Kamala Harris saat Tutup Kampanye, Mari Kita Pilih Joe Biden, Presiden AS Berikutnya
“Keabadian secara implisit akan terlihat dari bentuk perlakukan jasad secara fisik dengan berbagai bentuk penguburan sebagai bentuk penghargaan arwah. Bagaimana eksistensi pemaknaan dan ritual atas kematian setidaknya tampak pada penemuan artefak sarkofagus di Bali, kubur peti batu di Jawa Timur, Menhir di Sumatera Barat, kubur tempayan dan sebagainya,” kata Jonas, Rabu (4/11/2020) siang.
Ia menambahkan, bahwa tema ini juga terkait dengan hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan hubungan manusia dengan Tuhan.
Kematian adalah Bukti Abadi Kehidupan, akan hadir dalam bentuk gelaran teater multi media.
Pengertian multimedia ini yakni penggabungan teks, gambar, animasi, audio, video dan interaksi dalam komputer atau segala yang berhubungan dengan teknologi komputer.
“Secara umum tujuan project ini adalah untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat atau publik yang lebih luas terkait budaya dan tradisi. Kami melihat Sumba sebagai laboratorium pelestarian budaya, serta Konsep Marapu sebagai akar semangat jiwa konservatif masyarakat Sumba,” kata Jonas.
Penggunaan pendekatan multimedia bagi Jonas Sestrakresna harapannya semakin mengenalkan multimedia sebagai sarana untuk menjaga kelangsungan pengetahuan budaya.
Lebih lanjut Jonas mengungkapkan harapannya multimedia dapat menstimulasi ketertarikan masyarakat dan pemerintah untuk membuat museum digital yang berorientasi koleksi tangible-intangible, cagar budaya bergerak - tak bergerak.
“Pengumpulan data tersebut tentunya sangat berguna untuk warisan budaya Indonesia, tidak hanya menjadi data arsip (database) tetapi juga bisa menjadi bahan untuk menghasilkan karya baru lagi di lintas disiplin ilmu yang berbeda,” imbuhnya.
Selain di Bali, penampilan ini juga akan dilangsungkan di Sumba Timur.
Dalam pertunjukkan yang diadakan di Bali hanya mempresentasikan dua adegan (scene) yaitu proses pembungkusan tubuh dengan kain tenun dan proses Papanggang (pengawal) menuju batu kubur dengan memanfaatkan dua sisi area penonton sebagai area replika kubur batu dan video mapping.