Dengan penurunan harga minyak goreng ini membuatnya galau.
“Baru kemarin datang, harga segitu (Rp 18 ribu). Belum tahu gimana ini kalau harus diturunkan. Soalnya pasaran masih mahal, harga naik dan belum turun. Sepertinya masih harga mahal, karena dirinya belum ada membeli harga minyak di bawah Rp 14 ribu,” ucapnya, Kamis.
Menurut dia, dengan penurunan ini dia tidak tahu nasib minyak goreng yang sudah dibeli.
Apakah dengan hal ini, pemerintah memberikan solusi?
Dahulu harga minyak melambung hingga Rp 21 ribu saja, ia tetap menjual dengan harga Rp 20 ribu.
Karena memang harga beli masih bisa mengambil untung Rp 1000.
“Dengan keadaan sepi dan minyak tidak bisa di-retur atau pengembalian terus bagaimana? Saya juga bingung kalau begini,” ungkapnya, sembari mengaku kalau tahu diberi waktu seminggu oleh pemerintah untuk menjual di angka Rp 19 ribu.
Pedagang lainnya, Pak Eken mengatakan, dirinya juga membeli dari supplier di harga pokok Rp 18 ribu kemudian dijual hingga Rp 19 ribu dan Rp 20 ribu.
Baca juga: Pasar Tradisional dan Warung Kelontong di Buleleng Diberi Waktu Seminggu Habiskan Stok Minyak Goreng
Baru dua minggu lalu ia membeli dan masih belum laku, stoknya masih ada.
Di Klungkung, para pedagang eceran di Pasar Galiran, hingga Kamis, belum mendapatkan minyak goreng subsidi dari pemerintah.
Para pedagang eceran saat ini tidak berani membeli minyak goreng dengan jumlah banyak, karena menunggu didistribusikannya minyak goreng harga subsidi.
Seorang pedagang minyak goreng eceran, Riski menjelaskan, harga minyak goreng curah saat ini berkisar Rp19.000 per liter. Harga ini masih tergolong tinggi.
"Informasinya memang ada minyak goreng subsidi, tapi tadi saat distributor turunkan barang (minyak goreng), harganya masih tinggi," ujar Riski.
Menurut Riski, mahalnya harga minyak goreng sudah dirasakannya sejak pertengahan 2021.
Terkait informasi adanya minyak goreng dengan harga subsidi, Riski tidak berani membeli atau menyetok minyak goreng dengan jumlah banyak.